Mengapa aku menyebutnya beriringan? Tentu bukan asal memilih kata, melainkan ada makna di dalamnya. Aku dan kamu sama-sama lahir di tahun shio Anjing. Bedanya ya zodiak kita yang terpaut beberapa bulan lahir.
Zodiakmu apa? Tanyaku lewat WhatsApp.
Kamu nggak menjawab dengan menyebut salah satu zodiak. Aku pun harus Googling sendiri hmm.
Kembali pada kata beriringan. Bisa dibilang aku dan kamu telah mengenal cukup lama, hampir sembilan tahun. Wow banget nggak si~
Lucu ya kalau diingat-ingat, selama itu jarang banget ada momen bareng, foto bareng yang bener-bener ada kitanya. Heran juga napa bisa kayak sekarang.
Kalau diflashback sepertinya ada momen-momen yang justru jadi berkesan. Soal sesuatu yang dikeluhkan lewat telepon antarpulau dan tragedi kursi patah saat telepon. Kalau keinget masih ngakak wey. Mana kepikiran bakal kayak gini😂
Ceritamu soal hidup di ibu kota beberapa tahun silam yang kalau diingat sekarang—komentarmu pasti.
“Eh masak aku cerita sama kamu?”
Ya aku pun nggak tahu. Kan aku nggak maksa juga buat kamu cerita.
Belum lagi mengulik momen pertama kali bertemu. Yang kamu ingat soal aku👌 Thanks lho udah inget. Maafkan aku yang nggak punya memori pertemuan pertama kita ya.
Makasih juga sudah mengamatiku sejak lama. Tsaaah~ Ya, aku dan kamu memang tumbuh beriringan. Aku dengan jalanku dan kamu dengan pilihanmu. Tapi lucu juga ada aja yang bikin bisa ketemu.
Semoga aku dan kamu tetap tumbuh beriringan dengan kebaikan masing-masing. Jangan pernah berhenti meminta pada-Nya. Terima kasih bijaksana, ya.
Terima kasih sudah mau menjadi partner buat belajar kehidupan. Semoga kita tumbuh jadi lebih baik lagi yaa.
Makasih hari ini.
Makasih udah baca ini.
Makasih dan maaf untuk semua yang telah dilalui bersama.
Selang satu jam berita rilis, nambah tiga orang yang meninggal. Lalu muncul nama coronavirus yang disebut jadi pemicunya. Saat itu Indonesia kayaknya masih santai dan woles yaaa. Nah mulailah keparnoan sejak kasus di Wuhan merebak dan Indonesia serasa santai banget dan jumawa nggak bakal kena deh Indonesia. Hmmmm well see ya sekarang ujungnya bagaimana~
Beberapa informasi ku peroleh alasan mengapa orang Indonesia secara garis besar ngeyel dan denial soal virus corona. Cek selengkapnya di Podcast Kejar Paket Pintar episode ini ya.
Setelah dua bulan dari kasus pertama diumumkan di Indonesia, udah mulai adaptasi dengan new life and activity ya~ Kalau berita-berita sekarang menyebutnya new normal life.
New normal life, welcome.
Beberapa kali baca berita soal new normal life. Isinya kurang lebih menyebutkan kalau pandemi ini mengubah seluruh lini dunia, termasuk kebiasaan kita. Yang paling kelihatan, dari manusia dengan aktivitas dan mobilisasi tinggi. Sekarang harus berdiam diri di rumah. Melakukan aktivitas sebisa mungkin di rumah.
Bagiku, rumah adalah tempat yang menyenangkan. Tapi lain halnya dengan bekerja dari rumah. Lokasi yang cukup pelosok membuat sinyal internet nggak mendukung. Selain itu, gawai pendukung bekerja juga mulai uzur. Tapi tapi aku tetap menjalani bekerja dari rumah dengan legawa.
Dari yang mulanya rindu bepergian dan macetnya jalanan, maklum dulu sebelum pandemi melaju kendaraan sekitar 21 km pulang pergi. Kebayang sekarang aktivitas itu jadi zero kilometer.
