foto: Unsplash |
Selamat bulan Agustus semua!
Bagi para cewek, tentunya kosmetik dan skincare jadi barang yang cukup familiar untuk dimiliki. Tapi kalau bicara dua hal tersebut, rasanya nggak cuma diperuntukkan khusus cewek ya. Nyatanya ada banyak cowok yang emang doyan menjaga diri khususnya kesehatan kulit dan tubuhnya. Well, skincare dan kosmetik adalah barang universal ya.
Ngobrolin soal skincare dan kosmetik, coba hitung-hitung ada berapa produk yang kamu gunakan? Pastinya nggak cuma satu dua barang. Lalu setelah habis digunakan, si kemasan produk skincare dan kosmetik ini dibuang ke mana?
Sejujurnya, beberapa tahun ke belakang memang banyak menjajal produk skincare dan kosmetik. Lalu yang aku lakukan setelah memakai produknya adalah menyimpan kemasannya. Kadang heran dulu kenapa suka nyimpenin kemasannya ya?
Ternyata alasan awal-awal tidak membuang asal karena kemasan yang dibuang utuh bisa disalahgunakan oleh oknum. Sekarang banyak banget skincare dan kosmetik abal-abal kan ya. Kebayang dong, kalau mereka punya bekas produk dan diisi dengan produk palsu. Siapa lagi kalau bukan konsumen atau kita-kita yang dirugikan?
Twitter Do Your Magic.
Nah berawal dari itu, akhirnya setiap kemasan yang selesai digunakan pasti akan masuk kantong sampah. Sampah-sampah skincare tersebut dikumpulkan sampai dapat tiga kardus sepatu. Kebayang kan~ betapa banyaknya~
—
waste4change (@waste4change) June
3, 2020
Sampah tersebut sebenarnya akan didonasikan pada bank sampah. Kendati demikian ada sebuah thread muncul di timeline Twitter. Isinya cukup informatif dan bikin ingin mencobanya. Selengkapnya kamu bisa cek di sini.
Persiapan sebelum setor sampah kemasan skincare.
Bermula dari Thread @waste4change, akhirnya masuk bookmark dan likes. Biasa kan ya, netizen. Likesnya banyak, actionnya kadang zero. Lol. Aku pun mengalaminya~ Tapi akhirnya tergerak setelah merombak isi kamar.
Jadi bulan Juli kemarin, sudah berkeinginan mengecat ulang kamar. Sudah browsing lewat Pinterest dan Instagram, cari inspirasi. Syukurlah, tercapai juga~ Nah bagian dari mengecat ulang ini pastinya ada proses memindahkan isi kamar dan furniturnya. Dari situ, aku menyadari bahwa barangku banyak sekali~
Beberapa barang di antaranya adalah kertas skripsi lumayan menggunung, sampah plastik kresek, bubble wrap sisa belanja online, kemasan-kemasan skincare yang teronggok begitu saja di salah satu lemari. Weeeeey, ini kamar apa gudang si? Wkwkwk
Nah bermula dari situ, aku pun ngide buat decluttering isi kamar, lemari, dan lain-lain. Makin termotivasi saat mengetahui daftar sampah yang bisa ditampung pihak Waste4Change seperti di link ini.
Cara mengirim sampah kemasan skincare.
Pihak Waste4Change meminta pengirim sampah untuk mencuci kemasan terlebih dahulu. Yaudah, ku cuci pakai sabun. Lalu jemur-jemur sampai kering, lap-lap dikit yang masih basah, dan kemas.
Setelah bersih, aku mulai membuka website Waste4Change dan mengisi nomor telepon. Ternyata caranya gampang banget!
Setelah isi nomor, isi biodata dikit, masukkan alamat, lalu pilih setor kemasan. Ikuti prosedur dan nanti kamu bakal dapat kode unik yang harus ditulis di paketmu.
Setelah sampahmu bersih dan dikemas dengan baik, kamu siap mengirimnya ke lokasi. Sejauh ini Waste4Change baru menerima alamat di Bekasi, walaupun ku dengar ada kantor di Semarang. Kamu bisa mengirim pakai jasa ojek online kalau masih satu region. Nah berhubung ku jauh dari Bekasi, akhirnya cari jasa pengiriman.
Saat akan mengirim, aku tersadar ini hari weekend alias nggak semua jasa buka. Akhirnya nyari-nyari yang bisa di-pickup dari rumah, biar nggak usah jauh-jauh dan kecele~ Jatuhlah pilihanku pada Anter Aja.
Seneng banget, pakainya gampang banget. Download aplikasi di PlayStore atau AppStore lalu login. Selanjutnya tinggal isi data lokasi tujuan dan titik pengambilan paket. Isi data hari itu, langsung hari itu juga diambil. Wow pelayanannya cepet banget!!!
Urusan harga ongkir, tenang guys! Kemarin ku nyoba cukup terjangkau dibandingkan ongkir jasa lain. Bukan cuma itu, masih ada potongan-potongan yang membuat cukup hemat! Gimana nggak seneng ya~
Sayangnya pembayaran Anter Aja ini cuma beberapa platform yang dibuka antara lain Gopay, OVO, Dana, sama apa ku lupa. Pilihan Transfer Bank atau Virtual Account belum tersedia.
Aku kirim hari Sabtu, Senin siang udah ada notif sampai lokasi. Nah loh, cepet banget kan. Nggak kayak beli paket biasa yang sampai tiga harian. Nanti pas paketmu sampai, ada notifikasi di email.
Setelah kepo-kepo website Waste4Change, ternyata ada model kumpulin poin gitu. Jadi setoranmu bakalan dihitung jadi poin yang nantinya bisa ditukar dengan pulsa, gopay, PLN, dan lain-lain.
Gimana guys, gampang kan? Selamat mencoba ya! Buat info lebih lanjut silakan cek di websitenya.
Bagi sebagian besar orang yang mulai mengenal kata investasi, pasti ujungnya bakal mendengar kata saham. Apalagi sekarang lagi gencar dikampanyekan Belajar Nabung Saham. Dalam beberapa tahun terakhir gerakan nabung saham begitu masif apalagi mulai banyak financial planner ataupun akun media sosial membahas soal saham.
Sebelum terjun ke dunia pasar modal, tentunya ada langkah-langkah yang sebaiknya diketahui orang pada umumnya. Apa aja sih?
Menurut pengalamanku, saham itu merupakan investasi jangka panjang dengan risiko tinggi. Ibarat kata nih, kamu punya uang Rp 10ribu dan kamu punya rencana besar dengan nominal tersebut di masa mendatang.
Bagi sebagian orang, uang Rp 10ribu itu akhirnya diinvestasikan untuk mendapatkan imbal hasil yang baik di masa mendatang. Nah imbal hasilnya ini nggak bisa dengan instan didapatkan~ Meskipun saham bisa dengan mudah mendapatkan cuan atau untung dalam waktu singkat lewat trading, pada akhirnya saham cocok untuk investasi jangka panjang.
High risk high profit. Semakin tinggi risiko semakin besar profit yang bisa didapatkan. Kamu bisa dapat untung dalam waktu cepat tapi kamu juga bisa rugi besar lho~
Saham itu termasuk investasi dengan risiko tinggi. Udah tahu modelan begitu, ada baiknya kamu tahu profil risikomu. Kamu tipe manusia seperti apa? Kalau kamu berpikir uang investasimu bisa rugi hingga cutloss dalam jumlah besar tapi kamu masih bisa hahahihi—itu pas banget masuk kepribadian yang cocok menginvestasikan uang ke saham.
Kendati demikian, banyak pula yang tak bisa menerima risiko besar dalam investasi. Jadi kepikiran banget sama portfolio yang minus sampai mengganggu kehidupan~ Kalau kamu merasa seperti itu, kamu cocoknya di air. Eh maksudnya nggak cocok sama saham.
Setelah mengenal profil risiko, coba cek dulu. Kamu punya uang apa nggak?😂 Kenapa ku bertanya demikian? Tentunya karena saham butuh uang dan besaran tersebut sebaiknya uang sisa atau bukan uang untuk kebutuhan.
Jadi guys, sebelum investasi. Ada baiknyaaaa kamu mempersiapkan beberapa bagian dalam cashflow antara lain biaya kebutuhan sehari-hari hingga dana darurat.
Kamu punya uang pasti digunakan yang pertama untuk kebutuhan sehari-hari. Lalu tak lupa menabung hingga menyiapkan dana darurat. Nah kalau ada sisa, baru deh investasi. Jadi prioritas pertama pemenuhan kebutuhan sehari-hari, menabung dana darurat hingga hura-hura.
Biaya sehari-hari 👌
Dana darurat👌
Sedekah atau beramal👌
Lalu investasi👌
Setelah memgetahui profil risiko dan tahapan mengelola uang, kalau masih ada sisa. Ya hayuuuuk gas~ Banyak dari mereka yang akhirnya terjebak dengan investasi saham karena ikut tren atau emang beneran penasaran. Kadang di sisi lain mikir, kalau nggak sekarang harus nunggu kapan invest?
Nggak salah pikiran ituuuu!
Aku pun memilih mulai dari nominal kecil. Nyobain saham dan ternyata pepatah sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit👌 Aku belajar sambil jalan. Nyoba nyisain sepersekian uang untuk investasi. Tentunya setelah dibagi-bagi dana darurat, keperlum pribadi, dll.
Jadi hal yang harus dilakukan sebelum investasi saham adalah riset dan siapkan uang ataupun mental😂 Cek profil risikomu dan jangan lupa terus baca-baca. Terakhir cobain dong lalu evaluasi.
Hai.. hai balik lagi nulis di blog! Setelah sekian lama nggak nulis lagi. Well, sebenarnya udah beberapa kali buka dasbor blog. Namun ujungnya ditutup lagi karena terlalu banyak alasan. Mohon dimaafkan mumpung bulan puasa.
