Hai.. hai balik lagi nulis di blog! Setelah sekian lama nggak nulis lagi. Well, sebenarnya udah beberapa kali buka dasbor blog. Namun ujungnya ditutup lagi karena terlalu banyak alasan. Mohon dimaafkan mumpung bulan puasa.
Eniwei, selamat puasa ya kalian! Semoga Ramadan kali ini penuh keberkahan meskipun di rumah aja. Beberapa waktu lalu, aku sempat menuliskan sesuatu soal kegelisahanku tentang corona yang mewabah di dunia Akan tetapi berakhir pada nggak usah diposting dah.
Oiya hari ini lebih dari sebulan, aku work from home atau WFH. Kebijakan kantor awalnya dinanti-nanti karena you know what-lah, corona bikin panik dan gelisah. Sementara aku masih ke mana-mana. Alhasil pas dapat kesempatan buat WFH sedikit kalem.
Kali ini nggak mau bahas detail WFH ya. Aku kali ini bakalan membagikan pengalaman seru di awal tahun 2020. Kalau dihitung-hitung, udah lima bulan lho~ Nggak ada kata terlambat ya!
Sebelumnya, aku pernah menuliskan perjalanan ke Solo di Instagram Story. Kamu bisa lihat di Instagramku @vindiasari. Aku udah bikin highlight soal jalan-jalan ke Solo. Cuma postingan kali ini dibuat sedikit effort biar meninggalkan jejak. Soalnya liburan terakhir udah ditulis, masak yang ini kagak.
Sekitar pertengahan bulan Januari 2020. Ada yang ngide, nanyain libur hari apa? Main yuk! Intinya begitu. Berhubung libur weekend dan katanya kalau libur weekend (tandanya diajakin ke luar kota)
Dari ngobrolin mau ke mana dan tak tahu arah. Akhirnya tercetus ke Solo. Kenapa Solo? Karena doi (yang ngajak) penasaran sama Tjolomadoe. Dia bercerita kalau kapan tahun, dia ditinggal keluarganya main-main ke Solo.
Akhirnya dia mengajak main ke Solo. Dari situ, aku jadi teringat ada museum baru di Solo. Akhirnya kepo-kepo singkat, kami pun merencanakan ke Museum Tumurun. Dua lokasi itu adalah tujuan awal. Sisanya, kami diskusi dan kalau ada waktu mampir.
Spoiler, kami ke Solo cuma sehari ya. Dari pagi sampai malam (literally-- karena kami ngikut jadwal kereta prameks). Kami memilih naik kereta karena si doi nggak mau capek karena malem sebelumnya baru sampai di Jogja. Ya aku mah mau-mau aja, dah lama nggak naik kereta. Lol
Kami berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta menuju ke Stasiun Purwosari. Selanjutnya, kami menuju ke lokasi pertama, yaitu Museum Tumurun. Sebelum ke Tumurun, kami sudah booking tiket. Nggak sembarangan pengunjung yang dateng bisa langsung masuk. Soalnya mereka punya sistem ticketing sendiri. Kamu bisa cek infonya di website resminya ya.
Nggak usah khawatir, harga tiketnya nol rupiah alias gratis. Siapa sih yang nggak suka gratis~ Kami menggunakan Gocar sebagai transportasi menuju museum. Nggak jauh dan cuma bentar langsung sampai. Kami pilih jam 10 atau 11 dan durasi keliling museum cuma dibatesin satu jam setiap sesi.
Selanjutnya, udah keliling-keliling museum. Terkagum-kagum dengan koleksinya, kami kelaparan. Pas banget jam makan siang juga. Akhirnya memutuskan untuk makan di warung sate Pak Manto. Saat itu, kami memilih menu tongseng dan sate. Lokasi warung sate dan museum cukup dekat, kami jalan kaki. Nggak sampai lima menit sampai :)
Seporsi sate atau tongseng dihargai Rp 50ribu. Lokasinya cukup ramai dan luas. Cocoklah buat makan keluarga. Soal rasa enak dan kenyang. Saat makan, kami juga lagi pesan tiket kereta pulang. Sungguh nggak prepare mau pulang jam berapa. Hahahaha.. Tapi akhirnya dapet tiket jam akhir, sekitar jam 19-an dari Stasiun Solo Balapan. Yaudahlah ya, berarti kami masih ada waktu sampai magrib buat jalan-jalan.
Udah kenyang, lanjut ke lokasi selanjutnya. Kami menuju Tjolomadoe. Lokasinya dari Tumurum lumayan jauh, kami naik Gocar lagi buat ke sana.
Kalau tiket museum gratis, tiket masuk Tjolomadoe cukup terjangkau. Hanya merogoh kocek Rp 35ribu, satu orang bisa masuk dan dapet snack dan minum. Tjolomadoe ini bekas pabrik gula, gedungnya terlihat khas gedung lama. Maaf ya fotonya nggak bisa detail karena fotonya kebanyakan di hape lama (dan nggak sempat kesimpan TT).
Kami cukup lama berkeliling di Tjolomadoe, mulai dari bagian dalam sampai ke luar gedung. Semuanya bagus buat foto-foto ataupun nambah info soal pabrik gula. Soal foto bagian luar, coba scroll ke atas ya! (apasih vin).
Lanjut nih, udah masuk waktu sore. Trus kepikiran mau ke mana lagi ya? Pulang dari Tjolomadoe akhirnya mampir ke The Heritage Palace (ini nggak ada di list karena emang nggak mau ke sana--aku sih). Tapi akhirnya malah ke sana karena nggak tahu mau ke mana~
Buat kamu yang suka selfie dan foto, sepertinya lokasi ini cocok. Buat masuk ke halaman tulisan The Heritage Palace harganya aku lupa. Nah lokasi ini dibagi ke dalam beberapa bagian, indoor dan outdoor. Kami cuma penasaran dan beli tiket outdoor doang. Buat info tiketnya, kepoin media sosialnya ya.
Hari makin sore pada akhirnya kami memutuskan ke Mie Ramen hits di Solo yang viral. Penjualnya orang Jepang asli katanya. Yaudah kami ke lokasi dan ternyata sedikit apes. Takoyakinya udah habis. Sisa ramen dan gyoza. Saran kalau mau jajan ke sana, mending pas jam buka awal-awal. Jangan sore-sore, pasti udah banyak yang habis.
Aku lupa jenis ramen apa -_- maaf ya, tapi gugling kalian pasti Soal harga affordable banget. Kalau bicara rasa, emang enak dan bikin kenyang. Sekitar jam magrib, kami balik ke stasiun. Lokasinya agak jauh di pinggiran Solo. Sementara waktu agak mepet buat menuju ke stasiun. HAHAHA AGAK PANIK TAPI CHILL.
Pada akhirnya nggak terlambat sampai stasiun dan kami berhasil sampai Jogja dengan selamat. Perjalanan pulang ditemani hujan dan ngantuk karena kelelahan sepertinya.
Terima kasih buat jalan-jalan serunya! Semoga bisa jalan-jalan lagi setelah corona ya!
See you :)
Eniwei, selamat puasa ya kalian! Semoga Ramadan kali ini penuh keberkahan meskipun di rumah aja. Beberapa waktu lalu, aku sempat menuliskan sesuatu soal kegelisahanku tentang corona yang mewabah di dunia Akan tetapi berakhir pada nggak usah diposting dah.
Oiya hari ini lebih dari sebulan, aku work from home atau WFH. Kebijakan kantor awalnya dinanti-nanti karena you know what-lah, corona bikin panik dan gelisah. Sementara aku masih ke mana-mana. Alhasil pas dapat kesempatan buat WFH sedikit kalem.
Kali ini nggak mau bahas detail WFH ya. Aku kali ini bakalan membagikan pengalaman seru di awal tahun 2020. Kalau dihitung-hitung, udah lima bulan lho~ Nggak ada kata terlambat ya!
Foto pakai Instax di Tjolomadoe. |
Sebelumnya, aku pernah menuliskan perjalanan ke Solo di Instagram Story. Kamu bisa lihat di Instagramku @vindiasari. Aku udah bikin highlight soal jalan-jalan ke Solo. Cuma postingan kali ini dibuat sedikit effort biar meninggalkan jejak. Soalnya liburan terakhir udah ditulis, masak yang ini kagak.
Sekitar pertengahan bulan Januari 2020. Ada yang ngide, nanyain libur hari apa? Main yuk! Intinya begitu. Berhubung libur weekend dan katanya kalau libur weekend (tandanya diajakin ke luar kota)
Dari ngobrolin mau ke mana dan tak tahu arah. Akhirnya tercetus ke Solo. Kenapa Solo? Karena doi (yang ngajak) penasaran sama Tjolomadoe. Dia bercerita kalau kapan tahun, dia ditinggal keluarganya main-main ke Solo.
Akhirnya dia mengajak main ke Solo. Dari situ, aku jadi teringat ada museum baru di Solo. Akhirnya kepo-kepo singkat, kami pun merencanakan ke Museum Tumurun. Dua lokasi itu adalah tujuan awal. Sisanya, kami diskusi dan kalau ada waktu mampir.
Spoiler, kami ke Solo cuma sehari ya. Dari pagi sampai malam (literally-- karena kami ngikut jadwal kereta prameks). Kami memilih naik kereta karena si doi nggak mau capek karena malem sebelumnya baru sampai di Jogja. Ya aku mah mau-mau aja, dah lama nggak naik kereta. Lol
Situasi stasiun sebelum kereta tiba. |
Kami berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta menuju ke Stasiun Purwosari. Selanjutnya, kami menuju ke lokasi pertama, yaitu Museum Tumurun. Sebelum ke Tumurun, kami sudah booking tiket. Nggak sembarangan pengunjung yang dateng bisa langsung masuk. Soalnya mereka punya sistem ticketing sendiri. Kamu bisa cek infonya di website resminya ya.