Pernah pas awal-awal kerja dari rumah, aku bercerita pada temanku.
“Kayaknya aku merasa pergi bekerja adalah hiburanku.”
Apakah aku se-workaholic itu? Tentu jawabannya tidak. Aku sedang masa adaptasi—transisi dari sibuk menjadi hanya di rumah dengan fase yang lebih slow.
Beberapa kali menangis karena keadaan dan kekhawatiran. Sampai mimpi liburan bareng partner ke Bali. Hahahaha ini gara-gara obrolan jelang tidur, besok setelah pandemi selesai mau ngapain?—sepertinya ya.
Bicara soal mimpi yang aneh-aneh selama pandemi, tenang guys! Udah ada penelitian yang meng-approve hal tersebut. Mimpi buruk ataupun merasa nggak bisa tidur selama pandemi adalah hal wajar. Itu salah satu efek dari pandemi. You can google it ya!
Apalagi ya yang berubah, yang awalnya kalau bosan pasti keluar rumah buat nonton, makan, belanja, sekarang harus putar otak. Cari kegiatan yang relaxing dan menyenangkan biar nggak stres dan bosan.
Pada akhirnya, aku tetap melakukan aktivitas biasa. Menyiram tanamanku, baca buku, nonton film dan series. Bedanya, sekarang aku punya tanaman baru. Aku impulsif tapi mikir keras buat beli bibit sayur dan media tanam (growing kit).
Selain itu, aku jadi install berbagai aplikasi virtual buat komunikasi dengan teman-teman di luar. Video call sesekali, ngobrol dan bicara ngalor-ngidul—menjadi aktivitas baru yang menyenangkan.
Ada lagi nih, ikutan langganan Netflix kembali. Karena merindukan “all around you” di bioskop. Akhirnya nonton Netflix dan langganan biar bisa download ataupun nonton kapan aja.
New normal life ini tampaknya akan berjalan cukup lama. Dengan segala prediksi kapan pandemi selesai. Aku pribadi menyakini ini bakalan lama. Dan pikiran tersebut membuatku terlihat pesimis ya—padahal aku mencoba realistis.
Logikanya gini. Virus baru, belum ada obat. Lalu peneliti cari info dan obat untuk mengobati hal tersebut. Penelitian butuh waktu lama. Belum ujicobanya, belum produksinya, belum vaksin penyebaran dan lain-lain.
Mimpi dan rencana 2020 sepertinya harus ditunda sampai waktu yang nggak diketahui.
“Aku sepertinya akan menurunkan segala ekspektasi dan rencanaku di tahun ini,” kata temanku lewat sambungan telepon.
Aku pun mengamininya.
Terima kasih pandemi corona, aku jadi belajar hal baru lagi. Walaupun sebenarnya nggak baru. Aku mencoba untuk menenangkan diri dan berusaha nggak kepikiran.
Cari kesibukan baru dan tentunya tetap bersyukur dengan keadaan baru—yang sebenarnya nggak baru-baru amat. Kenapa bisa bilang begitu? Banyak orang berpendapat—pendapat ahli di media. Kebanyakan bilang kalau ini bukan hal baru. Karena sebelumnya manusia pernah mengalaminya.
Kita udah sejauh ini berjalan, semoga kita tetap bertahan dan terus beradaptasi ya :)
Jangan lupa berterima kasih sama diri sendiri. Udah berusaha bertahan dan melewati ini semua. Kita semua lagi sama-sama fight dengan keadaan baru. Mari berusaha mengakali keadaan biar hati senang. Imun pun riang.
Ditulis pakai aplikasi di handphone. Jadi nggak bisa upload XOXO.
Hai.. hai balik lagi nulis di blog! Setelah sekian lama nggak nulis lagi. Well, sebenarnya udah beberapa kali buka dasbor blog. Namun ujungnya ditutup lagi karena terlalu banyak alasan. Mohon dimaafkan mumpung bulan puasa.