Eniwei, selamat puasa ya kalian! Semoga Ramadan kali ini penuh keberkahan meskipun di rumah aja. Beberapa waktu lalu, aku sempat menuliskan sesuatu soal kegelisahanku tentang corona yang mewabah di dunia Akan tetapi berakhir pada nggak usah diposting dah.
Oiya hari ini lebih dari sebulan, aku work from home atau WFH. Kebijakan kantor awalnya dinanti-nanti karena you know what-lah, corona bikin panik dan gelisah. Sementara aku masih ke mana-mana. Alhasil pas dapat kesempatan buat WFH sedikit kalem.
Kali ini nggak mau bahas detail WFH ya. Aku kali ini bakalan membagikan pengalaman seru di awal tahun 2020. Kalau dihitung-hitung, udah lima bulan lho~ Nggak ada kata terlambat ya!
Sebelumnya, aku pernah menuliskan perjalanan ke Solo di Instagram Story. Kamu bisa lihat di Instagramku @vindiasari. Aku udah bikin highlight soal jalan-jalan ke Solo. Cuma postingan kali ini dibuat sedikit effort biar meninggalkan jejak. Soalnya liburan terakhir udah ditulis, masak yang ini kagak.
Sekitar pertengahan bulan Januari 2020. Ada yang ngide, nanyain libur hari apa? Main yuk! Intinya begitu. Berhubung libur weekend dan katanya kalau libur weekend (tandanya diajakin ke luar kota)
Dari ngobrolin mau ke mana dan tak tahu arah. Akhirnya tercetus ke Solo. Kenapa Solo? Karena doi (yang ngajak) penasaran sama Tjolomadoe. Dia bercerita kalau kapan tahun, dia ditinggal keluarganya main-main ke Solo.
Akhirnya dia mengajak main ke Solo. Dari situ, aku jadi teringat ada museum baru di Solo. Akhirnya kepo-kepo singkat, kami pun merencanakan ke Museum Tumurun. Dua lokasi itu adalah tujuan awal. Sisanya, kami diskusi dan kalau ada waktu mampir.
Spoiler, kami ke Solo cuma sehari ya. Dari pagi sampai malam (literally-- karena kami ngikut jadwal kereta prameks). Kami memilih naik kereta karena si doi nggak mau capek karena malem sebelumnya baru sampai di Jogja. Ya aku mah mau-mau aja, dah lama nggak naik kereta. Lol
Kami berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta menuju ke Stasiun Purwosari. Selanjutnya, kami menuju ke lokasi pertama, yaitu Museum Tumurun. Sebelum ke Tumurun, kami sudah booking tiket. Nggak sembarangan pengunjung yang dateng bisa langsung masuk. Soalnya mereka punya sistem ticketing sendiri. Kamu bisa cek infonya di website resminya ya.
Nggak usah khawatir, harga tiketnya nol rupiah alias gratis. Siapa sih yang nggak suka gratis~ Kami menggunakan Gocar sebagai transportasi menuju museum. Nggak jauh dan cuma bentar langsung sampai. Kami pilih jam 10 atau 11 dan durasi keliling museum cuma dibatesin satu jam setiap sesi.
Selanjutnya, udah keliling-keliling museum. Terkagum-kagum dengan koleksinya, kami kelaparan. Pas banget jam makan siang juga. Akhirnya memutuskan untuk makan di warung sate Pak Manto. Saat itu, kami memilih menu tongseng dan sate. Lokasi warung sate dan museum cukup dekat, kami jalan kaki. Nggak sampai lima menit sampai :)
Seporsi sate atau tongseng dihargai Rp 50ribu. Lokasinya cukup ramai dan luas. Cocoklah buat makan keluarga. Soal rasa enak dan kenyang. Saat makan, kami juga lagi pesan tiket kereta pulang. Sungguh nggak prepare mau pulang jam berapa. Hahahaha.. Tapi akhirnya dapet tiket jam akhir, sekitar jam 19-an dari Stasiun Solo Balapan. Yaudahlah ya, berarti kami masih ada waktu sampai magrib buat jalan-jalan.
Udah kenyang, lanjut ke lokasi selanjutnya. Kami menuju Tjolomadoe. Lokasinya dari Tumurum lumayan jauh, kami naik Gocar lagi buat ke sana.
Kalau tiket museum gratis, tiket masuk Tjolomadoe cukup terjangkau. Hanya merogoh kocek Rp 35ribu, satu orang bisa masuk dan dapet snack dan minum. Tjolomadoe ini bekas pabrik gula, gedungnya terlihat khas gedung lama. Maaf ya fotonya nggak bisa detail karena fotonya kebanyakan di hape lama (dan nggak sempat kesimpan TT).
Kami cukup lama berkeliling di Tjolomadoe, mulai dari bagian dalam sampai ke luar gedung. Semuanya bagus buat foto-foto ataupun nambah info soal pabrik gula. Soal foto bagian luar, coba scroll ke atas ya! (apasih vin).
Lanjut nih, udah masuk waktu sore. Trus kepikiran mau ke mana lagi ya? Pulang dari Tjolomadoe akhirnya mampir ke The Heritage Palace (ini nggak ada di list karena emang nggak mau ke sana--aku sih). Tapi akhirnya malah ke sana karena nggak tahu mau ke mana~
Buat kamu yang suka selfie dan foto, sepertinya lokasi ini cocok. Buat masuk ke halaman tulisan The Heritage Palace harganya aku lupa. Nah lokasi ini dibagi ke dalam beberapa bagian, indoor dan outdoor. Kami cuma penasaran dan beli tiket outdoor doang. Buat info tiketnya, kepoin media sosialnya ya.
Hari makin sore pada akhirnya kami memutuskan ke Mie Ramen hits di Solo yang viral. Penjualnya orang Jepang asli katanya. Yaudah kami ke lokasi dan ternyata sedikit apes. Takoyakinya udah habis. Sisa ramen dan gyoza. Saran kalau mau jajan ke sana, mending pas jam buka awal-awal. Jangan sore-sore, pasti udah banyak yang habis.
Aku lupa jenis ramen apa -_- maaf ya, tapi gugling kalian pasti Soal harga affordable banget. Kalau bicara rasa, emang enak dan bikin kenyang. Sekitar jam magrib, kami balik ke stasiun. Lokasinya agak jauh di pinggiran Solo. Sementara waktu agak mepet buat menuju ke stasiun. HAHAHA AGAK PANIK TAPI CHILL.
Pada akhirnya nggak terlambat sampai stasiun dan kami berhasil sampai Jogja dengan selamat. Perjalanan pulang ditemani hujan dan ngantuk karena kelelahan sepertinya.
Terima kasih buat jalan-jalan serunya! Semoga bisa jalan-jalan lagi setelah corona ya!
See you :)
Eniwei, selamat puasa ya kalian! Semoga Ramadan kali ini penuh keberkahan meskipun di rumah aja. Beberapa waktu lalu, aku sempat menuliskan sesuatu soal kegelisahanku tentang corona yang mewabah di dunia Akan tetapi berakhir pada nggak usah diposting dah.
Oiya hari ini lebih dari sebulan, aku work from home atau WFH. Kebijakan kantor awalnya dinanti-nanti karena you know what-lah, corona bikin panik dan gelisah. Sementara aku masih ke mana-mana. Alhasil pas dapat kesempatan buat WFH sedikit kalem.
Kali ini nggak mau bahas detail WFH ya. Aku kali ini bakalan membagikan pengalaman seru di awal tahun 2020. Kalau dihitung-hitung, udah lima bulan lho~ Nggak ada kata terlambat ya!
Foto pakai Instax di Tjolomadoe. |
Sebelumnya, aku pernah menuliskan perjalanan ke Solo di Instagram Story. Kamu bisa lihat di Instagramku @vindiasari. Aku udah bikin highlight soal jalan-jalan ke Solo. Cuma postingan kali ini dibuat sedikit effort biar meninggalkan jejak. Soalnya liburan terakhir udah ditulis, masak yang ini kagak.
Sekitar pertengahan bulan Januari 2020. Ada yang ngide, nanyain libur hari apa? Main yuk! Intinya begitu. Berhubung libur weekend dan katanya kalau libur weekend (tandanya diajakin ke luar kota)
Dari ngobrolin mau ke mana dan tak tahu arah. Akhirnya tercetus ke Solo. Kenapa Solo? Karena doi (yang ngajak) penasaran sama Tjolomadoe. Dia bercerita kalau kapan tahun, dia ditinggal keluarganya main-main ke Solo.
Akhirnya dia mengajak main ke Solo. Dari situ, aku jadi teringat ada museum baru di Solo. Akhirnya kepo-kepo singkat, kami pun merencanakan ke Museum Tumurun. Dua lokasi itu adalah tujuan awal. Sisanya, kami diskusi dan kalau ada waktu mampir.
Spoiler, kami ke Solo cuma sehari ya. Dari pagi sampai malam (literally-- karena kami ngikut jadwal kereta prameks). Kami memilih naik kereta karena si doi nggak mau capek karena malem sebelumnya baru sampai di Jogja. Ya aku mah mau-mau aja, dah lama nggak naik kereta. Lol
Situasi stasiun sebelum kereta tiba. |
Kami berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta menuju ke Stasiun Purwosari. Selanjutnya, kami menuju ke lokasi pertama, yaitu Museum Tumurun. Sebelum ke Tumurun, kami sudah booking tiket. Nggak sembarangan pengunjung yang dateng bisa langsung masuk. Soalnya mereka punya sistem ticketing sendiri. Kamu bisa cek infonya di website resminya ya.
Nggak usah khawatir, harga tiketnya nol rupiah alias gratis. Siapa sih yang nggak suka gratis~ Kami menggunakan Gocar sebagai transportasi menuju museum. Nggak jauh dan cuma bentar langsung sampai. Kami pilih jam 10 atau 11 dan durasi keliling museum cuma dibatesin satu jam setiap sesi.