Nggak usah khawatir, harga tiketnya nol rupiah alias gratis. Siapa sih yang nggak suka gratis~ Kami menggunakan Gocar sebagai transportasi menuju museum. Nggak jauh dan cuma bentar langsung sampai. Kami pilih jam 10 atau 11 dan durasi keliling museum cuma dibatesin satu jam setiap sesi.
Penampakan dalam Museum Tumurun. |
Selanjutnya, udah keliling-keliling museum. Terkagum-kagum dengan koleksinya, kami kelaparan. Pas banget jam makan siang juga. Akhirnya memutuskan untuk makan di warung sate Pak Manto. Saat itu, kami memilih menu tongseng dan sate. Lokasi warung sate dan museum cukup dekat, kami jalan kaki. Nggak sampai lima menit sampai :)
Dua makanan menggoda lidah~ |
Seporsi sate atau tongseng dihargai Rp 50ribu. Lokasinya cukup ramai dan luas. Cocoklah buat makan keluarga. Soal rasa enak dan kenyang. Saat makan, kami juga lagi pesan tiket kereta pulang. Sungguh nggak prepare mau pulang jam berapa. Hahahaha.. Tapi akhirnya dapet tiket jam akhir, sekitar jam 19-an dari Stasiun Solo Balapan. Yaudahlah ya, berarti kami masih ada waktu sampai magrib buat jalan-jalan.
Udah kenyang, lanjut ke lokasi selanjutnya. Kami menuju Tjolomadoe. Lokasinya dari Tumurum lumayan jauh, kami naik Gocar lagi buat ke sana.
Penampakan tiket. |
Kalau tiket museum gratis, tiket masuk Tjolomadoe cukup terjangkau. Hanya merogoh kocek Rp 35ribu, satu orang bisa masuk dan dapet snack dan minum. Tjolomadoe ini bekas pabrik gula, gedungnya terlihat khas gedung lama. Maaf ya fotonya nggak bisa detail karena fotonya kebanyakan di hape lama (dan nggak sempat kesimpan TT).
Penampakan bagian dalam museum. |
Kami cukup lama berkeliling di Tjolomadoe, mulai dari bagian dalam sampai ke luar gedung. Semuanya bagus buat foto-foto ataupun nambah info soal pabrik gula. Soal foto bagian luar, coba scroll ke atas ya! (apasih vin).
Tampak dalam yang dihargai tiket masuk.. |
Lanjut nih, udah masuk waktu sore. Trus kepikiran mau ke mana lagi ya? Pulang dari Tjolomadoe akhirnya mampir ke The Heritage Palace (ini nggak ada di list karena emang nggak mau ke sana--aku sih). Tapi akhirnya malah ke sana karena nggak tahu mau ke mana~
Buat kamu yang suka selfie dan foto, sepertinya lokasi ini cocok. Buat masuk ke halaman tulisan The Heritage Palace harganya aku lupa. Nah lokasi ini dibagi ke dalam beberapa bagian, indoor dan outdoor. Kami cuma penasaran dan beli tiket outdoor doang. Buat info tiketnya, kepoin media sosialnya ya.
Hari makin sore pada akhirnya kami memutuskan ke Mie Ramen hits di Solo yang viral. Penjualnya orang Jepang asli katanya. Yaudah kami ke lokasi dan ternyata sedikit apes. Takoyakinya udah habis. Sisa ramen dan gyoza. Saran kalau mau jajan ke sana, mending pas jam buka awal-awal. Jangan sore-sore, pasti udah banyak yang habis.
Nggak punya foto proper pas makan ramen. Cuma ini doang yang ada di galeriku. |
Aku lupa jenis ramen apa -_- maaf ya, tapi gugling kalian pasti Soal harga affordable banget. Kalau bicara rasa, emang enak dan bikin kenyang. Sekitar jam magrib, kami balik ke stasiun. Lokasinya agak jauh di pinggiran Solo. Sementara waktu agak mepet buat menuju ke stasiun. HAHAHA AGAK PANIK TAPI CHILL.
Lempuyangan pas di ruang tunggu. |
Pada akhirnya nggak terlambat sampai stasiun dan kami berhasil sampai Jogja dengan selamat. Perjalanan pulang ditemani hujan dan ngantuk karena kelelahan sepertinya.
Terima kasih buat jalan-jalan serunya! Semoga bisa jalan-jalan lagi setelah corona ya!
See you :)
Kalau kalian penasaran dengan Rumah Atsiri, langsung aja ke bagian 'Dimulailah perjalanan menuju Tawangmangu'. Namun jika kamu pengen tahu soal latar belakang kenapa kita ke Rumah Atsiri, baca dari awal. (Nggak penting sih, cuma pengen cerita aja~) Biasa anaknya suka curhaaaaaaat.
foto: Mengakhiri keliling Rumah Atsiri di Green house/ kamera delapan kilogram Inur. |
Suatu pagi, temanku menyapa lewat imessages. Ia mengirimkan beberapa link Instagram berisi spot museum, yaitu Rumah Atsiri.
"Pernah liputan di sini?" tanyanya.
Tanpa membuka link, aku tahu lokasi museum yang dimaksud.
"Kamu nggak inget apa, kita pernah bahas Rumah Atsiri?"
Jadi ceritanya, bulan Januari lalu, kami jalan-jalan ke Solo. Dalam sebuah perjalanan tersebut, kami pernah membahas lokasi-lokasi wisata lain yang menarik. Salah satunya, Rumah Atsiri. Sayangnya, si anak nggak ngeh alias lupa kalau pernah bahas itu.
Singkat cerita temanku mendapat link tersebut dari temannya. Mereka berencana untuk liburan ke Tawangmangu, salah satu destinasi tujuannya adalah Rumah Atsiri. Berhubung emang udah kepikiran dan pengen ke sana dari tahun 2018, langsung aja bilang.
"Kalau mau ke sana, hayukk kita ajak temanku juga."
Berhubung, cuma ngikut. Jadinya ya nunggu konfirmasi sama tanggal aja kan. Lagian jadwal kerja juga nggak tahu cocok apa nggak. Tiba-tiba jelang akhir Februari, temanku mengirimkan pesan dan menginformasikan tanggal 7 atau 8 yuk ke Tawangmangu.
Kemudian tiba-tiba, jelang dua hari menuju hari H. Temanku mengabarkan, "Vin kemungkinan kayaknya aku nggak pulang 75 persen."
Pas denger langsung mikir, oh yaudah. Ya mau gimana lagi? Kan itu kejadian di luar kendali kita. Udah stoic belum?
Langsung ngabarin temen lain kalau kemungkinan besar nggak jadi. Yaudah, mari kita menyusun agenda weekend di Jogja saja.
Nggak tahunya, dikabarin lagi jelang sehari.
"Aku jadi pulang ya tapi belum beli tiket."
Lalu jam demi jam berlalu, jam dinding menunjukkan pukul 22.00 WIB. Temanku baru memulai perjalanan ke Jogja~ Buseeeet malam sekali -_- Dipikir-pikir, pasti capek, ngantuk, kenapa si maksain? Heran?
Mari kepo-kepo dikit lewat Instagram Stories! Pemanasan dulu ya!
Screenshot Instagram Stories @vindiasari. |
Akhir Desember 2019 lalu, aku mendapat kesempatan main-main sebentar ke Magelang. Tentunya ada yang ngajakin ya, nggak mungkin ngide sendiri ke Magelang wkwkw
Singkat cerita, aku dan teman-teman ada agenda menghadiri pernikahan Ayu Widyaningrum atau biasa kami sapa Ayuwe atau Yuwe. Lokasi pernikahan di Yogyakarta, tapi kok ujungnya bisa ke Magelang? Adalah ajakan teman yang ingin menyantap mangut di Muntilan, lalu mengajak kami-kami yang berminat ikut. Apalagi, teman kami ada yang akan pulang ke Magelang. Jadinya sekalian angkut gitu~ Diajakin main ya ayo aja! Haus liburan, maaf.
Ceritanya hampir nggak jadi ikut karena hujan tapi akhirnya teman-temanku berbaik hati menjemput di rumah. Akhirnya aku ikuuuut ke Magelang. Rencana ke sana ngapain aja? Nggak tahu, ngikut aja aku mah.
Destinasi pertama adalah menyicipi warung makan Mangut Lele Purnama. Atas rekomendasi Inur, kami mencicipi mangut lele. Lokasinya agak masuk dari Jalan Magelang tapi cukup ramai pengunjung. Eh ternyata tempat makan ini sering dikunjungi mamaku saat muda. Lol!
Makanan cukup enak, harga seporsi Rp 25ribu (mangut lele dan nasi), tanpa nasi sekitar Rp 20ribu. Minuman ada bermacam-macam bisa milih~ Lanjut nih setelah kenyang makan, kami menuju ke Borobudur (lewat doang) karena kami menuju ke Balkondes~
Balkondes adalah semacam balai desa yang bentuknya taman joglo (cmiiw). Ya kalian bisa googling aja ya. Oiya, Kami di sini berangkat berlima, ada aku, Mbak Desinta dan kekasihnya, Hasa yang juga nyetirin kami. Ratih yang habis kondangan trus mau balik. Lalu Inur yang ngide ke Magelang.
Kami berlima menikmati perjalanan singkat ke Balkondes, ada banyak lokasi. Namun Balkondes yang kami pilih adalah Balkondes Ngadirejo. Cuaca cukup mendukung, sejuk, asri, menyegarkan. Escape bangetlah jalan-jalan ke sini.
Sayangnya, bangunan utama Balkondes Ngadirejo ditutup karena ambruk kena hujan angin. Akhirnya kami cuma foto-foto, keliling, dan jalan-jalan. Beberapa foto bisa disaksikan di Twitter Mbak Des. Mereka sempat menjalani sesi pemotretan ala-ala prewedding, mari kita doakan semoga mereka menemukan kebahagiaan bersama. Aamiiiiiin.
Terlalu insecure untuk posting di ig dan terlalu manis untuk disimpen sendirian. Bukan prewed, iseng aja kemarin pas main sama temen-temen ke balkondes magelang, terus bagus, terus ada kameranya vindi, terus ada fotografer aka si inur, terus ada ratih yg ngetawain kami terus wkwk pic.twitter.com/EMCM7QMMFL
— Desinta Wahyu (@desintawk) January 1, 2020
Terima kasih santai sore dan jalan-jalan yang menyenangkan meskipun sebentaaaaaaar.