Eniwei, selamat puasa ya kalian! Semoga Ramadan kali ini penuh keberkahan meskipun di rumah aja. Beberapa waktu lalu, aku sempat menuliskan sesuatu soal kegelisahanku tentang corona yang mewabah di dunia Akan tetapi berakhir pada nggak usah diposting dah.
Oiya hari ini lebih dari sebulan, aku work from home atau WFH. Kebijakan kantor awalnya dinanti-nanti karena you know what-lah, corona bikin panik dan gelisah. Sementara aku masih ke mana-mana. Alhasil pas dapat kesempatan buat WFH sedikit kalem.
Kali ini nggak mau bahas detail WFH ya. Aku kali ini bakalan membagikan pengalaman seru di awal tahun 2020. Kalau dihitung-hitung, udah lima bulan lho~ Nggak ada kata terlambat ya!
Sebelumnya, aku pernah menuliskan perjalanan ke Solo di Instagram Story. Kamu bisa lihat di Instagramku @vindiasari. Aku udah bikin highlight soal jalan-jalan ke Solo. Cuma postingan kali ini dibuat sedikit effort biar meninggalkan jejak. Soalnya liburan terakhir udah ditulis, masak yang ini kagak.
Sekitar pertengahan bulan Januari 2020. Ada yang ngide, nanyain libur hari apa? Main yuk! Intinya begitu. Berhubung libur weekend dan katanya kalau libur weekend (tandanya diajakin ke luar kota)
Dari ngobrolin mau ke mana dan tak tahu arah. Akhirnya tercetus ke Solo. Kenapa Solo? Karena doi (yang ngajak) penasaran sama Tjolomadoe. Dia bercerita kalau kapan tahun, dia ditinggal keluarganya main-main ke Solo.
Akhirnya dia mengajak main ke Solo. Dari situ, aku jadi teringat ada museum baru di Solo. Akhirnya kepo-kepo singkat, kami pun merencanakan ke Museum Tumurun. Dua lokasi itu adalah tujuan awal. Sisanya, kami diskusi dan kalau ada waktu mampir.
Spoiler, kami ke Solo cuma sehari ya. Dari pagi sampai malam (literally-- karena kami ngikut jadwal kereta prameks). Kami memilih naik kereta karena si doi nggak mau capek karena malem sebelumnya baru sampai di Jogja. Ya aku mah mau-mau aja, dah lama nggak naik kereta. Lol
Kami berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta menuju ke Stasiun Purwosari. Selanjutnya, kami menuju ke lokasi pertama, yaitu Museum Tumurun. Sebelum ke Tumurun, kami sudah booking tiket. Nggak sembarangan pengunjung yang dateng bisa langsung masuk. Soalnya mereka punya sistem ticketing sendiri. Kamu bisa cek infonya di website resminya ya.
Nggak usah khawatir, harga tiketnya nol rupiah alias gratis. Siapa sih yang nggak suka gratis~ Kami menggunakan Gocar sebagai transportasi menuju museum. Nggak jauh dan cuma bentar langsung sampai. Kami pilih jam 10 atau 11 dan durasi keliling museum cuma dibatesin satu jam setiap sesi.
Selanjutnya, udah keliling-keliling museum. Terkagum-kagum dengan koleksinya, kami kelaparan. Pas banget jam makan siang juga. Akhirnya memutuskan untuk makan di warung sate Pak Manto. Saat itu, kami memilih menu tongseng dan sate. Lokasi warung sate dan museum cukup dekat, kami jalan kaki. Nggak sampai lima menit sampai :)
Seporsi sate atau tongseng dihargai Rp 50ribu. Lokasinya cukup ramai dan luas. Cocoklah buat makan keluarga. Soal rasa enak dan kenyang. Saat makan, kami juga lagi pesan tiket kereta pulang. Sungguh nggak prepare mau pulang jam berapa. Hahahaha.. Tapi akhirnya dapet tiket jam akhir, sekitar jam 19-an dari Stasiun Solo Balapan. Yaudahlah ya, berarti kami masih ada waktu sampai magrib buat jalan-jalan.