Penampakan dalam Museum Tumurun. |
Selanjutnya, udah keliling-keliling museum. Terkagum-kagum dengan koleksinya, kami kelaparan. Pas banget jam makan siang juga. Akhirnya memutuskan untuk makan di warung sate Pak Manto. Saat itu, kami memilih menu tongseng dan sate. Lokasi warung sate dan museum cukup dekat, kami jalan kaki. Nggak sampai lima menit sampai :)
Dua makanan menggoda lidah~ |
Seporsi sate atau tongseng dihargai Rp 50ribu. Lokasinya cukup ramai dan luas. Cocoklah buat makan keluarga. Soal rasa enak dan kenyang. Saat makan, kami juga lagi pesan tiket kereta pulang. Sungguh nggak prepare mau pulang jam berapa. Hahahaha.. Tapi akhirnya dapet tiket jam akhir, sekitar jam 19-an dari Stasiun Solo Balapan. Yaudahlah ya, berarti kami masih ada waktu sampai magrib buat jalan-jalan.
Udah kenyang, lanjut ke lokasi selanjutnya. Kami menuju Tjolomadoe. Lokasinya dari Tumurum lumayan jauh, kami naik Gocar lagi buat ke sana.
Penampakan tiket. |
Kalau tiket museum gratis, tiket masuk Tjolomadoe cukup terjangkau. Hanya merogoh kocek Rp 35ribu, satu orang bisa masuk dan dapet snack dan minum. Tjolomadoe ini bekas pabrik gula, gedungnya terlihat khas gedung lama. Maaf ya fotonya nggak bisa detail karena fotonya kebanyakan di hape lama (dan nggak sempat kesimpan TT).
Penampakan bagian dalam museum. |
Kami cukup lama berkeliling di Tjolomadoe, mulai dari bagian dalam sampai ke luar gedung. Semuanya bagus buat foto-foto ataupun nambah info soal pabrik gula. Soal foto bagian luar, coba scroll ke atas ya! (apasih vin).
Tampak dalam yang dihargai tiket masuk.. |
Lanjut nih, udah masuk waktu sore. Trus kepikiran mau ke mana lagi ya? Pulang dari Tjolomadoe akhirnya mampir ke The Heritage Palace (ini nggak ada di list karena emang nggak mau ke sana--aku sih). Tapi akhirnya malah ke sana karena nggak tahu mau ke mana~
Buat kamu yang suka selfie dan foto, sepertinya lokasi ini cocok. Buat masuk ke halaman tulisan The Heritage Palace harganya aku lupa. Nah lokasi ini dibagi ke dalam beberapa bagian, indoor dan outdoor. Kami cuma penasaran dan beli tiket outdoor doang. Buat info tiketnya, kepoin media sosialnya ya.
Hari makin sore pada akhirnya kami memutuskan ke Mie Ramen hits di Solo yang viral. Penjualnya orang Jepang asli katanya. Yaudah kami ke lokasi dan ternyata sedikit apes. Takoyakinya udah habis. Sisa ramen dan gyoza. Saran kalau mau jajan ke sana, mending pas jam buka awal-awal. Jangan sore-sore, pasti udah banyak yang habis.
Nggak punya foto proper pas makan ramen. Cuma ini doang yang ada di galeriku. |
Aku lupa jenis ramen apa -_- maaf ya, tapi gugling kalian pasti Soal harga affordable banget. Kalau bicara rasa, emang enak dan bikin kenyang. Sekitar jam magrib, kami balik ke stasiun. Lokasinya agak jauh di pinggiran Solo. Sementara waktu agak mepet buat menuju ke stasiun. HAHAHA AGAK PANIK TAPI CHILL.
Lempuyangan pas di ruang tunggu. |
Pada akhirnya nggak terlambat sampai stasiun dan kami berhasil sampai Jogja dengan selamat. Perjalanan pulang ditemani hujan dan ngantuk karena kelelahan sepertinya.
Terima kasih buat jalan-jalan serunya! Semoga bisa jalan-jalan lagi setelah corona ya!
See you :)
Kalau kalian penasaran dengan Rumah Atsiri, langsung aja ke bagian 'Dimulailah perjalanan menuju Tawangmangu'. Namun jika kamu pengen tahu soal latar belakang kenapa kita ke Rumah Atsiri, baca dari awal. (Nggak penting sih, cuma pengen cerita aja~) Biasa anaknya suka curhaaaaaaat.
foto: Mengakhiri keliling Rumah Atsiri di Green house/ kamera delapan kilogram Inur. |
Suatu pagi, temanku menyapa lewat imessages. Ia mengirimkan beberapa link Instagram berisi spot museum, yaitu Rumah Atsiri.
"Pernah liputan di sini?" tanyanya.
Tanpa membuka link, aku tahu lokasi museum yang dimaksud.
"Kamu nggak inget apa, kita pernah bahas Rumah Atsiri?"
Jadi ceritanya, bulan Januari lalu, kami jalan-jalan ke Solo. Dalam sebuah perjalanan tersebut, kami pernah membahas lokasi-lokasi wisata lain yang menarik. Salah satunya, Rumah Atsiri. Sayangnya, si anak nggak ngeh alias lupa kalau pernah bahas itu.
Singkat cerita temanku mendapat link tersebut dari temannya. Mereka berencana untuk liburan ke Tawangmangu, salah satu destinasi tujuannya adalah Rumah Atsiri. Berhubung emang udah kepikiran dan pengen ke sana dari tahun 2018, langsung aja bilang.
"Kalau mau ke sana, hayukk kita ajak temanku juga."
Berhubung, cuma ngikut. Jadinya ya nunggu konfirmasi sama tanggal aja kan. Lagian jadwal kerja juga nggak tahu cocok apa nggak. Tiba-tiba jelang akhir Februari, temanku mengirimkan pesan dan menginformasikan tanggal 7 atau 8 yuk ke Tawangmangu.
Kemudian tiba-tiba, jelang dua hari menuju hari H. Temanku mengabarkan, "Vin kemungkinan kayaknya aku nggak pulang 75 persen."
Pas denger langsung mikir, oh yaudah. Ya mau gimana lagi? Kan itu kejadian di luar kendali kita. Udah stoic belum?
Langsung ngabarin temen lain kalau kemungkinan besar nggak jadi. Yaudah, mari kita menyusun agenda weekend di Jogja saja.
Nggak tahunya, dikabarin lagi jelang sehari.
"Aku jadi pulang ya tapi belum beli tiket."
Lalu jam demi jam berlalu, jam dinding menunjukkan pukul 22.00 WIB. Temanku baru memulai perjalanan ke Jogja~ Buseeeet malam sekali -_- Dipikir-pikir, pasti capek, ngantuk, kenapa si maksain? Heran?
Mari kepo-kepo dikit lewat Instagram Stories! Pemanasan dulu ya!
Screenshot Instagram Stories @vindiasari. |
Masih nggak menyangka bisa menghabiskan waktu cuti buat liburan di tempat yang nggak terpikirkan sebelumnya... Siap-siap, aku bakalan cerita panjang soal pengalaman liburanku di Surabaya dan Madura!
INI AKAN JADI TULISAN SUPER PANJANG KARENA NGEDRAFTNYA AJA BERMINGGU-MINGGU. :")))))
Seminggu sebelum berangkat ke Surabaya, tepatnya hari Sabtu siang. Dalam sebuah WhatsApp grup, temanku bernama Erma mengajak makan siang. Ajakan tersebut memulai percakapan panjang. Dari ajakan makan siang yang akhirnya malah malam mingguan ini cerita bermula.
Sabtu, aku masih bekerja shift. Otomatis, ajakan makan siang Erma nggak bisa dipenuhi. Sementara si Bella--teman kami dalam satu grup juga nggak bisa memenuhi karena berada di rumah. Alhasil, kami malah saling curhat kalau hari ini malam minggu. Dari sambatan biasa, aku melontarkan ajakan buat bertemu sepulang kerja atau sore harinya.
Kami akhirnya bertemu di sebuah pusat perbelanjaan lalu makan bareng di sebuah warung. Pertemuan yang lebih banyak sharing ini bermuara pada rencana Erma kondangan ke Surabaya. Ternyata nggak cuma kondangan, Erma punya rencana lain untuk liburan ke Madura. Ia pun mengajak kami untuk ikut.
Sebagai anak yang sedang bosan dengan rutinitas, ajakan liburan sangat menggiurkan. Terlebih, aku memang sudah punya rencana cuti. Yeay, mestakung gitu deh! Rencana sedikit terhambat melihat jadwal shift yang sedikit bentrok. Namun akhirnya teratasi dengan tukar jadwal, Thanks Mbak Tin!
Senin, 4 November 2019.
Aku dan temanku, Bella merencanakan untuk beli tiket kereta dari Yogyakarta ke Surabaya. Namun sayang ketidakpastian mulai muncul, soal agenda weekend di kantor Bella. Akhirnya, kami memutuskan untuk menunda pembelian tiket kereta.
Beberapa hari berselang, aku memutuskan untuk beli tiket sendiri karena takut kehabisan. Mengingat saat terakhir buka tiket, cuma tinggal hitungan jari. Hmm.. Akhirnya memberanikan diri beli tiket berangkat. Lalu perjalanan ke timur ini menjadi pengalaman naik kereta Yogyakarta-Surabaya sendirian. Sebelumnya pasti ramean~ Beda kalau ke barat, udah sering sendirian ;")
Jumat, 8 November 2019.
