Berbagi Pengalaman Wawancara BISMA Part 1
12:53 AM
Tepat jam 22:58 pada Senin (19/01), saya masih mendengarkan
suara mas-mas direkaman yang saya putar sekitar satu jam lamanya. Suara
tersebut menceritakan perjalanan dan pengalamannya mengikuti sebuah pelatihan
bernama BISMA. Seketika saya terbawa pada masa proses penyeleksian BISMA
beberapa tahun ke belakang. Saya lupa wawancara dilakukan kapan, yang masih
saya ingat saya masih semester tiga dan baru saja menjadi penerima beasiswa KSE
di UGM.
Saya
lupa beberapa hari sebelum hari pelaksanaan wawancara BISMA, saya mendapat
undangan untuk mengikuti penyeleksian program Beasiswa Indofood Sukses Makmur
di Farmasi UGM. Dalam pesan tersebut disebutkan wajib berpakaian rapi dengan
dresscode batik. Wawancara tersebut diikuti oleh lebih dari puluhan mahasiswa
yang telah menerima beasiswa Karya Salemba Empat di UGM. Sejak awal saya kurang
mengetahui apa itu BISMA? Hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk mencari
informasi terkait beasiswa tersebut.
Saya
sempat heran, saya sudah dinyatakan lolos menerima beasiswa KSE tahun
2013-2014. Tentunya, saya telah mengikuti serangkaian tes hingga dinyatakan
menjadi beswan. Namun saya mendapat sms untuk mengikuti wawancara BISMA yang
dilanjutkan dengan Gathering Beswan. Namun pada akhirnya, saya tetap mengikuti
panggilan wawancara tersebut dengan biasa. Persiapan yang saya lakukan hanya
mencari tahu, apa itu BISMA? Sekian. Saya pun mencoba mengontak teman saya yang
juga mendapat panggilan wawancara. Dari situ saya juga mendapat sedikit
informasi tentang beasiswa itu.
Acara
dimulai, semua peserta wawancara dikumpulkan di sebuah ruangan di mana sebelum
wawancara dilakukan terdapat pemaparan dari alumni BISMA. Aku pun merasa kecil
mendengar pemaparan dari pemateri. “Beasiswa merupakan program kepemimpinan Indofood
yang bekerjasama dengan KSE,” ungkap pemateri. Beasiswa ini nggak sembarangan
memilih orang, ada seleksinya yaitu melalui wawancara. Pewawancara didatangkan
langsung dari Pengurus KSE Pusat dan donatur. Pemateri pun menceritakan, bahwa
proses wawancara dilakukan secara bilingual menggunakan bahasa Indonesia dan
Inggris.
Mendengar
pemaparan sekilas dari pemateri, batin saya semakin kecil. Terlebih teman yang
saya kenal mengikuti wawancara adalah mahasiswa yang berprestasi dikenal aktif
di berbagai organisasi sekaligus prestasi di akademis. Kalau kata hits
sekarang, da aku mah apa? Mahasiswa
semester tiga yang merasa salah jurusan dan lebih sering bolos buat melakukan
liputan majalah kampus. Apalagi kemampuan bahasa yang toefl-nya belum mencapai
target. *ngomong sama diri sendiri*.
Semakin
kaget mendengar pengalaman dari alumni BISMA bahwa program leadership camp akan
dilakukan di Akademi Militer di Magelang. “Waw
sekali,” batinku. Makin minder dengan peserta lain yang tampak antusias.
Aku hanya menjadi pendengar yang baik sembari membayangkan bagaimana jadinya aku hidup di Akmil selama beberapa hari, jika lolos.
Ini terlihat bukan aku banget. Batin kecil saya mengatakan, “sudahlah, pasti saya nggak lolos. Bismillah
aja nanti wawancaranya.”
Sembari
menunggu, peserta juga disuguhi snack dan film untuk menghapus kejenuhan. Ya
cukup lama saya menunggu panggilan nama. Masih teringat jelas, dalam tas saya
terdapat sebendel kertas fotokopi berbahasa Inggris. Kertas tersebut merupakan
tugas sebuah mata kuliah yang harus segera diselesaikan. Ketika yang lain asyik
menyaksikan film, saya membuang kejenuhan dengan hal positif *padahal kepepet*.Saya membaca kertas
berbahasa Inggris tersebut, untungnya bahasa yang digunakan cukup familiar
sehingga tak perlu buka tutup kamus. Mungkin orang melihat saya adalah orang
yang berkemampuan bahasa Inggris yang baik, melihat dari bacaan yang saya
pegang. Tapi tapi sekali lagi, ini kepepet.
Tak
berselang lama, teman saya dipanggil. Rasa deg-degan semakin meletup ketika
melihat teman meninggalkan bangku di sebelahku. Teman sudah dipanggil, sebentar lagi aku. Namun akhirnya, saya
kembali biasa karena film yang ditayangkan adalah film horor nan ciamik untuk
ditonton. Seketika rasa gugupku hilang, seketika....... Pada akhirnya, namaku
di panggil Vindiasari. “Di ruang xx ya, ini berkasnya nanti diserahkan ke
pewawancara. Ikuti masnya yang itu ya, nanti diarahin, kata seorang panitia.”
bersambung..........
0 comments