Udah kenyang, lanjut ke lokasi selanjutnya. Kami menuju Tjolomadoe. Lokasinya dari Tumurum lumayan jauh, kami naik Gocar lagi buat ke sana.
Kalau tiket museum gratis, tiket masuk Tjolomadoe cukup terjangkau. Hanya merogoh kocek Rp 35ribu, satu orang bisa masuk dan dapet snack dan minum. Tjolomadoe ini bekas pabrik gula, gedungnya terlihat khas gedung lama. Maaf ya fotonya nggak bisa detail karena fotonya kebanyakan di hape lama (dan nggak sempat kesimpan TT).
Kami cukup lama berkeliling di Tjolomadoe, mulai dari bagian dalam sampai ke luar gedung. Semuanya bagus buat foto-foto ataupun nambah info soal pabrik gula. Soal foto bagian luar, coba scroll ke atas ya! (apasih vin).
Lanjut nih, udah masuk waktu sore. Trus kepikiran mau ke mana lagi ya? Pulang dari Tjolomadoe akhirnya mampir ke The Heritage Palace (ini nggak ada di list karena emang nggak mau ke sana--aku sih). Tapi akhirnya malah ke sana karena nggak tahu mau ke mana~
Buat kamu yang suka selfie dan foto, sepertinya lokasi ini cocok. Buat masuk ke halaman tulisan The Heritage Palace harganya aku lupa. Nah lokasi ini dibagi ke dalam beberapa bagian, indoor dan outdoor. Kami cuma penasaran dan beli tiket outdoor doang. Buat info tiketnya, kepoin media sosialnya ya.
Hari makin sore pada akhirnya kami memutuskan ke Mie Ramen hits di Solo yang viral. Penjualnya orang Jepang asli katanya. Yaudah kami ke lokasi dan ternyata sedikit apes. Takoyakinya udah habis. Sisa ramen dan gyoza. Saran kalau mau jajan ke sana, mending pas jam buka awal-awal. Jangan sore-sore, pasti udah banyak yang habis.
Aku lupa jenis ramen apa -_- maaf ya, tapi gugling kalian pasti Soal harga affordable banget. Kalau bicara rasa, emang enak dan bikin kenyang. Sekitar jam magrib, kami balik ke stasiun. Lokasinya agak jauh di pinggiran Solo. Sementara waktu agak mepet buat menuju ke stasiun. HAHAHA AGAK PANIK TAPI CHILL.
Pada akhirnya nggak terlambat sampai stasiun dan kami berhasil sampai Jogja dengan selamat. Perjalanan pulang ditemani hujan dan ngantuk karena kelelahan sepertinya.
Terima kasih buat jalan-jalan serunya! Semoga bisa jalan-jalan lagi setelah corona ya!
See you :)
Eniwei, selamat puasa ya kalian! Semoga Ramadan kali ini penuh keberkahan meskipun di rumah aja. Beberapa waktu lalu, aku sempat menuliskan sesuatu soal kegelisahanku tentang corona yang mewabah di dunia Akan tetapi berakhir pada nggak usah diposting dah.
Oiya hari ini lebih dari sebulan, aku work from home atau WFH. Kebijakan kantor awalnya dinanti-nanti karena you know what-lah, corona bikin panik dan gelisah. Sementara aku masih ke mana-mana. Alhasil pas dapat kesempatan buat WFH sedikit kalem.
Kali ini nggak mau bahas detail WFH ya. Aku kali ini bakalan membagikan pengalaman seru di awal tahun 2020. Kalau dihitung-hitung, udah lima bulan lho~ Nggak ada kata terlambat ya!
Foto pakai Instax di Tjolomadoe. |
Sebelumnya, aku pernah menuliskan perjalanan ke Solo di Instagram Story. Kamu bisa lihat di Instagramku @vindiasari. Aku udah bikin highlight soal jalan-jalan ke Solo. Cuma postingan kali ini dibuat sedikit effort biar meninggalkan jejak. Soalnya liburan terakhir udah ditulis, masak yang ini kagak.