Akhir tahun 2019 jadi terasa penuh kejutan. Entah mengapa Tuhan memberikan sebagian jawaban dari usaha dan doa di akhir tahun. Padahal kalau dipikir-pikir, jauh sebelum tutup tahun, kerjaannya galau, nangis, kepikiran, overthinking, dan segala pikiran negatif muncul. Rasanya seperti tertampar oleh Tuhan.
Tahun 2019, perjalanan cukup penuh lika-liku. Namun demikian, setelah membaca ulang perjalanan nggak jelek-jelek amat. Mari berbicara soal pencapaian sederhana yang ternyata bisa diraih di tahun 2019. Nggak akan aku sebutkan satu per satu karena pencapaian ini sifatnya pribadi.
Tahun ini banyak rencana yang sudah tercentang. Sisanya masih masuk antrian buat diwujudkan tahun depan. Gara-gara Tuhan memberikan kejutan akhir tahun, rasanya ada semangat dan optimisme dalam menyambut 2020. Makasih ya, Tuhan!
Beberapa hal yang aku pelajari di tahun 2020.
Dalam sebuah percakapan di grup, aku dan teman-teman merefleksikan perjalanan 2019.
Nimbrunglah aku membalas, "sama banget😠aku sebelumnya clueless dan tidak semangat 2020. Tapi kemarin baca2 jurnal harian rasanya nyesss.. ada semangat."
Lalu Bella memberikan kalimat ajaib yang udah seharusnya kami percaya.
2019 jadi tahun baru bagi mereka, aku tahu betul strugglingnya mereka untuk sampai di posisi sekarang. Mereka emang nggak selalu ada, tapi selalu ngasih hal terbaik saat bersama. Terima kasih Bebebku semua. Luv!
Hal-hal yang patut disyukuri selanjutnya adalah aku dikelilingi oleh banyak orang baik dan supportif. Seenggaknya kalau aku lagi down, mereka ada buat mengingatkan.
Bisa jalan-jalan ke beberapa kota dan negara sepanjang 2019 jadi bonus ya. Setelah dipikir-pikir lumayan ya, dari jelajah dua negara hingga menyusuri kota-kota yang belum ku kunjungi sebelumnya. Well, banyak juga momen pertama di 2019. Pertama kali melawan rasa takut ke dokter. Melakukan hal-hal medis sendiri untuk pertama kali dalam hidup.
Januari 2019 ke Januari 2020, perjalanan yang sudah kutulis di journal book sebagai pengingat! Terima kasih untuk semua orang yang bersinggungan denganku. Aku sayang kalian!
Semoga tahun 2020 dipenuhi dengan kejutan baru yang membahagiakan ya! Aamiin!
Photo by Brooke Lark on Unsplash
|
Tahun ini banyak rencana yang sudah tercentang. Sisanya masih masuk antrian buat diwujudkan tahun depan. Gara-gara Tuhan memberikan kejutan akhir tahun, rasanya ada semangat dan optimisme dalam menyambut 2020. Makasih ya, Tuhan!
Beberapa hal yang aku pelajari di tahun 2020.
"Fokus sama diri sendiri adalah kunci. Nggak boleh terlalu bandingin hidup sendiri sama orang lain."
Dalam sebuah percakapan di grup, aku dan teman-teman merefleksikan perjalanan 2019.
"Iyaaa beb.... ga tau kenapa aku kok seneng bangt ya rasanya. Denger pencapaian temenku. Kemrn temen s2 sekarang kamu. Really rasanya jadi semangat aja buat ngejalanin hidup," kata temanku Erma.
Nimbrunglah aku membalas, "sama banget😠aku sebelumnya clueless dan tidak semangat 2020. Tapi kemarin baca2 jurnal harian rasanya nyesss.. ada semangat."
Lalu Bella memberikan kalimat ajaib yang udah seharusnya kami percaya.
"Tetep semangat ya bebeb semua. Emang paling bener fokus sama diri sendiri, jangan bandingin diri sama orang lain. You all did a good job, we did a good job. Jgn lupa apresiasi diri sendiri. Makasih udah jadi supporting system yg baik💙💙💙," kata Bella.
2019 jadi tahun baru bagi mereka, aku tahu betul strugglingnya mereka untuk sampai di posisi sekarang. Mereka emang nggak selalu ada, tapi selalu ngasih hal terbaik saat bersama. Terima kasih Bebebku semua. Luv!
Hal-hal yang patut disyukuri selanjutnya adalah aku dikelilingi oleh banyak orang baik dan supportif. Seenggaknya kalau aku lagi down, mereka ada buat mengingatkan.
foto: mirroring with vindiasari |
foto: mirrroring dari kamera hapeku |
Januari 2019 ke Januari 2020, perjalanan yang sudah kutulis di journal book sebagai pengingat! Terima kasih untuk semua orang yang bersinggungan denganku. Aku sayang kalian!
Semoga tahun 2020 dipenuhi dengan kejutan baru yang membahagiakan ya! Aamiin!
Punya rencana ingin memiliki kaktus dari tahun lalu tapi eksekusi nol besar. Padahal sudah follow akun jualan kaktus, udah nanya harga, DM lokasi, dan seniat itu kepo tentang cara merawat kaktus atau sukulen. Akan tetapi, masih belum tergerak untuk beli beneran.
Setelah wacana dan cuma ingin-ingin-ingin, akhirnya bulan April kemarin beli juga! Yeay!Ini gara-gara teman kantor posting di WhatsApp, akhirnya malah tertarik beli beneran. Setelah nego harga dan milih belasan kaktus dan sukulen, akhirnya terpilihlah dua kaktus imut karena ukurannya yang mini.
Dua kaktus ini aku beri nama Utul. Say hello to Utul, guys!
Nggak spesifik Utul itu yang mana. Dua-duanya Utul. Kenapa namanya Utul? Nggak tahu, bagiku itu lucu aja. Ada orang yang mengira Utul singkatan Ujian Tulis, tapi asli bukan itu. Aku random banget kasih namanya.
Udah sekitar berminggu-minggu, Utul di rumah. Setiap bangun pagi, aku menyempatkan diri nengok Utul di lantai atas rumah. Wow, selalu happy melihat pertumbuhan mereka. Secara nggak langsung bikin mood jadi happy. Sehat-sehat yaaaaaaaa...
Utul kaktus sekarang sedang tumbuh bunga dan duri baru, lho. Doain bisa mekar sempurna ya. Karena bunga sebelumnya kering dan layu. Meskipun ditengokin tiap hari, aku jarang nyiramin. Karena kaktus tumbuhan yang nggak butuh banyak air. Mereka lebih senang berada di lokasi yang panas dan terik. Well, hobi aku mindahin ke sun spot langsung.
Aku jadi merindukan tanaman lombok yang belum berbuah udah mati. Huhuhuhu :(
Assalamu'alaikum.
Ada rasa bahagia setiap menuju bulan ke-6 di kalender masehi. Bulan tengah, tanggal tengah, anak tengah. Betapa hidupku tak bisa dilepaskan dari kata tengah.
Bulan Juni, umat muslim merayakan Hari Raya Idulfitri. Kemeriahan menyambut Lebaran begitu terasa di setiap sudut kota mulai dari ketupat, pusat perbelanjaan penuh, dan lain-lain. Sayangnya, aku satu dari sekian orang yang nggak bisa mempersiapkan hari raya.
Tepat hari Jumat ini (15/6), aku nggak cuma merayakan Hari Raya Idulfitri. Ada satu momen yang akan terus berulang diperingati-meskipun nggak selalu dirayakan.
Tahun 2018, 15 Juni ke-24.
Memulai hari dengan suara takbir, ada rasa syukur dan bahagia dalam diri. Walaupun aslinya, insecure sendiri. Umur udah segini tapi masih dapet kado. Siapa yang nggak seneng dapet kado? Makasi kadonya ya, seneng banget di kala nggak beli baju baru.
Kadang bahagia itu muncul dari hal-hal kecil. Sebelum tanggal 15, temanku mulai mengirimkan ucapan ulang tahun. Lol. Thanks ya semua doa dan ucapan yang mengalir sebelum dan sesudah pertambahan usia :)
Lebaran tahun ini uwe makin lebar. Weyyyy~
Mari berbahagia di hari ulang tahunku.
Bagaimana hari rayamu tahun ini? Udah ditanya kapan nikah belum?
Xoxo,
Wassalamualaikum.
Assalamu'alaikum.
Dari baca judul, kalian pasti tahu postingan ini akan berisi curhatan sekaligus sharing pengalaman ke luar negeri pertama kali dan sendirian.
Sebelumnya, aku ucapkan terima kasih kepada Pak Titis selaku pemred tempat kantorku bekerja. Beliau memberiku tugas untuk melakukan peliputan ke luar negeri.
Suatu sore di kantor.
"Vin, kamu punya passport?" Tanya Pak Titis.
"Punya, Pak." Jawabku singkat sembari menerka maksud pertanyaan beliau.
"Yowes Vindi aja yang berangkat. Coba sini deh," beliau memanggilku ke mejanya.
Tak butuh waktu lama, beliau menunjukkanku sebuah email berisi undangan event di Malaysia.
"Vin, kamu berangkat ke Malaysia ya. Nanti aku kirim emailnya," kata beliau.
Bahagia bercampur speechless muncul seketika usai mendengar pernyataan dari beliau. Seketika ku jawab, "baik, Pak."
"Eh seriusan ini we mau ke luar negeri?" Batinku.
Usai mendapat tugas, aku segera mengurus segala keperluan sebelum berangkat. Ada sekitar seminggu waktu untuk mempersiapkan perlengkapan.
"Ini momen pertama we keluar negeri . Akhirnya passport dicap juga," kataku bersyukur.
Flash back sedikit.