Akhirnya pas hari H keberangkatan, aku berangkat seorang diri. Sementara Erma dan temannya Wulan sudah berada di Surabaya. Bella apa kabar? Dia baru ngabarin siang jelang sore, pas jam pulang kantor. Seneng banget pas tahu, kalau dia jadi ikutan trip ke Madura~ Horeeeeeeee! Seneng banget, akhirnya~ Doa-doa yang kami panjatkan diaminkan semesta~
Perjalanan kereta ditempuh sekitar 5-6 jam menggunakan kereta ekonomi Sri Tanjung. Berhubung seorang diri, aku menghabiskan 1,5 perjalanan di restorasi untuk makan. Kereta tiba pukul setengah 3 sore. Setiba di Stasiun Gubeng, langsung mampir ke masjid dekat stasiun. Udah kayak warlok gitu, nggak bingung (bangga).
Mampir salat sebentar dan leyeh-leyeh karena Surabaya panas banget. Lebih tepatnya gerah gitu, sementara di masjid sangat adem. Sembari leyeh-leyeh, aku coba pesan ojek online menuju penginapan Erma dan Wulan. Asli ya, susah banget dapat sopir yang mau. Setelah order berulang tanpa ada yang mau angkut, akhirnya ada sopir yang mengangkut. Beliau kirim pesan, "Mbak saya masih di Menur. Mau nungguin nggak?"
Berhubung saya nggak tahu lokasi Menur di mana dan malas order dengan ketidakpastian, akhirnya aku jawab.
"Iya, Pak. Nggak apa-apa. Saya tunggu."
Yeay, akhirnya setelah menunggu beberapa saat. Sopir tiba juga di masjid dan mengantarku ke lokasi. Selama perjalanan ke penginapan, memoriku soal Surabaya kembali muncul. Udah beberapa emang ke Surabaya dan selalu menyenangkan, walaupun sekarang makin panas. Hahaha...
Sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya tiba di penginapan kawasan Siwalankerto. Berhubung hari Jumat (long weekend), Jalanan di SBY macet-macet sedap. Ternyata, kemacetan semakin menjadi saat malam hari. Erma dan Wulan akan kondangan, lalu aku awalnya akan kondangan juga (jadi penyusup). Namun akhirnya, macet dan sopir ojek online semakin menolak orderan kami. Akhirnya aku dan Wulan cuma nongkrong di bawah penginapan. Penginapan mirip apartemen, lantai bawah ada warung-warung makan gitu.
Rencana kondangan sempat teralihkan dengan ajakan eksplore Kota Surabaya oleh temanku. Berhubung nggak ada rencana apa-apa, aku coba bertanya pada 'warga lokal' lewat temanku Inur. Ternyata, dia sudah jam pulang kerja dan tak memiliki agenda. Lalu kami berencana ke daerah kota, kami saling share tempat wisata malam di Surabaya. Udah tuh, banyak pilihan dan bingung harus ke mana. Akhirnya ngide ke Taman BMX, yaudah sepakat kita akan bertemu di sana.
Lokasinya cukup di tengah kota, aku ke daerah utara. Kantor Inur katanya dekat situ. Namun sayang, keinginan main skateboard dan BMX (padahal cuma lihat) nihil~ Karena macet parah dan nggak ada ojek online yang angkut ke kota. Padahal si Inur udah nungguin dari jam berapa. Maaf yaaaaaaaaa....
Dengan perasaan tidak enak karena udah ditungguin tapi malah gagal. Aku menyarankan Inur ke penginapan yang ternyata searah jalan pulang.
"Udah ke sini aja ya. Ada Starbuck di sini."
Makasi, Inur! Maaf ya ganggu jam pulang kantor.
INI AKAN JADI TULISAN SUPER PANJANG KARENA NGEDRAFTNYA AJA BERMINGGU-MINGGU. :")))))
Seminggu sebelum berangkat ke Surabaya, tepatnya hari Sabtu siang. Dalam sebuah WhatsApp grup, temanku bernama Erma mengajak makan siang. Ajakan tersebut memulai percakapan panjang. Dari ajakan makan siang yang akhirnya malah malam mingguan ini cerita bermula.
Sabtu, aku masih bekerja shift. Otomatis, ajakan makan siang Erma nggak bisa dipenuhi. Sementara si Bella--teman kami dalam satu grup juga nggak bisa memenuhi karena berada di rumah. Alhasil, kami malah saling curhat kalau hari ini malam minggu. Dari sambatan biasa, aku melontarkan ajakan buat bertemu sepulang kerja atau sore harinya.
Kami akhirnya bertemu di sebuah pusat perbelanjaan lalu makan bareng di sebuah warung. Pertemuan yang lebih banyak sharing ini bermuara pada rencana Erma kondangan ke Surabaya. Ternyata nggak cuma kondangan, Erma punya rencana lain untuk liburan ke Madura. Ia pun mengajak kami untuk ikut.
Sebagai anak yang sedang bosan dengan rutinitas, ajakan liburan sangat menggiurkan. Terlebih, aku memang sudah punya rencana cuti. Yeay, mestakung gitu deh! Rencana sedikit terhambat melihat jadwal shift yang sedikit bentrok. Namun akhirnya teratasi dengan tukar jadwal, Thanks Mbak Tin!
Senin, 4 November 2019.
Aku dan temanku, Bella merencanakan untuk beli tiket kereta dari Yogyakarta ke Surabaya. Namun sayang ketidakpastian mulai muncul, soal agenda weekend di kantor Bella. Akhirnya, kami memutuskan untuk menunda pembelian tiket kereta.
Beberapa hari berselang, aku memutuskan untuk beli tiket sendiri karena takut kehabisan. Mengingat saat terakhir buka tiket, cuma tinggal hitungan jari. Hmm.. Akhirnya memberanikan diri beli tiket berangkat. Lalu perjalanan ke timur ini menjadi pengalaman naik kereta Yogyakarta-Surabaya sendirian. Sebelumnya pasti ramean~ Beda kalau ke barat, udah sering sendirian ;")
Jumat, 8 November 2019.
Akhirnya pas hari H keberangkatan, aku berangkat seorang diri. Sementara Erma dan temannya Wulan sudah berada di Surabaya. Bella apa kabar? Dia baru ngabarin siang jelang sore, pas jam pulang kantor. Seneng banget pas tahu, kalau dia jadi ikutan trip ke Madura~ Horeeeeeeee! Seneng banget, akhirnya~ Doa-doa yang kami panjatkan diaminkan semesta~
Perjalanan kereta ditempuh sekitar 5-6 jam menggunakan kereta ekonomi Sri Tanjung. Berhubung seorang diri, aku menghabiskan 1,5 perjalanan di restorasi untuk makan. Kereta tiba pukul setengah 3 sore. Setiba di Stasiun Gubeng, langsung mampir ke masjid dekat stasiun. Udah kayak warlok gitu, nggak bingung (bangga).
Mampir salat sebentar dan leyeh-leyeh karena Surabaya panas banget. Lebih tepatnya gerah gitu, sementara di masjid sangat adem. Sembari leyeh-leyeh, aku coba pesan ojek online menuju penginapan Erma dan Wulan. Asli ya, susah banget dapat sopir yang mau. Setelah order berulang tanpa ada yang mau angkut, akhirnya ada sopir yang mengangkut. Beliau kirim pesan, "Mbak saya masih di Menur. Mau nungguin nggak?"
Berhubung saya nggak tahu lokasi Menur di mana dan malas order dengan ketidakpastian, akhirnya aku jawab.
"Iya, Pak. Nggak apa-apa. Saya tunggu."
Yeay, akhirnya setelah menunggu beberapa saat. Sopir tiba juga di masjid dan mengantarku ke lokasi. Selama perjalanan ke penginapan, memoriku soal Surabaya kembali muncul. Udah beberapa emang ke Surabaya dan selalu menyenangkan, walaupun sekarang makin panas. Hahaha...
Sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya tiba di penginapan kawasan Siwalankerto. Berhubung hari Jumat (long weekend), Jalanan di SBY macet-macet sedap. Ternyata, kemacetan semakin menjadi saat malam hari. Erma dan Wulan akan kondangan, lalu aku awalnya akan kondangan juga (jadi penyusup). Namun akhirnya, macet dan sopir ojek online semakin menolak orderan kami. Akhirnya aku dan Wulan cuma nongkrong di bawah penginapan. Penginapan mirip apartemen, lantai bawah ada warung-warung makan gitu.
Rencana kondangan sempat teralihkan dengan ajakan eksplore Kota Surabaya oleh temanku. Berhubung nggak ada rencana apa-apa, aku coba bertanya pada 'warga lokal' lewat temanku Inur. Ternyata, dia sudah jam pulang kerja dan tak memiliki agenda. Lalu kami berencana ke daerah kota, kami saling share tempat wisata malam di Surabaya. Udah tuh, banyak pilihan dan bingung harus ke mana. Akhirnya ngide ke Taman BMX, yaudah sepakat kita akan bertemu di sana.
Lokasinya cukup di tengah kota, aku ke daerah utara. Kantor Inur katanya dekat situ. Namun sayang, keinginan main skateboard dan BMX (padahal cuma lihat) nihil~ Karena macet parah dan nggak ada ojek online yang angkut ke kota. Padahal si Inur udah nungguin dari jam berapa. Maaf yaaaaaaaaa....
Dengan perasaan tidak enak karena udah ditungguin tapi malah gagal. Aku menyarankan Inur ke penginapan yang ternyata searah jalan pulang.
"Udah ke sini aja ya. Ada Starbuck di sini."
Makasi, Inur! Maaf ya ganggu jam pulang kantor.
foto: unsplash |
Kenal saham pertama kali dari teman kuliah. Ada beberapa teman ngobrol asyik soal saham. Mereka bercerita soal grup di Line yang isinya seputar saham dan bitcoin. Penasaran jadi modal awal buat gabung ke grup. Minta tolong teman untuk masukin ke grup. Masih jadi silent reader karena beneran nggak paham banget sama istilah-istilahnya.