Sekitar pertengahan bulan Januari 2020. Ada yang ngide, nanyain libur hari apa? Main yuk! Intinya begitu. Berhubung libur weekend dan katanya kalau libur weekend (tandanya diajakin ke luar kota)
Dari ngobrolin mau ke mana dan tak tahu arah. Akhirnya tercetus ke Solo. Kenapa Solo? Karena doi (yang ngajak) penasaran sama Tjolomadoe. Dia bercerita kalau kapan tahun, dia ditinggal keluarganya main-main ke Solo.
Akhirnya dia mengajak main ke Solo. Dari situ, aku jadi teringat ada museum baru di Solo. Akhirnya kepo-kepo singkat, kami pun merencanakan ke Museum Tumurun. Dua lokasi itu adalah tujuan awal. Sisanya, kami diskusi dan kalau ada waktu mampir.
Spoiler, kami ke Solo cuma sehari ya. Dari pagi sampai malam (literally-- karena kami ngikut jadwal kereta prameks). Kami memilih naik kereta karena si doi nggak mau capek karena malem sebelumnya baru sampai di Jogja. Ya aku mah mau-mau aja, dah lama nggak naik kereta. Lol
Situasi stasiun sebelum kereta tiba. |
Kami berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta menuju ke Stasiun Purwosari. Selanjutnya, kami menuju ke lokasi pertama, yaitu Museum Tumurun. Sebelum ke Tumurun, kami sudah booking tiket. Nggak sembarangan pengunjung yang dateng bisa langsung masuk. Soalnya mereka punya sistem ticketing sendiri. Kamu bisa cek infonya di website resminya ya.
Nggak usah khawatir, harga tiketnya nol rupiah alias gratis. Siapa sih yang nggak suka gratis~ Kami menggunakan Gocar sebagai transportasi menuju museum. Nggak jauh dan cuma bentar langsung sampai. Kami pilih jam 10 atau 11 dan durasi keliling museum cuma dibatesin satu jam setiap sesi.
Penampakan dalam Museum Tumurun. |
Selanjutnya, udah keliling-keliling museum. Terkagum-kagum dengan koleksinya, kami kelaparan. Pas banget jam makan siang juga. Akhirnya memutuskan untuk makan di warung sate Pak Manto. Saat itu, kami memilih menu tongseng dan sate. Lokasi warung sate dan museum cukup dekat, kami jalan kaki. Nggak sampai lima menit sampai :)
Dua makanan menggoda lidah~ |
Seporsi sate atau tongseng dihargai Rp 50ribu. Lokasinya cukup ramai dan luas. Cocoklah buat makan keluarga. Soal rasa enak dan kenyang. Saat makan, kami juga lagi pesan tiket kereta pulang. Sungguh nggak prepare mau pulang jam berapa. Hahahaha.. Tapi akhirnya dapet tiket jam akhir, sekitar jam 19-an dari Stasiun Solo Balapan. Yaudahlah ya, berarti kami masih ada waktu sampai magrib buat jalan-jalan.
Udah kenyang, lanjut ke lokasi selanjutnya. Kami menuju Tjolomadoe. Lokasinya dari Tumurum lumayan jauh, kami naik Gocar lagi buat ke sana.
Penampakan tiket. |
Kalau tiket museum gratis, tiket masuk Tjolomadoe cukup terjangkau. Hanya merogoh kocek Rp 35ribu, satu orang bisa masuk dan dapet snack dan minum. Tjolomadoe ini bekas pabrik gula, gedungnya terlihat khas gedung lama. Maaf ya fotonya nggak bisa detail karena fotonya kebanyakan di hape lama (dan nggak sempat kesimpan TT).
Penampakan bagian dalam museum. |
Kami cukup lama berkeliling di Tjolomadoe, mulai dari bagian dalam sampai ke luar gedung. Semuanya bagus buat foto-foto ataupun nambah info soal pabrik gula. Soal foto bagian luar, coba scroll ke atas ya! (apasih vin).