Aku dan temanku bernama Septika membuat passport bersama di Kantor Imigrasi Jogja bulan September 2017 lalu. Saat daftar belum ada bayangan bakal ke luar negeri kapan. Niat awal punya passport biar 'jadi modal buat abroad ke destinasi impian'. Eh Alhamdulillah, dikasih sama Tuhan lebih cepet dan unexpected bisa bulan Mei 2018. *if you know, kita sama-sama ke luar negeri bulan Mei.
Aku nyeletuk, "lucu ya kita. Bikin passportnya bareng, ke luar negerinya juga bareng."
Yap, aku mendapat tugas ke Malaysia sementara Septika mendapat tugas ke Singapura. Well, this is our first time to abroad yaaa...
Back to topic.
Aku mewakili kantorku untuk meliput acara dari AirAsia di Sarawak, Malaysia. Aku mendapat kesempatan mewakili media dari Indonesia, sendirian. Aku kira bakal ada temen dari Indonesia buat teman jalan. Eh tahunya H min berapa hari, aku kontak pic AirAsia. Si Pic bilang kalau we adalah media satu-satunya dari Indonesia.
Segala akomodasi, penginapan, transport lokal, hingga komunikasi ditanggung pihak penyelenggara. Jadi we bawa badan sama niat aja ke Malaysia. Tak ingin menyiakan kesempatan yang ada, perjalanan ke luar negeri sendirian untuk pertama kali siap ku jabani. Rejeki nggak boleh ditolak, ya kan?
Percayalah rasa excited sebelum berangkat hampir sama dengan perasaan takut dan khawatir. Pasalnya, ini momen pertama ke luar negeri. Aku nggak bisa mengandalkan orang lain kalau terjadi apa-apa di luar negeri. Jadi, aku harus mempersiapkan semuanya sebaik mungkin.
Buat kamu yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri pertama kali dan sendirian. Jangan khawatir! Jalan ke luar negeri sendirian itu tidak menyeramkan seperti yang dibayangkan. *berani ngomong gini pasca menjalaninya*.
Tentu nggak boleh sembarangan mempersiapkan itinerary dan syarat-syarat ke luar negeri. Hal pertama yang ku lakukan adalah mencari tahu lokasi tujuan. Alasannya biar tahu nanti medannya seperti apa, transport lokal gimana, bawa barang dan pakaian apa aja, kalau perlu cek cuaca lewat aplikasi.
Tujuanku adalah ke Miri, Sarawak, Malaysia. Ini pertama kalinya aku tahu ada lokasi namanya Miri. Kalau bicara Malaysia pasti gaungnya Kuala Lumpur, Langkawi, Kuching, dan nama hits lainnya.
Sebelum berangkat, aku rajin browsing pengalaman orang pertama kali di luar negeri. Mulai dari dokumen yang harus diperhatikan seperti passport, KTP, boarding pass, dll. Nggak cuma itu, aku juga rajin baca-baca peraturan penerbangan mulai dari berat kabin maksimal 7 kilogram dan lain-lain. Modelnya hampir sama dengan penerbangan domestik di Indonesia.
Selain itu, aku mencari tahu soal imigrasi hingga random check. Daripada dicegat petugas mending cari aman dengan menghindari pelanggaran. Oke semua udah dicari tahu. Tibalah waktu berangkat sendirian.
Aku diantar orangtua dan saudara ke Bandara. Setelah pamitan dan minta doa restu, aku masuk ke pintu keberangkatan. Setelah dicek petugas, aku menuju mesin check in online AirAsia. Alasannya biar cepet dan menghemat waktu. Cara gunainnya gampang kok, aku pernah lihat ada vlog yang menjelaskan cara penggunaan mesin tersebut.
Boarding pass udah di tangan, langkah selanjutnya menuju ruang tunggu. Buat kamu yang membawa bagasi, letakkan tasmu dan serahkan pada petugas. Berhubung aku nggak mau nunggu lama, aku milih nggak pakai bagasi.
Masuk ke ruang tunggu, segala bawaan barang dicek lewat x-ray. Penumpang juga melewati mesin metal detector. Sebelumnya tunjukkan boarding pass dan passportmu pada petugas. Setelah masuk ruang tunggu, antri ke pihak imigrasi.
Berat tas kabin ditimbang, cek kelengkapan dokumen, kalau lolos dicap imigrasi. "Udah sah nih ke luar negerinya," ngikutin iklan AirAsia.
Tas bawaan kembali dicek, segala hal yang menyangkut cairan, gas, dan aerosol yang melebihi batas akan disita petugas.
Aku berangkat dari Bandara Adisucipto, Yogyakarta ke Miri pada Kamis (10/5) menggunakan maskapai LCC AirAsia. Rute penerbanganku, Jogja-KLIA2 ditempuh selama 2 jam lebih kalau nggak salah. Malaysia punya perbedaan waktu yaitu satu jam lebih cepat dari Jakarta (WIB). *aku baru tahu setelah cek jam hp sama jam tangan menunjukkan angka berbeda.
Sampai Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA2), aku keluar menuju imigrasi. Rasa deg-degan sempat muncul saat di pihak imigrasi Malaysia. Alhamdulillah lancar, aku hanya ditanya satu pertanyaan dan ku jawab. Setelah scan fingerprint dan passport dicap, aku keluar dengan melewati pemeriksaan x-ray kembali.
Masih ada waktu sekitar 3 jam sebelum terbang ke Miri. Aku memanfaatkan waktu tersebut untuk keliling KLIA2. Lantai 1 dan 2 berisi tenant yang bisa memanjakkan mata. Itung-itung kalau nemu barang murah bisa dibeli. Sayangnya, aku hanya melihat-lihat saja. Karena niatku cuma lihat-lihat sembari membuang waktu. Sekitar 3 jam di KLIA2, akhirnya tiba waktu untuk terbang ke Miri, Sarawak.
Selamat datang di Miri, Sarawak! Tulisan selanjutnya bakal aku tulis di post selanjutnya ya!
Setelah melakukan perjalanan ke luar negeri untuk pertama kalinya, ternyata seru juga jalan-jalan sendiri! Tapi alangkah lebih menyenangkan kalau ada temen ngobrolnya~
Jangan takut buat ke luar negeri sendirian :)
Dari baca judul, kalian pasti tahu postingan ini akan berisi curhatan sekaligus sharing pengalaman ke luar negeri pertama kali dan sendirian.
Sebelumnya, aku ucapkan terima kasih kepada Pak Titis selaku pemred tempat kantorku bekerja. Beliau memberiku tugas untuk melakukan peliputan ke luar negeri.
Suatu sore di kantor.
"Vin, kamu punya passport?" Tanya Pak Titis.
"Punya, Pak." Jawabku singkat sembari menerka maksud pertanyaan beliau.
"Yowes Vindi aja yang berangkat. Coba sini deh," beliau memanggilku ke mejanya.
Tak butuh waktu lama, beliau menunjukkanku sebuah email berisi undangan event di Malaysia.
"Vin, kamu berangkat ke Malaysia ya. Nanti aku kirim emailnya," kata beliau.
Bahagia bercampur speechless muncul seketika usai mendengar pernyataan dari beliau. Seketika ku jawab, "baik, Pak."
"Eh seriusan ini we mau ke luar negeri?" Batinku.
Usai mendapat tugas, aku segera mengurus segala keperluan sebelum berangkat. Ada sekitar seminggu waktu untuk mempersiapkan perlengkapan.
"Ini momen pertama we keluar negeri . Akhirnya passport dicap juga," kataku bersyukur.
Flash back sedikit.
Aku dan temanku bernama Septika membuat passport bersama di Kantor Imigrasi Jogja bulan September 2017 lalu. Saat daftar belum ada bayangan bakal ke luar negeri kapan. Niat awal punya passport biar 'jadi modal buat abroad ke destinasi impian'. Eh Alhamdulillah, dikasih sama Tuhan lebih cepet dan unexpected bisa bulan Mei 2018. *if you know, kita sama-sama ke luar negeri bulan Mei.
Aku nyeletuk, "lucu ya kita. Bikin passportnya bareng, ke luar negerinya juga bareng."
Yap, aku mendapat tugas ke Malaysia sementara Septika mendapat tugas ke Singapura. Well, this is our first time to abroad yaaa...
Back to topic.
Aku mewakili kantorku untuk meliput acara dari AirAsia di Sarawak, Malaysia. Aku mendapat kesempatan mewakili media dari Indonesia, sendirian. Aku kira bakal ada temen dari Indonesia buat teman jalan. Eh tahunya H min berapa hari, aku kontak pic AirAsia. Si Pic bilang kalau we adalah media satu-satunya dari Indonesia.
Segala akomodasi, penginapan, transport lokal, hingga komunikasi ditanggung pihak penyelenggara. Jadi we bawa badan sama niat aja ke Malaysia. Tak ingin menyiakan kesempatan yang ada, perjalanan ke luar negeri sendirian untuk pertama kali siap ku jabani. Rejeki nggak boleh ditolak, ya kan?
Percayalah rasa excited sebelum berangkat hampir sama dengan perasaan takut dan khawatir. Pasalnya, ini momen pertama ke luar negeri. Aku nggak bisa mengandalkan orang lain kalau terjadi apa-apa di luar negeri. Jadi, aku harus mempersiapkan semuanya sebaik mungkin.
Buat kamu yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri pertama kali dan sendirian. Jangan khawatir! Jalan ke luar negeri sendirian itu tidak menyeramkan seperti yang dibayangkan. *berani ngomong gini pasca menjalaninya*.
Tentu nggak boleh sembarangan mempersiapkan itinerary dan syarat-syarat ke luar negeri. Hal pertama yang ku lakukan adalah mencari tahu lokasi tujuan. Alasannya biar tahu nanti medannya seperti apa, transport lokal gimana, bawa barang dan pakaian apa aja, kalau perlu cek cuaca lewat aplikasi.
Tujuanku adalah ke Miri, Sarawak, Malaysia. Ini pertama kalinya aku tahu ada lokasi namanya Miri. Kalau bicara Malaysia pasti gaungnya Kuala Lumpur, Langkawi, Kuching, dan nama hits lainnya.