Lebih jauh, sebagai first jobber, aku punya banyak keinginan namun modal yang terbatas. Apalagi income yang nggak besar, aku harus pintar mengolahnya. Dari beli buku soal manajemen finansial sampai praktek langsung, diriku haus akan informasi. Makin tertarik dengan informasi dan manajemen keuangan, lalu jiwa mudaku tersulut. *Teringat cita-cita dulu ingin masuk jurusan ekonomi/manajemen karena ingin mengatur uang*
Berhubung teks yang ada di buku kurang berkaitan dengan realita kehidupan, akhirnya mulai cari info-info di media sosial. Dari situ kenal, Jouska yang kasus viral di media sosial soal gaji habis buat kopi. Pasti kalian udah baca atau sekadar mendengar, kan?
Berasal dari Jouska, aku mulai ikut workshop soal finansial dan investasi. Dulu Jouska pernah mengadakan workshop ke kota-kota tertentu, salah satunya Jogja. Yeay! Nggak pikir panjang, langsung daftar. Dengan harga Rp 250.000, aku dapat pengetahuan banyak soal investasi, manajemen keuangan, produk investasi, hingga ekonomi makro. Pusing sih, tapi seneng!
Baca juga:13 Pelajaran hidup yang diperoleh di tahun 2018.
Pada workshop tersebut, peserta diberi kesempatan untuk mendaftarkan akun sekuritas untuk buka akun untuk jual beli saham. Nggak ingin menyiakan kesempatan, aku ikut daftar. Prosesnya agak lama, karena nggak ke sekuritas langsung. Setelah itu, muncul email soal pendaftaran akun sekuritas dan rekening dana nasabah (RDN) yang digunakan untuk rekening transaksi saham.
Beberapa hari selanjutnya-setelah aktif, aku dapat paket dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Mereka mengirimkan kartu tanda investor. ........................... (lupa namanya apa, tapi warnanya merah). Wew, baru ngeh ternyata ada kartunya ya..
Lanjut dari situ, aku masih nggak ngerti cara beli dan jual saham. Sekadar punya aja dan nggak tahu cara makainya. Lol! Lalu pernah ngobrol dengan temanku, ia bercerita ikut kelas Yuk Nabung Saham yang diadakan oleh TICMI di Jakarta. Sejak saat itu, aku cari tahu apa itu TICMI dan adakah kelas serupa di Yogyakarta?
TICMI itu semacam lembaga atau sekolah pasar modal untuk pelatihan dan sertifikasi. Buat pemula, ada banget kelasnya. Nggak cuma TICMI, lembaga seperti IDX juga rutin mengadakan kelas pengenalan saham setiap bulan. Aku mengikuti kelas yang diadakah oleh IDX Jogja bernama Sekolah Pasar Modal.Tahu itupun dari temanku bernama Inur.
Ikut Sekolah Pasar Modal
Ternyata, harga dan kelas pengenalan saham cukup terjangkau. Cuma dengan uang Rp 100.000, aku sudah bisa ikut kelas Sekolah Pasar Modal. Buat info lengkapnya bisa cek di linknya langsung ya. Uang Rp 100.000 yang dibayarkan, nantinya akan jadi uang di rekening dana nasabah kita. Dah nggak rugi, deh!Buat persyaratan buka rekening, coba cek langsung di web ya! Seingetku, beberapa berkas yang disiapkan adalah fotokopi buku tabungan bagian depan yang ada nama dan nomor rekening, foto kopi KTP, foto kopi NPWP (jika punya), dan materai.
Belajar Analisis Teknikal dan Fundamental
Salah satu materi yang ada di Sekolah Pasar Modal adalah analisis Teknikal dan Fundamental. Jujur, nggak ngerti sama grafik, chart, dan kode-kode dari pergerakan saham. Lagi-lagi, aku penasaran dan nggak mau merasa bego karena nggak paham. Akhirnya, setelah kelas, iseng buka aplikasi sekuritas, buka chart, cari tahu soal inisial-inisial seperti EPS, DER, ROE, yang sampai sekarang masih kebolak-balik.
Lama-lama jadi tahu dan paham. Secara garis besar, analisis teknikal itu melihat pergerakan harga saham dengan beragam alat. Analisis ini digunakan oleh para trader yang setiap hari menjual dan membeli saham. Beda dengan investor, mereka lebih suka menggunakan analisis fundamental. Nah analisis fundamental ini menggunakan beberapa indikator yang aku sebutkan sebelumnya, seperti EPS, DER, ROE, dan lain-lain.
Berhubung aku anak bawang, aku juga membekali informasi lewat grup-grup WhatsApp, Telegram, beli buku, dan diskusi bareng teman yang udah lebih dulu terjun di saham. Temanku dengan sabar mengajari, alat apa yang digunakan untuk analisis teknikal. Istilah-istilah asing, cara beli dan jual saham, dan lain-lain. Thanks to Janu!
Praktik Langsung
Tentu sebagai anak bawang, nggak bisa dilepas sendiri. Kebanyakan tanya sama teman sampai lihat tutorial di YouTube. Pokoknya, jangan malu bertanya ya!
Setelah mulai tahu siklus dan cara kerja saham, senang sekali melihat portfolio (saham yang kita miliki) berwarna hijau. Dari situ, jadi kegirangan buat beli lagi, lagi, dan lagi. Kecanduan~
Cuma, sebagai seorang investor pemula. Kita juga nggak boleh lupa soal risiko. Saham dikenal sebagai investasi jangka panjang yang punya risiko besar dibanding jenis investasi lain. Oleh sebab itu, jangan sedih kalau sahammu sedang merah alias cut loss. Paling buruk, pengalamanku setahunan belajar adalah cut loss di atas 29 persen. Itu pun saham gorengan yang ku beli dengan jumlah lot sedikit. Jadi ku santayyy aja, nggak sedih-sedih amat.
Belajar Saham Membuka Cakrawala
Sejujurnya, saham itu nggak cuma belajar saham doang. Kamu bakal belajar manajemen keuangan, ekonomi makro, kebijakan negara, hubungan internasional antarnegara, dan mantengin berita.
Baca juga: Ngobrolin gaji, nabung, dan kebiasaan sebulan versi cewek dan cowok
Seru dan menyenangkan. Apalagi sekarang, terbuka luas buat cari tahu soal cara berinvestasi saham. Setiap daerah ada komunitasnya yang bisa diikuti. Kalau nggak sempet atau nggak punya waktu, bisa dengerin podcast, buka YouTube, dan lain-lain.
Stigma Saham
Aku juga ingin berbagi cerita soal pengalamanku berinvestasi saham. Jujur, nggak selalu manis seperti kampanye dan kisah sukses yang ada di buku-buku. Selain pernah cut loss gede, aku pernah mendapat stereotip bahwa saham itu riba. Saham itu ketinggian buat cewek. Cewek itu harusnya, nggak belajar saham. :"))))))))) Oh dear, sedih dengarnya. Pengen adu argumen tapi bodo amat deh. Dari awal kita emang beda!
Padahal dalam benak, waktu awal-awal belajar saham. YA ALLAH, KENAPA W BARU BELAJAR SEKARANG YA! TELAT HUHUHU. COBA DARI DULU!
Setelah ngegas sedih, lalu menenangkan dengan kata-kata.
"NGGAK ADA KATA TERLAMBAT BUAT BELAJAR!!!!!!!!!!!!!!11!!"
Jangan takut sama saham, saham itu bisa dipelajari. Ada ilmunya, kalau takut itu riba, monggo baca-baca lagi dan yakinkan dirimu. Ada banyak saham yang masuk kategori Syariah kok! So why did you worry?
Kalau mau belajar, diskusi, atau sharing. Aku membuka kesempatan dengan luas!
Beberapa bulan lalu, berkesempatan ke luar negeri bareng teman. Soal rencana dan persiapan, semua ada di postingan ini.Nah kali ini, aku mencoba melanjutkan cerita.
DAY 1!
Hari pertama tiba di Singapura, tepatnya tanggal 7 Maret 2019. Akhirnya tiba juga di negara berlambang singa. Dari yang awalnya cuma nulis konten sponsored tentang Singapura, sekarang bisa sampai.
Tentu lokasi pertama menapakan kaki di Singapura adalah Bandara Changi. Kami turun di Terminal 4 Changi--yang isinya nggak ada apa-apa menurut kita. Setibanya di Changi, kami bergegas ke imigrasi. Banyak traveler bercerita tentang nasib apes soal imigrasi di Singapura, sempat deg-degan tapi all is well. Lancaaar banget. Ditanyain dari Jogja mau liburan ya? Menginap di mana? Lalu cap stempel, selamat liburan~
Selanjutnya, kami menuju ke Terminal 2 di Changi. Berencana mau makan siang atau istirahat sebentar karena jam check in baru bisa pukul 14.00 waktu Singapura. Kenapa kami ke Terminal 2? Karena di sana ada monorail atau MRT yang bisa mengantar ke penginapan. Akses dari Terminal 4 ke Terminal 2 dengan shuttle bus yang disediakan oleh Changi.
Tiba di Changi Terminal 2, jangan lupa buat beli kartu akses monorail, bus, dan LRT dengan Singapore Tourist Pass (STP). Kartu tersebut dijual sebelum pintu masuk stasiun MRT. Satu hari seharga 10 SGD, buat tiga hari ada diskon 10 SGD dengan mengembalikan kartu di akhir perjalanan. Oiya, jangan lupa ambil peta wisata yang tersedia di Changi. Itu sangat membantu banget buat tahu lokasi dan stasiun terdekat.
Setelah mengantongi STP, kami menuju penginapan di kawasan Little India. Kami turun di Fareer Park Hospital dengan MRT. Lewat jalur ungu MRT tapi sebelumnya, kami sempat menggunakan LRT. Kita tahu karena ambil peta, jadi jangan lupa yaa.. Hahahaha Ini pertama kalinya naik LRT dan MRT, maklum di Indonesia pada bulan Maret belum jadi.