Tampak dalam yang dihargai tiket masuk.. |
Lanjut nih, udah masuk waktu sore. Trus kepikiran mau ke mana lagi ya? Pulang dari Tjolomadoe akhirnya mampir ke The Heritage Palace (ini nggak ada di list karena emang nggak mau ke sana--aku sih). Tapi akhirnya malah ke sana karena nggak tahu mau ke mana~
Buat kamu yang suka selfie dan foto, sepertinya lokasi ini cocok. Buat masuk ke halaman tulisan The Heritage Palace harganya aku lupa. Nah lokasi ini dibagi ke dalam beberapa bagian, indoor dan outdoor. Kami cuma penasaran dan beli tiket outdoor doang. Buat info tiketnya, kepoin media sosialnya ya.
Hari makin sore pada akhirnya kami memutuskan ke Mie Ramen hits di Solo yang viral. Penjualnya orang Jepang asli katanya. Yaudah kami ke lokasi dan ternyata sedikit apes. Takoyakinya udah habis. Sisa ramen dan gyoza. Saran kalau mau jajan ke sana, mending pas jam buka awal-awal. Jangan sore-sore, pasti udah banyak yang habis.
Nggak punya foto proper pas makan ramen. Cuma ini doang yang ada di galeriku. |
Aku lupa jenis ramen apa -_- maaf ya, tapi gugling kalian pasti Soal harga affordable banget. Kalau bicara rasa, emang enak dan bikin kenyang. Sekitar jam magrib, kami balik ke stasiun. Lokasinya agak jauh di pinggiran Solo. Sementara waktu agak mepet buat menuju ke stasiun. HAHAHA AGAK PANIK TAPI CHILL.
Lempuyangan pas di ruang tunggu. |
Pada akhirnya nggak terlambat sampai stasiun dan kami berhasil sampai Jogja dengan selamat. Perjalanan pulang ditemani hujan dan ngantuk karena kelelahan sepertinya.
Terima kasih buat jalan-jalan serunya! Semoga bisa jalan-jalan lagi setelah corona ya!
See you :)
Kalau kalian penasaran dengan Rumah Atsiri, langsung aja ke bagian 'Dimulailah perjalanan menuju Tawangmangu'. Namun jika kamu pengen tahu soal latar belakang kenapa kita ke Rumah Atsiri, baca dari awal. (Nggak penting sih, cuma pengen cerita aja~) Biasa anaknya suka curhaaaaaaat.
foto: Mengakhiri keliling Rumah Atsiri di Green house/ kamera delapan kilogram Inur. |
Suatu pagi, temanku menyapa lewat imessages. Ia mengirimkan beberapa link Instagram berisi spot museum, yaitu Rumah Atsiri.
"Pernah liputan di sini?" tanyanya.
Tanpa membuka link, aku tahu lokasi museum yang dimaksud.
"Kamu nggak inget apa, kita pernah bahas Rumah Atsiri?"
Jadi ceritanya, bulan Januari lalu, kami jalan-jalan ke Solo. Dalam sebuah perjalanan tersebut, kami pernah membahas lokasi-lokasi wisata lain yang menarik. Salah satunya, Rumah Atsiri. Sayangnya, si anak nggak ngeh alias lupa kalau pernah bahas itu.
Singkat cerita temanku mendapat link tersebut dari temannya. Mereka berencana untuk liburan ke Tawangmangu, salah satu destinasi tujuannya adalah Rumah Atsiri. Berhubung emang udah kepikiran dan pengen ke sana dari tahun 2018, langsung aja bilang.
"Kalau mau ke sana, hayukk kita ajak temanku juga."
Berhubung, cuma ngikut. Jadinya ya nunggu konfirmasi sama tanggal aja kan. Lagian jadwal kerja juga nggak tahu cocok apa nggak. Tiba-tiba jelang akhir Februari, temanku mengirimkan pesan dan menginformasikan tanggal 7 atau 8 yuk ke Tawangmangu.
Kemudian tiba-tiba, jelang dua hari menuju hari H. Temanku mengabarkan, "Vin kemungkinan kayaknya aku nggak pulang 75 persen."