Sebelum berangkat, aku rajin browsing pengalaman orang pertama kali di luar negeri. Mulai dari dokumen yang harus diperhatikan seperti passport, KTP, boarding pass, dll. Nggak cuma itu, aku juga rajin baca-baca peraturan penerbangan mulai dari berat kabin maksimal 7 kilogram dan lain-lain. Modelnya hampir sama dengan penerbangan domestik di Indonesia.
Selain itu, aku mencari tahu soal imigrasi hingga random check. Daripada dicegat petugas mending cari aman dengan menghindari pelanggaran. Oke semua udah dicari tahu. Tibalah waktu berangkat sendirian.
Aku diantar orangtua dan saudara ke Bandara. Setelah pamitan dan minta doa restu, aku masuk ke pintu keberangkatan. Setelah dicek petugas, aku menuju mesin check in online AirAsia. Alasannya biar cepet dan menghemat waktu. Cara gunainnya gampang kok, aku pernah lihat ada vlog yang menjelaskan cara penggunaan mesin tersebut.
Boarding pass udah di tangan, langkah selanjutnya menuju ruang tunggu. Buat kamu yang membawa bagasi, letakkan tasmu dan serahkan pada petugas. Berhubung aku nggak mau nunggu lama, aku milih nggak pakai bagasi.
Jalan-jalan sekitar hotel di Miri, Sarawak. |
Berat tas kabin ditimbang, cek kelengkapan dokumen, kalau lolos dicap imigrasi. "Udah sah nih ke luar negerinya," ngikutin iklan AirAsia.
Tas bawaan kembali dicek, segala hal yang menyangkut cairan, gas, dan aerosol yang melebihi batas akan disita petugas.
Aku berangkat dari Bandara Adisucipto, Yogyakarta ke Miri pada Kamis (10/5) menggunakan maskapai LCC AirAsia. Rute penerbanganku, Jogja-KLIA2 ditempuh selama 2 jam lebih kalau nggak salah. Malaysia punya perbedaan waktu yaitu satu jam lebih cepat dari Jakarta (WIB). *aku baru tahu setelah cek jam hp sama jam tangan menunjukkan angka berbeda.
Sampai Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA2), aku keluar menuju imigrasi. Rasa deg-degan sempat muncul saat di pihak imigrasi Malaysia. Alhamdulillah lancar, aku hanya ditanya satu pertanyaan dan ku jawab. Setelah scan fingerprint dan passport dicap, aku keluar dengan melewati pemeriksaan x-ray kembali.
Masih ada waktu sekitar 3 jam sebelum terbang ke Miri. Aku memanfaatkan waktu tersebut untuk keliling KLIA2. Lantai 1 dan 2 berisi tenant yang bisa memanjakkan mata. Itung-itung kalau nemu barang murah bisa dibeli. Sayangnya, aku hanya melihat-lihat saja. Karena niatku cuma lihat-lihat sembari membuang waktu. Sekitar 3 jam di KLIA2, akhirnya tiba waktu untuk terbang ke Miri, Sarawak.
Selamat datang di Miri, Sarawak! Tulisan selanjutnya bakal aku tulis di post selanjutnya ya!
foto: Miri dilihat dari hotel lantai 12. |
Setelah melakukan perjalanan ke luar negeri untuk pertama kalinya, ternyata seru juga jalan-jalan sendiri! Tapi alangkah lebih menyenangkan kalau ada temen ngobrolnya~
Jangan takut buat ke luar negeri sendirian :)
XOXO
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Niat hati ingin rutin menulis minimal sekali sebulan di blog. Apa daya ku? Realita berkata lain, bulan Maret lalu aku hanya menulis sedikit dan berakhir di draft.
Sebagai wujud penyesalan atas niat dan rencana menulis yang terbengkalai. Aku pun mencoba mulai menulis. Kalau ibarat hutang harus di bayar gitu. Hehe..
Beberapa waktu lalu, aku mengusulkan ide liputan kepada editorku. Ide liputan ini ku dapat dari WhatsApp stories milik teman SMA-ku yang biasa ku panggil 'Mbak Ana'. Dalam unggahannya, Mbak Ana mengunggah video yang berisi sketsa kerumunan orang seolah menyerbu benteng besar. Tak lupa Mbak Ana menuliskan sedikit keterangan dengan syuting film.
Rasa penasaranku membesar. Aku mencoba chat dengan Mbak Ana. Dari situlah, saya mengenal Studio Sanggar Alam Gamplong. Mungkin bagi warga sekitar Dusun Gamplong, Sleman, Yogyakarta sudah nggak asing lagi dengan sebutan itu. Beda halnya dengan orang awam macam aku. Baiklah, mari kita simak bareng-bareng.
Studio Sanggar Alam Gamplong merupakan studio alam yang digunakan oleh sutradara Hanung Bramantyo dalam membuat film kolosal Sultan Agung. Bekerja sama dengan Mooryati Soedibyo Cinema, Tim Hanung mencoba mencari lokasi yang pas untuk keperluan syuting setting tahun 1800-an.
Mencari dan meriset lokasi-lokasi yang pas. Akhirnya jatuh hati pada Desa Wisata Gamplong. Tim Mooryati Soedibyo Cinematic mencoba membangun studio alam semi permanen di Gamplong. Banyak yang menyebut studio alam ini sebagai mini Hollywood karena digunakan sebagai lokasi syuting yang mirip dengan Hollywood.
Bangunan berupa Benteng, kampung Mataram, dan bangunan ala 1800-an berdiri kokoh di Tanah kas desa. Tak jarang saat tak digunakan keperluan syuting, banyak orang datang ke Gamplong untuk main atau sekadar melihat lokasi. Tak sedikit pula yang mengabadikan foto dengan latar bangunan ala tahun 1800.
Rencana ke depan, lepas syuting film Sultan Agung, mini Hollywood ini akan dijadikan lokasi wisata. Tim Mooryati Soedibyo yang membangun studio alam ini akan menghibahkan untuk pemerintah desa dan kabupaten sebagai lokasi wisata.
Kamu bisa baca selengkapnya di sini.
Sebagai wujud penyesalan atas niat dan rencana menulis yang terbengkalai. Aku pun mencoba mulai menulis. Kalau ibarat hutang harus di bayar gitu. Hehe..
Beberapa waktu lalu, aku mengusulkan ide liputan kepada editorku. Ide liputan ini ku dapat dari WhatsApp stories milik teman SMA-ku yang biasa ku panggil 'Mbak Ana'. Dalam unggahannya, Mbak Ana mengunggah video yang berisi sketsa kerumunan orang seolah menyerbu benteng besar. Tak lupa Mbak Ana menuliskan sedikit keterangan dengan syuting film.
Rasa penasaranku membesar. Aku mencoba chat dengan Mbak Ana. Dari situlah, saya mengenal Studio Sanggar Alam Gamplong. Mungkin bagi warga sekitar Dusun Gamplong, Sleman, Yogyakarta sudah nggak asing lagi dengan sebutan itu. Beda halnya dengan orang awam macam aku. Baiklah, mari kita simak bareng-bareng.
Studio Sanggar Alam Gamplong merupakan studio alam yang digunakan oleh sutradara Hanung Bramantyo dalam membuat film kolosal Sultan Agung. Bekerja sama dengan Mooryati Soedibyo Cinema, Tim Hanung mencoba mencari lokasi yang pas untuk keperluan syuting setting tahun 1800-an.
Mencari dan meriset lokasi-lokasi yang pas. Akhirnya jatuh hati pada Desa Wisata Gamplong. Tim Mooryati Soedibyo Cinematic mencoba membangun studio alam semi permanen di Gamplong. Banyak yang menyebut studio alam ini sebagai mini Hollywood karena digunakan sebagai lokasi syuting yang mirip dengan Hollywood.
Bangunan berupa Benteng, kampung Mataram, dan bangunan ala 1800-an berdiri kokoh di Tanah kas desa. Tak jarang saat tak digunakan keperluan syuting, banyak orang datang ke Gamplong untuk main atau sekadar melihat lokasi. Tak sedikit pula yang mengabadikan foto dengan latar bangunan ala tahun 1800.
Rencana ke depan, lepas syuting film Sultan Agung, mini Hollywood ini akan dijadikan lokasi wisata. Tim Mooryati Soedibyo yang membangun studio alam ini akan menghibahkan untuk pemerintah desa dan kabupaten sebagai lokasi wisata.
Kamu bisa baca selengkapnya di sini.
"Every brand has stories," sebuah kalimat ini ku temukan di salah satu paragraf profil milik temanku.
Setiap merek memiliki cerita bukan hanya sebuah kalimat yang tak memiliki makna. Aku tak sekadar bergurau, setiap merek memiliki cerita di balik nama merek tersebut. Makin bisa mengamini karena hampir 7 bulanan, aku tergabung dalam desk iklan di kantorku bekerja.
Saat mengetahui aku mengalami rotasi ke desk iklan. Rasa khawatir cukup menghantui karena banyak kabar beredar desk iklan ini meiliki tanggung jawab dan ritme kerja yang lebih berat dibanding desk ku sebelumnya. Jika sebelumnya, aku memiliki tanggungan untuk menulis reguler. Setelah rotasi ke desk iklan, tugas tersebut ditambah dengan content marketing atau sponsored article.
Seminggu bekerja di bagian iklan, aku mulai beradaptasi dengan ritme kerja tim. Beruntung, aku memiliki partner kerja yang supportif. Tim iklan di kantorku terdiri dari editor, asisten editor, dan tiga reporter/content writer termasuk aku. Editor iklan dipegang oleh Mas Fefy yang dibantu oleh asisten cekatannya, Mbak Titin. Sementara itu rekan kerja yang selalu aku recokin tiap binggung adalah Mbak Oliv dan Karina. Mereka adalah orang-orang yang bisa diajak kerja sama untuk beradaptasi dengan ritme kerja iklan-yang-tak-terduga.