First impression naik, rapi dan bersih banget. Nyaman jadinya~ Fyi, jalan-jalan kali ini niatnya ingin jalan-jalan. Nggak ada upload-upload atau tag-tag. Inginnya jalan-jalan, menikmati liburan. Jadi sampai tiba di penginapan, kami nggak ada beli kartu simcard lokal. Nggak pakai paket internet dari Indonesia. Kami cuma modal wifi bandara dan stasiun. Sisanya bertanya dan bertanya terus.
Akhirnya, tiba juga di kawasan Little India. Saat itu terlihat sepi, jalanan juga nggak ramai seperti kota-kota besar di Indonesia. Lagi-lagi, bersih. Orang menyebrang juga di zebracross, mengikuti aturan, sampai memprioritaskan pejalan kaki.
Nggak jauh dari exit station Fareer Park, kami menuju hostel bernama ABC Premium Hostel. Kami memilih hostel tersebut karena fasilitas, harga, dan lokasi yang terjangkau. Kamu bisa kepo-kepo di Google atau aplikasi pesan online.
Setelah check in, kami menuju kamar. Istirahat sebentar lalu menuju destinasi pertama, yaitu Haji Lane. Berhubung nggak ada wifi dan kuota inet, kamu bermodal tanya-tanya orang. Sempet kesasar dikit tapi akhirnya ketemu. Di sana ada Kampong Glam dan masjid ikonik yang bikin betah, Masjid Sultan. Seriusan kami dari Magrib sampai Isya ada kali di sana. Tak lupa jajan cantik teh tarik dan makanan nasi lemak di kawasan Haji Lane.
Jangan lupa beli kartu simcard lokal untuk memudahkan perjalananmu. Kami mampir ke Sevel beli sim lokal seharga 15 SGD dengan merek Singtel. Kuotanya tumpah-tumpah, pakai satu kartu buat berdua.
Singapura malam hari mulai memancarkan lampu dari gedung pencakar langit. Kami memilih untuk ke Bugis Street di antara orang-orang pulang kerja dengan dasi dan kemejanya. Tak lupa banyak orang olahraga lari. Kami keliling Singapura naik bus malam hari. Syahdu juga.
Mampir ke Bugis Street, kami nggak beli banyak oleh-oleh. Karena niatnya jalan-jalan~ Kalau kalian ingin belanja oleh-oleh murah, mampir ke toko ABC di Bugis. Dijamin kalap~ Oiya, kami juga sempet mampir ke Clarke Quay. Cantik di malam hari dengan gemerlap lampu dan sungai bersih. Di sini tempat orang-orang kantoran buat lepas penat, ada banyak warung yang bisa dijajal sambil mabu-mabuan.
Mengingat kaki mulai gempor dan semakin malam. Kami memutuskan pulang ke hostel. Bersih diri dan tidooor.
DAY 1!
Hari pertama tiba di Singapura, tepatnya tanggal 7 Maret 2019. Akhirnya tiba juga di negara berlambang singa. Dari yang awalnya cuma nulis konten sponsored tentang Singapura, sekarang bisa sampai.
Tentu lokasi pertama menapakan kaki di Singapura adalah Bandara Changi. Kami turun di Terminal 4 Changi--yang isinya nggak ada apa-apa menurut kita. Setibanya di Changi, kami bergegas ke imigrasi. Banyak traveler bercerita tentang nasib apes soal imigrasi di Singapura, sempat deg-degan tapi all is well. Lancaaar banget. Ditanyain dari Jogja mau liburan ya? Menginap di mana? Lalu cap stempel, selamat liburan~
Selanjutnya, kami menuju ke Terminal 2 di Changi. Berencana mau makan siang atau istirahat sebentar karena jam check in baru bisa pukul 14.00 waktu Singapura. Kenapa kami ke Terminal 2? Karena di sana ada monorail atau MRT yang bisa mengantar ke penginapan. Akses dari Terminal 4 ke Terminal 2 dengan shuttle bus yang disediakan oleh Changi.
Tiba di Changi Terminal 2, jangan lupa buat beli kartu akses monorail, bus, dan LRT dengan Singapore Tourist Pass (STP). Kartu tersebut dijual sebelum pintu masuk stasiun MRT. Satu hari seharga 10 SGD, buat tiga hari ada diskon 10 SGD dengan mengembalikan kartu di akhir perjalanan. Oiya, jangan lupa ambil peta wisata yang tersedia di Changi. Itu sangat membantu banget buat tahu lokasi dan stasiun terdekat.
Setelah mengantongi STP, kami menuju penginapan di kawasan Little India. Kami turun di Fareer Park Hospital dengan MRT. Lewat jalur ungu MRT tapi sebelumnya, kami sempat menggunakan LRT. Kita tahu karena ambil peta, jadi jangan lupa yaa.. Hahahaha Ini pertama kalinya naik LRT dan MRT, maklum di Indonesia pada bulan Maret belum jadi.
First impression naik, rapi dan bersih banget. Nyaman jadinya~ Fyi, jalan-jalan kali ini niatnya ingin jalan-jalan. Nggak ada upload-upload atau tag-tag. Inginnya jalan-jalan, menikmati liburan. Jadi sampai tiba di penginapan, kami nggak ada beli kartu simcard lokal. Nggak pakai paket internet dari Indonesia. Kami cuma modal wifi bandara dan stasiun. Sisanya bertanya dan bertanya terus.
Akhirnya, tiba juga di kawasan Little India. Saat itu terlihat sepi, jalanan juga nggak ramai seperti kota-kota besar di Indonesia. Lagi-lagi, bersih. Orang menyebrang juga di zebracross, mengikuti aturan, sampai memprioritaskan pejalan kaki.
Nggak jauh dari exit station Fareer Park, kami menuju hostel bernama ABC Premium Hostel. Kami memilih hostel tersebut karena fasilitas, harga, dan lokasi yang terjangkau. Kamu bisa kepo-kepo di Google atau aplikasi pesan online.
Setelah check in, kami menuju kamar. Istirahat sebentar lalu menuju destinasi pertama, yaitu Haji Lane. Berhubung nggak ada wifi dan kuota inet, kamu bermodal tanya-tanya orang. Sempet kesasar dikit tapi akhirnya ketemu. Di sana ada Kampong Glam dan masjid ikonik yang bikin betah, Masjid Sultan. Seriusan kami dari Magrib sampai Isya ada kali di sana. Tak lupa jajan cantik teh tarik dan makanan nasi lemak di kawasan Haji Lane.
Jangan lupa beli kartu simcard lokal untuk memudahkan perjalananmu. Kami mampir ke Sevel beli sim lokal seharga 15 SGD dengan merek Singtel. Kuotanya tumpah-tumpah, pakai satu kartu buat berdua.
Singapura malam hari mulai memancarkan lampu dari gedung pencakar langit. Kami memilih untuk ke Bugis Street di antara orang-orang pulang kerja dengan dasi dan kemejanya. Tak lupa banyak orang olahraga lari. Kami keliling Singapura naik bus malam hari. Syahdu juga.
Mampir ke Bugis Street, kami nggak beli banyak oleh-oleh. Karena niatnya jalan-jalan~ Kalau kalian ingin belanja oleh-oleh murah, mampir ke toko ABC di Bugis. Dijamin kalap~ Oiya, kami juga sempet mampir ke Clarke Quay. Cantik di malam hari dengan gemerlap lampu dan sungai bersih. Di sini tempat orang-orang kantoran buat lepas penat, ada banyak warung yang bisa dijajal sambil mabu-mabuan.
Mengingat kaki mulai gempor dan semakin malam. Kami memutuskan pulang ke hostel. Bersih diri dan tidooor.
Beberapa waktu lalu, tepatnya akhir Juni dan awal Juli, aku mendapat kesempatan naik kereta lagi. Dalam rangka berkunjung ke rumah teman atas inisiasi teman, rencana sudah disusun pada bulan Ramadan. Jadi kira-kira estimasinya bulan Juli dan ditetapkan pada akhir Juni dan awal Juli.
Kata pertama yang terlintas dari Jombang adalah Rian Jombang. Sosok fenomenal yang kira-kira tahun 2000-an jadi sorotan media di Indonesia. Hmmm, maafkan aku yang kurang informasi. Padahal Jombang memiliki sosok ikonik yang sepertinya orang-orang pasti menyebut sosoknya saat mendengar kata Jombang.
Merencanakan berempat untuk bisa berkunjung bersama-sama, namun akhirnya yang berangkat cuma berdua. Well, tetap bersemangat kok karena kita sama-sama belum pernah ke Jombang. First timer banget lah.
Dari Yogyakarta menuju Jombang menggunakan kereta api (lupa namanya) karena semua tiket dipesankan. Semua pengalaman selama di Jombang telah aku bagikan dalam thread.
Kemarin dapat kesempatan berkunjung ke Kota Santri alias Jombang. Nggak pernah kebayang bakalan mampir ke Jombang di tahun ini. Aku menemukan cerita dan pengalaman baru dari sisi unik Kota Jombang.— vindiasari (@vindiasari) July 1, 2019
Ada banyak pengalaman baru dan kisah menarik yang membuka mataku, termasuk mengenal sedikit tentang pondok pesantren.
Terima kasih untuk jalan-jalan kilat yang menyenangkan.
Punya rencana ingin memiliki kaktus dari tahun lalu tapi eksekusi nol besar. Padahal sudah follow akun jualan kaktus, udah nanya harga, DM lokasi, dan seniat itu kepo tentang cara merawat kaktus atau sukulen. Akan tetapi, masih belum tergerak untuk beli beneran.
Setelah wacana dan cuma ingin-ingin-ingin, akhirnya bulan April kemarin beli juga! Yeay!Ini gara-gara teman kantor posting di WhatsApp, akhirnya malah tertarik beli beneran. Setelah nego harga dan milih belasan kaktus dan sukulen, akhirnya terpilihlah dua kaktus imut karena ukurannya yang mini.