Pas denger langsung mikir, oh yaudah. Ya mau gimana lagi? Kan itu kejadian di luar kendali kita. Udah stoic belum?
Langsung ngabarin temen lain kalau kemungkinan besar nggak jadi. Yaudah, mari kita menyusun agenda weekend di Jogja saja.
Nggak tahunya, dikabarin lagi jelang sehari.
"Aku jadi pulang ya tapi belum beli tiket."
Lalu jam demi jam berlalu, jam dinding menunjukkan pukul 22.00 WIB. Temanku baru memulai perjalanan ke Jogja~ Buseeeet malam sekali -_- Dipikir-pikir, pasti capek, ngantuk, kenapa si maksain? Heran?
Mari kepo-kepo dikit lewat Instagram Stories! Pemanasan dulu ya!
Screenshot Instagram Stories @vindiasari. |
Akhir Desember 2019 lalu, aku mendapat kesempatan main-main sebentar ke Magelang. Tentunya ada yang ngajakin ya, nggak mungkin ngide sendiri ke Magelang wkwkw
Singkat cerita, aku dan teman-teman ada agenda menghadiri pernikahan Ayu Widyaningrum atau biasa kami sapa Ayuwe atau Yuwe. Lokasi pernikahan di Yogyakarta, tapi kok ujungnya bisa ke Magelang? Adalah ajakan teman yang ingin menyantap mangut di Muntilan, lalu mengajak kami-kami yang berminat ikut. Apalagi, teman kami ada yang akan pulang ke Magelang. Jadinya sekalian angkut gitu~ Diajakin main ya ayo aja! Haus liburan, maaf.
Ceritanya hampir nggak jadi ikut karena hujan tapi akhirnya teman-temanku berbaik hati menjemput di rumah. Akhirnya aku ikuuuut ke Magelang. Rencana ke sana ngapain aja? Nggak tahu, ngikut aja aku mah.
Destinasi pertama adalah menyicipi warung makan Mangut Lele Purnama. Atas rekomendasi Inur, kami mencicipi mangut lele. Lokasinya agak masuk dari Jalan Magelang tapi cukup ramai pengunjung. Eh ternyata tempat makan ini sering dikunjungi mamaku saat muda. Lol!
Makanan cukup enak, harga seporsi Rp 25ribu (mangut lele dan nasi), tanpa nasi sekitar Rp 20ribu. Minuman ada bermacam-macam bisa milih~ Lanjut nih setelah kenyang makan, kami menuju ke Borobudur (lewat doang) karena kami menuju ke Balkondes~
Balkondes adalah semacam balai desa yang bentuknya taman joglo (cmiiw). Ya kalian bisa googling aja ya. Oiya, Kami di sini berangkat berlima, ada aku, Mbak Desinta dan kekasihnya, Hasa yang juga nyetirin kami. Ratih yang habis kondangan trus mau balik. Lalu Inur yang ngide ke Magelang.
Kami berlima menikmati perjalanan singkat ke Balkondes, ada banyak lokasi. Namun Balkondes yang kami pilih adalah Balkondes Ngadirejo. Cuaca cukup mendukung, sejuk, asri, menyegarkan. Escape bangetlah jalan-jalan ke sini.
Sayangnya, bangunan utama Balkondes Ngadirejo ditutup karena ambruk kena hujan angin. Akhirnya kami cuma foto-foto, keliling, dan jalan-jalan. Beberapa foto bisa disaksikan di Twitter Mbak Des. Mereka sempat menjalani sesi pemotretan ala-ala prewedding, mari kita doakan semoga mereka menemukan kebahagiaan bersama. Aamiiiiiin.
Terlalu insecure untuk posting di ig dan terlalu manis untuk disimpen sendirian. Bukan prewed, iseng aja kemarin pas main sama temen-temen ke balkondes magelang, terus bagus, terus ada kameranya vindi, terus ada fotografer aka si inur, terus ada ratih yg ngetawain kami terus wkwk pic.twitter.com/EMCM7QMMFL
— Desinta Wahyu (@desintawk) January 1, 2020
Terima kasih santai sore dan jalan-jalan yang menyenangkan meskipun sebentaaaaaaar.