Tugas pertamaku membuat artikel adalah menulis sponsored content untuk brand Chitato. Aku hanya mendapat kesempatan untuk menulisnya tanpa ikut berdiskusi menentukan tema dan ide. Konten yang ku buat ini telah digarap oleh tim iklan sebelum ada masuk. Sebagai anak baru, ini adalah kesempatan untuk belajar bedanya konten reguler dan iklan. Kamu bisa membaca karya pertamaku bersama tim iklan di sini.
Bulan Mei 2017 menjadi babak awalku bersama desk iklan. Awal-awal bersama tim iklan, aku sempat keteteran. Aku mencoba untuk menyeimbangkan ritme menulis konten reguler dan mencari ide iklan. Hal tersebut menjadi tantangan aku dan dua temanku (Mbak Oliv dan Mbak Karin). Setiap hari, kami menulis konten reguler yang biasa kalian baca untuk hiburan. Tapi saat ada brief iklan datang, kami juga harus mencari ide segar untuk sponsored content.
"Kadang kala pikiranku terpecah. Mana yang harus aku dahulukan? Tentu tanggungan ide untuk brief jadi prioritas tapi mencari 'listingan' atau ide reguler untuk keesokan harinya ikut membayangiku," batinku bergejolak.
Sekali lagi, aku sangat beruntung mengenal Mbak Oliv dan Mbak Karin yang memberiku pencerahan tentang 'SOP' di tim iklan. Tiap pagi setelah menyalakan komputer, hal pertama yang dilakukan adalah mencari 'listingan atau ide' untuk reguler. Namun jika ada tanggungan menulis draft, hal yang didahulukan adalah menulis draft. Siklus iklan biasanya tiap pagi luang alias nggak ada brief iklan oleh sebab itu temanku mendahulukan mencari ide listing. Lalu siang harinya mulai padat dengan iklan--baca brief iklan, cari ide, kirim ke database tim, kemudian rapat atau diskusi.
Penolakan ide konten di ruang rapat sudah jadi makanan sehari-hari tim iklan. Dari awal sudah diwanti-wanti, "jangan baper kalau ditolak." Seperti kata Mbak Oliv, "aku udah biasa idenya ditolak karena absurd." Batinku berkata, "Mbak aja ditolak apalagi aku?" Ternyata penolakan yang sering dialami membuatku tahan banting. *ini kok bacanya mirisnya ((sering dialami)).
Nggak kerasa sekitar 7 bulan, aku berkutat dengan ritme kerja tim iklan. Banyak banget terpaan isu miring yang dialami tim baik dari luar maupun lingkungan sekitar. Suka dan duka mengiringi 7 bulanku bersama desk iklan. Mulai dari kejaran tim AE, Sales, "Mbak draft atau idenya ditunggu before lunch ya!" hingga draft ditolak..... Banyak momen sedih dirasain di tim iklan tapi justru jadi bahan becandaan. Paling berkesan adalah pernah mengalami rapat iklan hingga jam 21.00 malam alias overtime dengan brief yang sedikit berat. Alhamdulillah.....terlewati juga.
Seiring berjalannya waktu, ternyata tim desk iklan harus kehilangan anggota timnya. Pertama Mbak Karina yang harus resign dari kantor dan meninggalkan aku dan Mbak Oliv. Setelah ditinggal Mbak Karina, aku dan Mbak Oliv pun mengalami rotasi. Aku kembali ke reguler dan Mbak Oliv mendapat desk fashion. Sementara itu, desk iklan digantikan oleh Mbak Septi dan Wenz yang kini digantikan Laksa.
Sebulan hingga dua bulan berjalan dengan suasana baru, aku kembali kehilangan teman sebangku..... Mbak Oliv memutuskan untuk resign dan meninggalkan Jogja. Bangku sampingku jadi semakin kosong. Sebelum Mbak Oliv meninggalkan Jogja, kami mencoba berkumpul lagi. Sekarang yang masih bertahan sementara di kantor tinggal Mbak Septi, Mbak Titin, dan aku.
Sepulang jam kantor, kami bertemu di sebuah restoran baru di Yogyakarta. Restoran tersebut lokasinya dekat kos Mbak Oliv dan punya interior yang kekinian. Pertemuan kali ini kurang lengkap karena Mbak Titin berhalangan hadir. Ini termasuk pertemuan dadakan karena baru direncanakan siang hari karena impulsif kangen Mbak Oliv.....
Rasa rindu pun terbayar dengan foto bareng Mbak Oliv....
Aku nggak pernah berekspektasi akan semenyenangkan ini bertemu dengan partner kerja di kantor. Sejak awal, aku banyak membaca artikel yang katanya teman kantor hanya sekadar teman kantor. Ya memang sepenuhnya nggak salah tapi lewat mereka, aku menemukan banyak pelajaran hidup dan jaringan baru. Silaturahmi kita nggak akan terputus karena masih ada media sosial dan chat online. Banyak momen suka dan duka bareng mereka. Terima kasih sudah mau berteman dengan aku yang masih bocah ini. Kalau rindu, nomor WhatsAppku masih sama kok! *nggak kebalik apa, Vin?..
Ternyata bekerja di industri kreatif khususnya startup harus siap dengan perubahan atau rotasi. Kita harus siap menerima tugas apapun. Bekerja menjadi penulis kreatif bersama tim iklan menambah ilmu, pengalaman, dan tentunya portofolio. Menulis konten kreatif itu nggak sekadar asal nulis tapi harus pas 'lekukan'nya. Hal tersebut nggak aku temui saat menulis reguler. Jadi aku merasa sangat bersyukur pernah menjadi bagian dari desk iklan yang penuh tuntutan dan tantangan. Rasanya jadi pengen belajar apa lagi ya?
Buat kalian, jangan takut dan khawatir dengan 'kata orang'. Sebaiknya kamu harus membuktikan apa betul yang dikatakan orang tersebut? Kalau ada tuntutan dan tanggung jawab baru berarti level kemampuan kita sedang di-upgrade. Jangan nyerah sama keadaan! *ngomong sama diri sendiri juga*
See you, guys!
Setiap merek memiliki cerita bukan hanya sebuah kalimat yang tak memiliki makna. Aku tak sekadar bergurau, setiap merek memiliki cerita di balik nama merek tersebut. Makin bisa mengamini karena hampir 7 bulanan, aku tergabung dalam desk iklan di kantorku bekerja.
Saat mengetahui aku mengalami rotasi ke desk iklan. Rasa khawatir cukup menghantui karena banyak kabar beredar desk iklan ini meiliki tanggung jawab dan ritme kerja yang lebih berat dibanding desk ku sebelumnya. Jika sebelumnya, aku memiliki tanggungan untuk menulis reguler. Setelah rotasi ke desk iklan, tugas tersebut ditambah dengan content marketing atau sponsored article.
Bekerja di industri kreatif, outfitnya bebas. |
Tugas pertamaku membuat artikel adalah menulis sponsored content untuk brand Chitato. Aku hanya mendapat kesempatan untuk menulisnya tanpa ikut berdiskusi menentukan tema dan ide. Konten yang ku buat ini telah digarap oleh tim iklan sebelum ada masuk. Sebagai anak baru, ini adalah kesempatan untuk belajar bedanya konten reguler dan iklan. Kamu bisa membaca karya pertamaku bersama tim iklan di sini.
Bulan Mei 2017 menjadi babak awalku bersama desk iklan. Awal-awal bersama tim iklan, aku sempat keteteran. Aku mencoba untuk menyeimbangkan ritme menulis konten reguler dan mencari ide iklan. Hal tersebut menjadi tantangan aku dan dua temanku (Mbak Oliv dan Mbak Karin). Setiap hari, kami menulis konten reguler yang biasa kalian baca untuk hiburan. Tapi saat ada brief iklan datang, kami juga harus mencari ide segar untuk sponsored content.
"Kadang kala pikiranku terpecah. Mana yang harus aku dahulukan? Tentu tanggungan ide untuk brief jadi prioritas tapi mencari 'listingan' atau ide reguler untuk keesokan harinya ikut membayangiku," batinku bergejolak.
Aku bersama eks iklan dan anak iklan yang sekarang. |
Sekali lagi, aku sangat beruntung mengenal Mbak Oliv dan Mbak Karin yang memberiku pencerahan tentang 'SOP' di tim iklan. Tiap pagi setelah menyalakan komputer, hal pertama yang dilakukan adalah mencari 'listingan atau ide' untuk reguler. Namun jika ada tanggungan menulis draft, hal yang didahulukan adalah menulis draft. Siklus iklan biasanya tiap pagi luang alias nggak ada brief iklan oleh sebab itu temanku mendahulukan mencari ide listing. Lalu siang harinya mulai padat dengan iklan--baca brief iklan, cari ide, kirim ke database tim, kemudian rapat atau diskusi.
Penolakan ide konten di ruang rapat sudah jadi makanan sehari-hari tim iklan. Dari awal sudah diwanti-wanti, "jangan baper kalau ditolak." Seperti kata Mbak Oliv, "aku udah biasa idenya ditolak karena absurd." Batinku berkata, "Mbak aja ditolak apalagi aku?" Ternyata penolakan yang sering dialami membuatku tahan banting. *ini kok bacanya mirisnya ((sering dialami)).
Nggak kerasa sekitar 7 bulan, aku berkutat dengan ritme kerja tim iklan. Banyak banget terpaan isu miring yang dialami tim baik dari luar maupun lingkungan sekitar. Suka dan duka mengiringi 7 bulanku bersama desk iklan. Mulai dari kejaran tim AE, Sales, "Mbak draft atau idenya ditunggu before lunch ya!" hingga draft ditolak..... Banyak momen sedih dirasain di tim iklan tapi justru jadi bahan becandaan. Paling berkesan adalah pernah mengalami rapat iklan hingga jam 21.00 malam alias overtime dengan brief yang sedikit berat. Alhamdulillah.....terlewati juga.