Dua kaktus ini aku beri nama Utul. Say hello to Utul, guys!
Nggak spesifik Utul itu yang mana. Dua-duanya Utul. Kenapa namanya Utul? Nggak tahu, bagiku itu lucu aja. Ada orang yang mengira Utul singkatan Ujian Tulis, tapi asli bukan itu. Aku random banget kasih namanya.
Udah sekitar berminggu-minggu, Utul di rumah. Setiap bangun pagi, aku menyempatkan diri nengok Utul di lantai atas rumah. Wow, selalu happy melihat pertumbuhan mereka. Secara nggak langsung bikin mood jadi happy. Sehat-sehat yaaaaaaaa...
Utul kaktus sekarang sedang tumbuh bunga dan duri baru, lho. Doain bisa mekar sempurna ya. Karena bunga sebelumnya kering dan layu. Meskipun ditengokin tiap hari, aku jarang nyiramin. Karena kaktus tumbuhan yang nggak butuh banyak air. Mereka lebih senang berada di lokasi yang panas dan terik. Well, hobi aku mindahin ke sun spot langsung.
Aku jadi merindukan tanaman lombok yang belum berbuah udah mati. Huhuhuhu :(
Bermula dari promo tiket murah sebuah maskapai penerbangan di tahun 2017, akhirnya aku dan temanku memutuskan untuk berlibur ke Singapura. Awalnya nggak ada bayangan bakal liburan kedua negara sekaligus (Malaysia-Singapura), tapi akhirnya dijalani karena kita punya lima hari waktu di Singapura.
Biasa trik promo murah, berangkat murah tapi pulang mahal. Alhasil karena mencari harga tiket yang murah, setelah dihitung-hitung kami punya waktu lima hari buat traveling di Singapura. Bagi sebagian orang khususnya teman-teman yang pernah ke Singapura, liburan lima hari di Singapura itu terlalu lama. Saat minta rekomendasi ke teman-teman yang pernah traveling ke Singapura, semua kompak bilang, "ngapain lima hari ke Singapura?"
"Singapura itu kecil, kelamaan kalau lima hari di sana."
"Buseeet, lima hari banget? Biaya hidup di sana mahal, lho."
Ternyata beberapa ungkapan di atas terjadi pula oleh teman travelingku. Kamipun memilih untuk merancang ulang rencana lima hari di Singapura. Berhubung tiket sudah di tangan, hal yang bisa dilakukan adalah otak-atik itinerary.
Bicara soal itinerary, kami menyusunnya secara terpisah. Kami nggak pernah ketemu, kecuali saat temanku main ke Jogja. Nyusun semua persiapan traveling cuma via WhatsApp. Semua berjalan lancar sampai jelang seminggu berangkat, temanku nggak ada kabar. Aku WhatsApp, telepon, DM Instagram, tapi nihil. Mulai paniiiiik... Sampai akhirnya, aku buka email. Temanku bilang, kalau handphonenya ketinggalan di rumah. Sementara beliau sedang ada pelatihan atau diklat. Huhuhuhu seneng banget pas baca email, lega :)
Karena mudah terpengaruh pengalaman teman-teman, akhirnya ngide.
"Bagaimana kalau kita liburan ke Malaysia sekalian?"
Sungguh ngide yang disambut positif padahal jelang berangkat, kita cuma bahas spot-spot di Singapura aja. Cari penginapan Singapura oke, beli Singapore Tourism Pass oke, simcard ntar beli di Sevel yang murah, cari info tentang Singapura okeeeee.. Tapi soal liburan ke Malaysia tepatnya di Kuala Lumpur, kami cuma kepo harus naik apa ke sana.
Karena nggak pengen kayak orang tak tahu arah, akhirnya cari informasi lewat grup-grup Facebook Traveling dan pengalaman teman. Sebagian besar menyarankan untuk cari penginapan di lokasi a, b, c, d. Kami mengingat nama-nama lokasi kemudian booking lewat aplikasi.
Waktu lima hari liburan, kami membaginya jadi tiga hari pertama di Singapura, hari ketiga siang-sore sudah harus naik bus menuju ke Terminal Besepadu, Malaysia. Masalah tiket bus buat pindah negara sepenuhnya beli saat on the spot. Kami menuju Queen Street di Singapura naik SBS atau bus. Setelah itu, beli tiket seharga 3,05 SGD per orang (kalau nggak salah). Selanjutnya, naik bus menuju perbatasan dan imigrasi.
Waktu tempuh menurut informasi butuh tujuh jam perjalanan (Kalau lancar). Tapi ternyata, kami melintas Singapura-Malaysia saat jam sibuk. Antrian imigrasi macam antrian BBM langka zaman dulu.
Setelah mempersiapkan itinerary, jelang berangkat kami menukar uang. Sisanya, niat dan doa. Sebelum berangkat, pastikan barang-barang wajib yang harus dibawa seperti passport, colokan travel universal, botol minum, sunscreen, uang, apalagi ya?
Oh iya, jangan lupa bawa koyo dan pilih sepatu atau alas kaki yang nyaman. Karena sobat liburan hemat harus memanfaatkan transportasi umum alias jalan kaki is a must! Olahraga kalau perlu biar nggak kaget pas liburan.
Untuk pengalaman tentang pengalaman menyebrang imigrasi Singapura-Malaysia dan Malaysia-Singapura, ataupun liburan di Singapura dan Malaysia, tunggu di postingan selanjutnya ya!
Awal bulan Maret, aku berkesempatan untuk liburan singkat yang biasa disebut staycation. Kata tersebut merupakan gabungan kata dari bahasa Inggris antara 'stay' dan 'vacation'. Kecenderungan orang menganggap liburan membutuhkan waktu lama dan pergi ke luar kota. Kalau dihitung-hitung bakalan merogoh kocek dalam.
Nah, staycation ini jadi alternatif liburan. Kamu yang pengen rehat sejenak dari rutinitas, bisa banget menerapkan liburan ala staycation. Nggak punya waktu libur panjang atau cuti, manfaatin aja waktu akhir pekan atau weekend untuk staycation.
Staycation sendiri biasanya dimanfaatkan oleh orang-orang yang nggak punya waktu banyak untuk liburan. Sementara mereka ingin mengatasi kejenuhan kerja atau rutinitas. Keluar sejenak dari rutinitas dengan staycation jadi pilihan pas. Staycation biasanya memanfaatkan waktu singkat untuk menginap di hotel atau hostel ataupun guest house. Dalam waktu singkat, mereka ingin merasakan suasana berbeda.
Menginap di hostel, penginapan, guest house, ataupun hotel bisa banget memanjakan. Nggak perlu jauh-jauh ke luar kota, kamu bisa memilih lokasi dalam kota.Seperti yang aku lakukan pada awal Maret 2019, aku memilih staycation di sekitaran Kota Jogja.
Sebenarnya agak impulsif. Tergiur oleh rekan kantor yang membagikan informasi kalau ada voucher menginap gratis di hotel/ hostel/ ataupun guest house. Nggak mau menolak rezeki gratisan, akhirnya mencoba cara untuk mendapatkan menginap gratis.
Temanku yang biasa ku panggil Mas Gufron, membagikan cara menginap gratis. Pertama, aku harus mengunduh aplikasi penyedia penginapan bernama OYO. Aplikasi asal India ini emang nggak asing lagi bagiku. Tahun lalu, aku pernah menginap di OYO saat berada di Jakarta. Tapi bedanya, aku memesan kamar lewat aplikasi Tiketcom. Kali ini, aku diarahkan untuk mengunduh aplikasinya sendiri.
Buka Apple Store, ketik OYO. Udah langsung muncul logo aplikasi berwarna merah. Setelah mengunduh, isi data registrasi dan jika berhasil bakalan masuk ke tampilan utama. Tanpa perlu mendaftar, orang bakalan bisa langsung masuk ke tampilan utama. Tapi buat kamu yang pengen dapet gratisan, wajib banget daftar akun.
Setelah mendaftar akun, akupun menuliskan kata Yogyakarta pada kolom pencarian. Mencoba mencari penginapan kece yang pas dengan tanggal staycation. Cari-cari akhirnya dapet guest house dengan harga nol rupiah. Nggak butuh waktu lama langsung booking!
Jadi promo kamar nol rupiah ini diperuntukkan bagi pengguna baru. Berhubung OYO lagi gencar promosi, akhirnya promo menginap gratis muncul untuk menggaet orang. Aku dapat kesempatan menginap gratis di OYO 261 atau Sasono Putro Guest House. Lokasinya berada di Jalan Pandean Sari Blok 1, Candok, Condongcatur. Buat wisatawan dari luar kota, lokasi guest house cukup strategis. Dekat dengan terminal Condongcatur, deket Indomaret, dan lain-lain.
Karena impulsif dan dadakan, aku mengajak teman untuk menginap. Gayung bersambut, temanku mau diajak menginap. Pertama kali tiba, kesan pertama adalah mudah diakses. Mencari lokasinya nggak sulit, dari pinggir jalan sudah ada papan nama gede. Masuk ke lokasi, suasana asri dan etnik mulai terasa.
Sasono Putro Guest House ini berdekatan dengan sungai (nggak tahu namanya). Pas lagi dateng, hujan emang lagi turun. Alhasil suara arus deras dari sungai kentara. Dalam hati berkata, lokasinya nggak jauh dari kota tapi kerasa seperti di pedesaan yang asri. Bener-bener nggak kelihatan kalau ini di daerah perkotaan padat kos-kosan atau rumah.
Check in sekitar pukul 14.00 WIB, berhubung masih ngantor. Temanku akhirnya check in duluan. Bangunan ada dua lantai, pada lantai pertama disediakan parkir mobil atau motor. Cocoklah buat kalian yang mungkin membawa kendaraan sendiri. Tiap kamar di bagian depan ada kursi duduk untuk menikmati pemandangan atau leyeh-leyeh. Homyyy banget suasananya.
