Belajar menyelaraskan diri part 1
7:50 PMIni tulisan ke-15 dari kumpulan Cerita Vindia di tahun 2019. Sebelumnya, kamu bisa baca tulisan lain di sini.
Photo by Juja Han on Unsplash |
15 Januari 2019.
Hari ini, aku bakalan melanjutkan postingan kemarin tentang cari solusi. Seperti judul lagu Vira Talisa, akupun menuntaskan janji yang terikrar kemarin.
Aku meluangkan waktu di malam hari yang tenang untuk mendengarkan podcast dari Thirty days of Lunch episode 15. Beberapa episode yang ditawarkan di podcast sangat berkaitan dengan masalah dan kegelisahan anak-anak seusiaku.
Setelah meluangkan waktu sekitar 40 menit, aku juga menyiapkan bolpoint dan jurnal. Poin demi poin yang penting, aku tulis di jurnal. Dari puluhan menit, aku menghabiskan tiga halaman penuh berisi tulisan.
Podcast episode 15 ini menghadirkan bintang tamu bernama Ivandeva. Nama beliau udah nggak asing lagi di Indonesia. Aku mengenal nama beliau pertama kali lewat tatap muka dari beasiswa KSE. Pada kesempatan tersebut, aku sedang berada di ujung Indonesia melakukan KKN.
Kali ini, akhirnya dapat kesempatan buat mendengarkan sharing beliau lewat podcast.
Siaran podcast dimulai dengan penjelasan tentang segala kegelisahan dan masalah yang dialami usia 20-an. "Persimpangan itu kesempatan," jelas Ivandeva.
Lebih lanjut, Ivandeva menjelaskan bahwa kegelisahan seperti bingung, marah, frustasi, kecewa adalah cara tidak nyaman yang datang dari luar kendali.
Ivandeva pun menyebut persimpangan adalah pengingat.
"Bingung adalah kesempatan untuk memberitahu kalau diri kita belum selesai dengan diri sendiri."
Penjelasan gampangnya, kalau kita sedang merasa gelisah, frustasi, marah, kecewa, dan sedih---bisa jadi kamu sedang diingatkan. Diberi pengingat kalau dalam diri kita masih ada yang belum selaras.
Kebayang dong, siapapun yang jadi pendengar pasti bakalan merenungi penjelasan tentang 'masih ada yang belum selaras'. Tak usah khawatir, Ivandeva dan kedua podcaster ini mengajak pendengar lebih menyelami topik tersebut.
Ada cara yang bisa dilakukan untuk menyeimbangkan atau menyelaraskan diri sendiri seperti mencari tahu tentang, "Apa, Upaya, Siapa, dan Agenda."
Lebih jauh, konsep apa adalah konsep yang ingin kita tampilkan seperti apa.
Upaya, kegiatan apa yang membuat kita makin semangat. Kasarnya, kegiatan apa yang ingin kita tekuni sampai mahir.
Siapa, sosok atau orang-orang seperti apa yang membuat kita nyaman saat bersama. Siapa digambarkan seperti orang yang berkaitan dengan diri kita hingga rela melakukan apapun untuk mereka.
Agenda, apa yang ingin kita tinggalkan ketika kita sudah nggak ada. (Setangkep aku begitu).
Keempat konsep tersebut harus bisa dijawab untuk menemukan keseimbangan dalam diri. Masih ngawang ya?
Contohnya begini, ada anak bernama Aruna ingin dikenal sebagai orang yang sukses. Ini konsep apa.
Lalu Aruna berupaya untuk menjadi orang sukses dengan menekuni bidang kesukaannya sebagai ilustrator. Ia pun rela menghabiskan waktu pulang sekolah untuk ikut kursus les menggambar. Aksi Aruna adalah upaya.
Sementara Siapa yang dimaksud dalam Aruna adalah tutor les, teman kursus, orangtua, hingga idolanya. Orang-orang ini memberikan relasi dan wawasan baru yang bisa mengantarkannya menuju impiannya.
Agenda dalam aksi Aruna ini lebih kepada ia ingin menciptakan karya yang mempunyai ciri khas. Ketika dirinya telah tiada, ia ingin dikenal sebagai ilustrator dengan ciri khas tertentu.
Gambaran konsep tersebut coba kamu terapkan dalam dirimu. Poin yang harus digaris bawahi adalah harus dialami dan dirasakan sendiri.
Untuk menjawab keempat konsep tersebut nggak bisa cuma direncanakan dan dibayangkan saja. Butuh aksi nyata untuk menemukan jawabannya.
Semangat untuk menemukan dan menyelaraskan diri sendiri :)
Tulisan ini bakalan dilanjutkan hari selanjutnya. Akunya mau lanjutin nonton drama korea. See you!
0 comments