Seiring berjalannya waktu, ternyata tim desk iklan harus kehilangan anggota timnya. Pertama Mbak Karina yang harus resign dari kantor dan meninggalkan aku dan Mbak Oliv. Setelah ditinggal Mbak Karina, aku dan Mbak Oliv pun mengalami rotasi. Aku kembali ke reguler dan Mbak Oliv mendapat desk fashion. Sementara itu, desk iklan digantikan oleh Mbak Septi dan Wenz yang kini digantikan Laksa.
Sebulan hingga dua bulan berjalan dengan suasana baru, aku kembali kehilangan teman sebangku..... Mbak Oliv memutuskan untuk resign dan meninggalkan Jogja. Bangku sampingku jadi semakin kosong. Sebelum Mbak Oliv meninggalkan Jogja, kami mencoba berkumpul lagi. Sekarang yang masih bertahan sementara di kantor tinggal Mbak Septi, Mbak Titin, dan aku.
foto: (ki-ka: Mbak Oliv, aku, Mbak Septi, Mbak Titin (foto di hape), dan Mbak Karin). |
Rasa rindu pun terbayar dengan foto bareng Mbak Oliv....
Sama Mbak Oliv cenayangku, partner foto selfie, sumber update info K-Pop, dan kakak pembimbingku. |
Aku candid adalah bonus. Maksudnya ingin menunjukkan interior lokasinya kekinian dan instagram-able banget! |
Ternyata bekerja di industri kreatif khususnya startup harus siap dengan perubahan atau rotasi. Kita harus siap menerima tugas apapun. Bekerja menjadi penulis kreatif bersama tim iklan menambah ilmu, pengalaman, dan tentunya portofolio. Menulis konten kreatif itu nggak sekadar asal nulis tapi harus pas 'lekukan'nya. Hal tersebut nggak aku temui saat menulis reguler. Jadi aku merasa sangat bersyukur pernah menjadi bagian dari desk iklan yang penuh tuntutan dan tantangan. Rasanya jadi pengen belajar apa lagi ya?
Buat kalian, jangan takut dan khawatir dengan 'kata orang'. Sebaiknya kamu harus membuktikan apa betul yang dikatakan orang tersebut? Kalau ada tuntutan dan tanggung jawab baru berarti level kemampuan kita sedang di-upgrade. Jangan nyerah sama keadaan! *ngomong sama diri sendiri juga*
See you, guys!
XOXO
With Ebooknya Kawa, Andien. Pipinya samaan kan? |
foto: dokumentasi pribadi. |
Di acara @PrenagenWorld teristimewaaaaaa dg sahabat istimewa #PPEJ2017YGY #SahabatTerbaik#HamilYaPRENAGEN pic.twitter.com/2BEw1OJmPU— Ayaaa (@cahayatheprince) 7 Mei 2017
Saya termasuk follower setia dari pelantun lagu Belahan Jantungku. Sebelum kehamilan, saya sangat menyukai sosok Andien yang begitu semangat menjaga pola hidup sehat. Sejak saat itu, saya jadi suka kepo-kepo akun sosial medianya. Makin sering ketika Andien memiliki baby Kawa. Motivasi lain untuk datang ke PPEJ tentunya untuk mengetahui informasi seputar kehamilan Andien. Pasti kalian sudah mendengar tentang momen kelahiran Andien yang di air dan tumbuh kembang dari si kecil Kawa. Hampir setiap hari, saya selalu menantikan insta story dari Andien. hehe
foto: dokumentasi pribadi. |
foto: dokumentasi pribadi. |
Saya pribadi sangat awam dengan informasi kehamilan. Oleh sebab itu, saya sangat bersyukur bisa gabung di acara PPEJ. Saya mendapat banyak informasi baru tentang kehamilan. InsyaAllah, kelak kalau sudah berkeluarga (setidaknya sudah punya wawasan) hehe.. Terlebih saya mendapat goodie bag yang super komplet! Ada buku panduan resep, info kehamilan, produk Prenagen seperti susu dan jus, serta CD senam ibu hamil.
foto: dokumentasi pribadi. |
Pada kesempatan yang sama, tak hanya menampilkan Andien dan Mas Ippe saja. Terdapat pembicara-pembicara andal yang ikut memberikan wawasan baru. Seperti dr. Martina yang memberikan pemaparan mengenai pentingnya menjaga nutrisi plasenta. Banyak perempuan yang kurang mengetahui pentingnya menjaga nutrisi plasenta. Banyak yang mengira, plasenta hanya sebuah 'bantalan' untuk bayi di kandungan. Padahal dr. Martina mengungkapkan bahwa bakal calon buah hati yang istimewa dimulai sejak 1000 hari pertama. Seribu hari pertama yang dimaksud sejak si dedek bayi masih berupa sel. Jadi peran plasenta itu punya jangka panjang untuk buah hati. Plasenta sendiri merupakan organ nutrisi yang berperan development programming.
Bayangkan? Masa depan si dedek emesh bisa dimaksimalkan sejak dalam kandungan. Kece kan? Lalu caranya gimana? dr. Martina memaparkan pentingnya menjaga asupan nutrisi yang masuk pada si ibu. Pasti kalian pernah mendengar anggapan bahwa ibu hamil makannya dua porsi? "Anggapan tersebut ada benar dan salahnya," ungkap dr. Martina. Ia pun menjelaskan bahwa memang benar ketika mengetahui sedang dalam kondisi hamil, si ibu harus menyadari ada si kecil yang juga butuh asupan makan. Tapi bukan berarti porsinya harus banyak alias dua. Sang dokter lebih menekankan pada makan untuk dua orang tapi tetap mengutamakan kualitas nutrisi bukan kuantitas. "YOU ARE WHAT YOUR MOTHER EAT."
Salah satu cara untuk menciptakan generasi istimewa adalah dengan makan-makanan yang 4 sehat 5 sempurna seperti sayur, buah, karbohidrat, protein, susu, dan lain-lain. Namun demikian, untuk menyempurnakan kandungan nutrisi dengan gizi seimbang cukup sulit untuk diterapkan. Eits, jangan khawatir. Sang dokter memberikan alternatif solusi yaitu dengan rajin minum susu. Ternyata kandungan susu, khususnya susu ibu hamil itu sudah paket komplet. Jadi nggak perlu khawatir kekurangan gizi ya, buibu.
Nggak sekadar berbagi ilmu tentang kehamilan, tapi ada berbagai booth kece yang tentunya nggak kalah bermanfaat seperti Bump to Birth Consultation untuk konsultasi seputar kehamilan, Bump to Birth Nutricion (booth yang nggak pernah sepi karena ada Chef Eddrian Tjhia dengan resep-resep endesnya), Bump to Birth Corner (booth yang memberikan praktik langsung merawat bayi seperti memandikan dan memijat bayi), booth untuk cek kesehatan juga lho. Saya dan Kingkin, teman ngobrol di PPEJ yang juga single pun ikut cek kesehatan. Pada kesempatan yang sama, kami nggak ingin membuang momen bisa bertemu dengan Chef Eddrian.
foto: dokumentasi pribadi. |
Bener-bener sehari yang kaya ilmu dan manfaat. Terima kasih pengalaman berharganya!
foto: dokumentasi pribadi. |
XOXO
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Haloo guys! Ada yang kangen sama saya nggak? Setelah beberapa waktu lalu saya memosting proyek 2017. Kali ini sayamemaksa menagih janji pada diri saya. Saya pernah berjanji akan memosting momen-momen berharga dalam hidup saya. Mulai dari momen penelitian ke Aceh, wisudaan, dan paska wisudaan. Pada postingan kali ini, saya akan memfokuskan pada apa yang saya lakukan seusai perayaan kelulusan atau wisuda.
Saya masih ingat pertanyaan dari Bang Reiki, salah satu teman yang menjadi ketua angkatan jurusan.
"Vin kalau besok udah wisuda, apa yang mau kamu lakukan?" tanya Bang Reiki padaku.
Tanpa berpikir panjang, saya pun menjawab, "aku mau foto bareng keluargaku, Bang. Foto studio gitu." Harapan itu pun dapat terealisasi dengan baik. Terima kasih Tuhan.
Oiya sebelumnya, saya pengen cerita. Momen wisuda itu sama halnya momen kantong jebol. Mengapa? Karena ada banyak sekali pengeluaran hanya untuk momen kebahagiaan sehari. Haha tapi saya tetap merasa puas mengeluarkan banyak budget untuk kebahagiaan keluarga saya juga. Beruntung, sebelum wisuda saya sempat bekerja sebagai asisten peneliti di Aceh Tamiang. Gaji dari asisten peneliti sangat cukup untuk menyokong biaya wisudaanku :)
Graduation moment
Saya resmi menjadi seorang sarjana sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL UGM). Alhamdulillah bisa menyelesaikan masa studi selama tiga tahun delapan bulan. Melebihi ekspektasi, namun nggak masalah karena tetap bisa memberi 'slempang dua' buat Papa Mama, Ibuk, dan Mbah Kakung. Wisuda saya diselenggarakan di gedung Grha Sabha Pramana (GSP) pada 25 Agustus 2016. Kebahagiaan lulus dan lepas dari revisian skripsi terbayar dengan manis. Pasalnya, saya mendapat kesempatan bisa berjabat tangan dengan rektor perempuan pertama di UGM, Ibu Dwikorita. Siapa sangka? Anak salah jurusan kayak saya ini bisa dipanggil pertama mewakili fakultas.
Kebahagiaan kembali menyeruak usai acara di GSP. Saya beserta wisudawan dan wisudawati kembali ke fakultas masing-masing. Sebelum tiba di fakultas, saya dan beberapa teman 'dicegat' dihadang oleh teman-teman lain. Ada yang memberi coklat, bunga, permen, atau sekadar ucapan selamat. Rasanya seneng! Apalagi ada sosok yang tak diduga datang dengan tiba-tiba memberi sebuket bunga mawar merah :)
Selanjutnya acara di fakultas. Saya mendapat kesempatan untuk memberi sambutan mewakili mahasiswa FISIPOL. "Edyan, " batinku. Ada banyak sekali sosok yang saya kenal-yang juga lulus bareng sama saya. Orang-orang TOP dan kece! Akumah apa, cuma butiran debu. Saya sengaja menyembunyikan label mahasiswa mau sambutan di depan orangtuaku. Entah, tak pantas untuk disombongkan hal tersebut. Akhirnya, saat nama saya dipanggil orangtua saya sedikit kaget. Haha maaf ya Ma, Pa.