Aku mendapatkan kamar di lantai bawah dengan twin bed. Dalam kamar, aku mendapat fasilitas AC, kamar mandi, televisi dan tayangan TV kabel, pemanas air (heater), shower air panas dan dingin, handuk, air putih, lemari, dan kaca. Hanya saja, selang air buat di closet rusak. Udah lapor petugas, bilangnya baru bisa diperbaiki besok. Ya kan besok udah check out~ Selebihnya oke dan rekomen buat nginep di guest house ini.
Sembari menginap di tengah kota, aku dan temanku memutuskan untuk jalan-jalan malam. Kami menuju beberapa lokasi, mulai dari beli makan malam sampai jajan. Hahaha perut kami bisa gitu makan plus jajan malam. Karena hujan dan akhir pekan, alhasil kawasan terminal Condongcatur (concat) macet parah. Kami hujan-hujanan sembari mencari jajanan.
Sekitar pukul 21.00 WIB, kami memutuskan balik ke guest house untuk menyantap jajanan sembari ngobrol santai di kamar. Nggak kerasa, setelah salat Isya akhirnya kami tertidur dengan TV menyala. Kebiasaan kalau nginep di tempat baru, TV harus nyala (jangan dicontoh yaaa).
Tidur dengan nyenyak dan bangun dengan malas-malasan adalah aku. Setelah mengumpulkan niat bangun, tibalah waktu untuk sarapan. Selain menginap gratis, kami mendapat sarapan gratis. Kami menuju lokasi sarapan yang ada di bagian utara (aku lupa namanya apa). Bangunan ini ala-ala joglo yang khas dengan bangunan Jawa. Sudah ada mas-mas sarapan di sana, kami disambut dengan lantunan musik mirip di pesta nikahan. Alunan gamelan mengiringi sarapan kami.
Kami bisa memilih mau sarapan roti atau nasi. Minuman juga beragam mulai dari air mineral, kopi, hingga teh. Nggak ketinggalan, buah-buahan sebagai penutup makanan. Nggak ada pelayan jadi
self service gitu. Pilih sendiri, ambil sendiri.
Selesai sarapan, kami kembali ke kamar buat bersih diri alias mandi. Kami harus melanjutkan agenda staycation, yaitu ke toko buku dan bioskop. Tiba waktu check out sekitar jam 12.00 WIB, kami pun berkemas.
Pengalaman menginap di Sasono Putro Guest House ini cukup menyenangkan meskipun minus kamar mandi yang selangnya rusak. Semoga aja segera diperbaiki dan cuma kebetulan pas kami nginep rusak. Kebersihan oke, makanan nggak buruk, lokasi strategis. Yay or nay, aku jawab yay.
Kamu bisa memesan atau booking Sasono Putro Guest House di aplikasi pemesanan tiket. Berhubung aku pakai OYO, kamu bisa mengikuti pengalamanku dengan downloa aplikasi OYO di handphone. Jangan lupa pakai kode dariku buat mendapat penawaran menarik ya.VINDXBBJK6
Oiya, ini tulisan bener-bener atas pengalamanku. Bukan endorse atau promosi berbayar ya. Sharing is caring, right! Selamat mencoba dan nikmati staycation di Yogyakarta.
XOXO
Nah, staycation ini jadi alternatif liburan. Kamu yang pengen rehat sejenak dari rutinitas, bisa banget menerapkan liburan ala staycation. Nggak punya waktu libur panjang atau cuti, manfaatin aja waktu akhir pekan atau weekend untuk staycation.
Staycation sendiri biasanya dimanfaatkan oleh orang-orang yang nggak punya waktu banyak untuk liburan. Sementara mereka ingin mengatasi kejenuhan kerja atau rutinitas. Keluar sejenak dari rutinitas dengan staycation jadi pilihan pas. Staycation biasanya memanfaatkan waktu singkat untuk menginap di hotel atau hostel ataupun guest house. Dalam waktu singkat, mereka ingin merasakan suasana berbeda.
Menginap di hostel, penginapan, guest house, ataupun hotel bisa banget memanjakan. Nggak perlu jauh-jauh ke luar kota, kamu bisa memilih lokasi dalam kota.Seperti yang aku lakukan pada awal Maret 2019, aku memilih staycation di sekitaran Kota Jogja.
Sebenarnya agak impulsif. Tergiur oleh rekan kantor yang membagikan informasi kalau ada voucher menginap gratis di hotel/ hostel/ ataupun guest house. Nggak mau menolak rezeki gratisan, akhirnya mencoba cara untuk mendapatkan menginap gratis.
Temanku yang biasa ku panggil Mas Gufron, membagikan cara menginap gratis. Pertama, aku harus mengunduh aplikasi penyedia penginapan bernama OYO. Aplikasi asal India ini emang nggak asing lagi bagiku. Tahun lalu, aku pernah menginap di OYO saat berada di Jakarta. Tapi bedanya, aku memesan kamar lewat aplikasi Tiketcom. Kali ini, aku diarahkan untuk mengunduh aplikasinya sendiri.
Buka Apple Store, ketik OYO. Udah langsung muncul logo aplikasi berwarna merah. Setelah mengunduh, isi data registrasi dan jika berhasil bakalan masuk ke tampilan utama. Tanpa perlu mendaftar, orang bakalan bisa langsung masuk ke tampilan utama. Tapi buat kamu yang pengen dapet gratisan, wajib banget daftar akun.
Setelah mendaftar akun, akupun menuliskan kata Yogyakarta pada kolom pencarian. Mencoba mencari penginapan kece yang pas dengan tanggal staycation. Cari-cari akhirnya dapet guest house dengan harga nol rupiah. Nggak butuh waktu lama langsung booking!
Jadi promo kamar nol rupiah ini diperuntukkan bagi pengguna baru. Berhubung OYO lagi gencar promosi, akhirnya promo menginap gratis muncul untuk menggaet orang. Aku dapat kesempatan menginap gratis di OYO 261 atau Sasono Putro Guest House. Lokasinya berada di Jalan Pandean Sari Blok 1, Candok, Condongcatur. Buat wisatawan dari luar kota, lokasi guest house cukup strategis. Dekat dengan terminal Condongcatur, deket Indomaret, dan lain-lain.
Karena impulsif dan dadakan, aku mengajak teman untuk menginap. Gayung bersambut, temanku mau diajak menginap. Pertama kali tiba, kesan pertama adalah mudah diakses. Mencari lokasinya nggak sulit, dari pinggir jalan sudah ada papan nama gede. Masuk ke lokasi, suasana asri dan etnik mulai terasa.
Check in sekitar pukul 14.00 WIB, berhubung masih ngantor. Temanku akhirnya check in duluan. Bangunan ada dua lantai, pada lantai pertama disediakan parkir mobil atau motor. Cocoklah buat kalian yang mungkin membawa kendaraan sendiri. Tiap kamar di bagian depan ada kursi duduk untuk menikmati pemandangan atau leyeh-leyeh. Homyyy banget suasananya.
Aku mendapatkan kamar di lantai bawah dengan twin bed. Dalam kamar, aku mendapat fasilitas AC, kamar mandi, televisi dan tayangan TV kabel, pemanas air (heater), shower air panas dan dingin, handuk, air putih, lemari, dan kaca. Hanya saja, selang air buat di closet rusak. Udah lapor petugas, bilangnya baru bisa diperbaiki besok. Ya kan besok udah check out~ Selebihnya oke dan rekomen buat nginep di guest house ini.
Sembari menginap di tengah kota, aku dan temanku memutuskan untuk jalan-jalan malam. Kami menuju beberapa lokasi, mulai dari beli makan malam sampai jajan. Hahaha perut kami bisa gitu makan plus jajan malam. Karena hujan dan akhir pekan, alhasil kawasan terminal Condongcatur (concat) macet parah. Kami hujan-hujanan sembari mencari jajanan.
Sekitar pukul 21.00 WIB, kami memutuskan balik ke guest house untuk menyantap jajanan sembari ngobrol santai di kamar. Nggak kerasa, setelah salat Isya akhirnya kami tertidur dengan TV menyala. Kebiasaan kalau nginep di tempat baru, TV harus nyala (jangan dicontoh yaaa).
Tidur dengan nyenyak dan bangun dengan malas-malasan adalah aku. Setelah mengumpulkan niat bangun, tibalah waktu untuk sarapan. Selain menginap gratis, kami mendapat sarapan gratis. Kami menuju lokasi sarapan yang ada di bagian utara (aku lupa namanya apa). Bangunan ini ala-ala joglo yang khas dengan bangunan Jawa. Sudah ada mas-mas sarapan di sana, kami disambut dengan lantunan musik mirip di pesta nikahan. Alunan gamelan mengiringi sarapan kami.
Kami bisa memilih mau sarapan roti atau nasi. Minuman juga beragam mulai dari air mineral, kopi, hingga teh. Nggak ketinggalan, buah-buahan sebagai penutup makanan. Nggak ada pelayan jadi
self service gitu. Pilih sendiri, ambil sendiri.
Pengalaman menginap di Sasono Putro Guest House ini cukup menyenangkan meskipun minus kamar mandi yang selangnya rusak. Semoga aja segera diperbaiki dan cuma kebetulan pas kami nginep rusak. Kebersihan oke, makanan nggak buruk, lokasi strategis. Yay or nay, aku jawab yay.
Kamu bisa memesan atau booking Sasono Putro Guest House di aplikasi pemesanan tiket. Berhubung aku pakai OYO, kamu bisa mengikuti pengalamanku dengan downloa aplikasi OYO di handphone. Jangan lupa pakai kode dariku buat mendapat penawaran menarik ya.VINDXBBJK6
Oiya, ini tulisan bener-bener atas pengalamanku. Bukan endorse atau promosi berbayar ya. Sharing is caring, right! Selamat mencoba dan nikmati staycation di Yogyakarta.
XOXO