After Graduation
Jika orang berpikir bahwa 'seorang dengan slempang dua dan kena label lulusan xxx akan mudah mendapat pekerjaan'. Nggak semua omongan orang itu bener. Hehe Setelah lulus, terbitlah kenyataan dan realita hidup sebenarnya. Ada banyak teman yang sebelum wisuda sudah cari kerja sana sini. Saya termasuk orang yang masih selo dan nanti-nanti.Revisian skripsi aja butuh dua bulanan. Jangan dicontoh ya, guys!
Saya baru menyadari bahwa saya begitu selo dan mulai panik mengingat hari semakin bertambah paska wisuda. Saya pun masih menyandang status 'pengangguran'. Aslinya, saya sudah punya tawaran pekerjaan. Alias sebelum lulus, saya sudah bisa makarya. Akan tetapi saya kurang cocok dengan pekerjaan itu. Akhirnya saya menganggur lebih lama lagi.
Etapi selama saya menunggu panggilan pekerjaan. Saya mendapat banyak kegiatan menyenangkan. Saya lolos kelas Lifegoals ZettaMedia. Saya masih harus mengerjakan laporan asisten peneliti di Aceh, dan tentunya saya ikut kursus TOEFL. Sungguh waktu itu sangat berharga! Saya mendapat beberapa kali panggilan kerja dan tes, tapi saya sendiri sangat enggak yakin dengan pekerjaan itu. Kata papa, "saya itu orangnya idealis." Maka dari itu, saya sedikit lama dapat pekerjaan tetap usai lulus.
Saya lulus bulan Agustus 2016 dan saya mendapat pekerjaan (yang beneran jadi pekerja di sebuah perusahaan) pada bulan November 2016. Tiga bulan waktu yang lumayan panjang kalau dipikir. Mengingat saya selo banget. Tiap hari bangun tidur, binggung mau ngapain aja. Adanya cuma main, nongkrong, dan hal-hal yang bikin kantong kering. Gaji atau tabungan hasil ngumpulin pekerjaan sebelumnya semakin menipis. OMG!
Pada akhirnya saya sadar, 'dapat label xxx itu sangat membebani diri. Orang yang nggak ada kerjaan akan stres dengan mudah kalau nggak segera dapat kerjaan. Saya pun mengalaminya, saya sedikit terguncang melihat satu per satu teman udah punya gawean. Meski begitu, saya selalu yakin bahwa semua akan ada batasnya. Kamu nggak bakal nganggur terus kok. Pasti ujungnya dapat kerjaan, meski nggak tahu butuh berapa lama. Tiap orang kan beda-beda, nggak bisa dijadikan patokan cepat lamanya. Rejeki orang udah ada yang nentuin dan ngatur. Jadi nggak perlu khawatir. :)
Tak berselang lama, bulan November 2016 kemarin adalah bulan pertama saya bekerja. Saya bekerja di sebuah startup media online di Yogyakarta. Saya sendiri baru tahu lokasinya kalau di Jogja, ketika saya ditelepon malam hari usai kirim lamaran di siang harinya. Pekerjaan pertama saya adalah meliput dan mencari orang-orang sederhana namun penuh inspirasi. Saya bekerja untuk rubrik Wajah Jogja. Kamu bisa melihat hasil liputan saya di Instagram Wajah Jogja atau websitenya di link berikut.
Berikut ini adalah sosok-sosok Wajah Jogja yang menjadi narasumber saya. Sebenarnya ada lebih dari yang di foto, entah karena alasan apa. Beberapa sosok yang saya wawancara tidak dimuat oleh editor.
Segini dulu ya, nanti saya sambung di postingan selanjutnya ya! See you!
XOXO
Haloo guys! Ada yang kangen sama saya nggak? Setelah beberapa waktu lalu saya memosting proyek 2017. Kali ini saya
Saya masih ingat pertanyaan dari Bang Reiki, salah satu teman yang menjadi ketua angkatan jurusan.
"Vin kalau besok udah wisuda, apa yang mau kamu lakukan?" tanya Bang Reiki padaku.
Tanpa berpikir panjang, saya pun menjawab, "aku mau foto bareng keluargaku, Bang. Foto studio gitu." Harapan itu pun dapat terealisasi dengan baik. Terima kasih Tuhan.
Oiya sebelumnya, saya pengen cerita. Momen wisuda itu sama halnya momen kantong jebol. Mengapa? Karena ada banyak sekali pengeluaran hanya untuk momen kebahagiaan sehari. Haha tapi saya tetap merasa puas mengeluarkan banyak budget untuk kebahagiaan keluarga saya juga. Beruntung, sebelum wisuda saya sempat bekerja sebagai asisten peneliti di Aceh Tamiang. Gaji dari asisten peneliti sangat cukup untuk menyokong biaya wisudaanku :)
Graduation moment
Saya resmi menjadi seorang sarjana sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL UGM). Alhamdulillah bisa menyelesaikan masa studi selama tiga tahun delapan bulan. Melebihi ekspektasi, namun nggak masalah karena tetap bisa memberi 'slempang dua' buat Papa Mama, Ibuk, dan Mbah Kakung. Wisuda saya diselenggarakan di gedung Grha Sabha Pramana (GSP) pada 25 Agustus 2016. Kebahagiaan lulus dan lepas dari revisian skripsi terbayar dengan manis. Pasalnya, saya mendapat kesempatan bisa berjabat tangan dengan rektor perempuan pertama di UGM, Ibu Dwikorita. Siapa sangka? Anak salah jurusan kayak saya ini bisa dipanggil pertama mewakili fakultas.
Kebahagiaan kembali menyeruak usai acara di GSP. Saya beserta wisudawan dan wisudawati kembali ke fakultas masing-masing. Sebelum tiba di fakultas, saya dan beberapa teman 'dicegat' dihadang oleh teman-teman lain. Ada yang memberi coklat, bunga, permen, atau sekadar ucapan selamat. Rasanya seneng! Apalagi ada sosok yang tak diduga datang dengan tiba-tiba memberi sebuket bunga mawar merah :)
foto: instagram.com/vindiasari |
After Graduation
Jika orang berpikir bahwa 'seorang dengan slempang dua dan kena label lulusan xxx akan mudah mendapat pekerjaan'. Nggak semua omongan orang itu bener. Hehe Setelah lulus, terbitlah kenyataan dan realita hidup sebenarnya. Ada banyak teman yang sebelum wisuda sudah cari kerja sana sini. Saya termasuk orang yang masih selo dan nanti-nanti.
Saya baru menyadari bahwa saya begitu selo dan mulai panik mengingat hari semakin bertambah paska wisuda. Saya pun masih menyandang status 'pengangguran'. Aslinya, saya sudah punya tawaran pekerjaan. Alias sebelum lulus, saya sudah bisa makarya. Akan tetapi saya kurang cocok dengan pekerjaan itu. Akhirnya saya menganggur lebih lama lagi.
Etapi selama saya menunggu panggilan pekerjaan. Saya mendapat banyak kegiatan menyenangkan. Saya lolos kelas Lifegoals ZettaMedia. Saya masih harus mengerjakan laporan asisten peneliti di Aceh, dan tentunya saya ikut kursus TOEFL. Sungguh waktu itu sangat berharga! Saya mendapat beberapa kali panggilan kerja dan tes, tapi saya sendiri sangat enggak yakin dengan pekerjaan itu. Kata papa, "saya itu orangnya idealis." Maka dari itu, saya sedikit lama dapat pekerjaan tetap usai lulus.
Saya lulus bulan Agustus 2016 dan saya mendapat pekerjaan (yang beneran jadi pekerja di sebuah perusahaan) pada bulan November 2016. Tiga bulan waktu yang lumayan panjang kalau dipikir. Mengingat saya selo banget. Tiap hari bangun tidur, binggung mau ngapain aja. Adanya cuma main, nongkrong, dan hal-hal yang bikin kantong kering. Gaji atau tabungan hasil ngumpulin pekerjaan sebelumnya semakin menipis. OMG!
Pada akhirnya saya sadar, 'dapat label xxx itu sangat membebani diri. Orang yang nggak ada kerjaan akan stres dengan mudah kalau nggak segera dapat kerjaan. Saya pun mengalaminya, saya sedikit terguncang melihat satu per satu teman udah punya gawean. Meski begitu, saya selalu yakin bahwa semua akan ada batasnya. Kamu nggak bakal nganggur terus kok. Pasti ujungnya dapat kerjaan, meski nggak tahu butuh berapa lama. Tiap orang kan beda-beda, nggak bisa dijadikan patokan cepat lamanya. Rejeki orang udah ada yang nentuin dan ngatur. Jadi nggak perlu khawatir. :)
Tak berselang lama, bulan November 2016 kemarin adalah bulan pertama saya bekerja. Saya bekerja di sebuah startup media online di Yogyakarta. Saya sendiri baru tahu lokasinya kalau di Jogja, ketika saya ditelepon malam hari usai kirim lamaran di siang harinya. Pekerjaan pertama saya adalah meliput dan mencari orang-orang sederhana namun penuh inspirasi. Saya bekerja untuk rubrik Wajah Jogja. Kamu bisa melihat hasil liputan saya di Instagram Wajah Jogja atau websitenya di link berikut.
Berikut ini adalah sosok-sosok Wajah Jogja yang menjadi narasumber saya. Sebenarnya ada lebih dari yang di foto, entah karena alasan apa. Beberapa sosok yang saya wawancara tidak dimuat oleh editor.
Para narasumber yang inspiratif! |
Para narasumber yang inspiratif! |
Segini dulu ya, nanti saya sambung di postingan selanjutnya ya! See you!
XOXO