Akhir tahun 2019 jadi terasa penuh kejutan. Entah mengapa Tuhan memberikan sebagian jawaban dari usaha dan doa di akhir tahun. Padahal kalau dipikir-pikir, jauh sebelum tutup tahun, kerjaannya galau, nangis, kepikiran, overthinking, dan segala pikiran negatif muncul. Rasanya seperti tertampar oleh Tuhan.
Tahun 2019, perjalanan cukup penuh lika-liku. Namun demikian, setelah membaca ulang perjalanan nggak jelek-jelek amat. Mari berbicara soal pencapaian sederhana yang ternyata bisa diraih di tahun 2019. Nggak akan aku sebutkan satu per satu karena pencapaian ini sifatnya pribadi.
Tahun ini banyak rencana yang sudah tercentang. Sisanya masih masuk antrian buat diwujudkan tahun depan. Gara-gara Tuhan memberikan kejutan akhir tahun, rasanya ada semangat dan optimisme dalam menyambut 2020. Makasih ya, Tuhan!
Beberapa hal yang aku pelajari di tahun 2020.
Dalam sebuah percakapan di grup, aku dan teman-teman merefleksikan perjalanan 2019.
Nimbrunglah aku membalas, "sama banget😠aku sebelumnya clueless dan tidak semangat 2020. Tapi kemarin baca2 jurnal harian rasanya nyesss.. ada semangat."
Lalu Bella memberikan kalimat ajaib yang udah seharusnya kami percaya.
2019 jadi tahun baru bagi mereka, aku tahu betul strugglingnya mereka untuk sampai di posisi sekarang. Mereka emang nggak selalu ada, tapi selalu ngasih hal terbaik saat bersama. Terima kasih Bebebku semua. Luv!
Hal-hal yang patut disyukuri selanjutnya adalah aku dikelilingi oleh banyak orang baik dan supportif. Seenggaknya kalau aku lagi down, mereka ada buat mengingatkan.
Bisa jalan-jalan ke beberapa kota dan negara sepanjang 2019 jadi bonus ya. Setelah dipikir-pikir lumayan ya, dari jelajah dua negara hingga menyusuri kota-kota yang belum ku kunjungi sebelumnya. Well, banyak juga momen pertama di 2019. Pertama kali melawan rasa takut ke dokter. Melakukan hal-hal medis sendiri untuk pertama kali dalam hidup.
Januari 2019 ke Januari 2020, perjalanan yang sudah kutulis di journal book sebagai pengingat! Terima kasih untuk semua orang yang bersinggungan denganku. Aku sayang kalian!
Semoga tahun 2020 dipenuhi dengan kejutan baru yang membahagiakan ya! Aamiin!
Photo by Brooke Lark on Unsplash
|
Tahun ini banyak rencana yang sudah tercentang. Sisanya masih masuk antrian buat diwujudkan tahun depan. Gara-gara Tuhan memberikan kejutan akhir tahun, rasanya ada semangat dan optimisme dalam menyambut 2020. Makasih ya, Tuhan!
Beberapa hal yang aku pelajari di tahun 2020.
"Fokus sama diri sendiri adalah kunci. Nggak boleh terlalu bandingin hidup sendiri sama orang lain."
Dalam sebuah percakapan di grup, aku dan teman-teman merefleksikan perjalanan 2019.
"Iyaaa beb.... ga tau kenapa aku kok seneng bangt ya rasanya. Denger pencapaian temenku. Kemrn temen s2 sekarang kamu. Really rasanya jadi semangat aja buat ngejalanin hidup," kata temanku Erma.
Nimbrunglah aku membalas, "sama banget😠aku sebelumnya clueless dan tidak semangat 2020. Tapi kemarin baca2 jurnal harian rasanya nyesss.. ada semangat."
Lalu Bella memberikan kalimat ajaib yang udah seharusnya kami percaya.
"Tetep semangat ya bebeb semua. Emang paling bener fokus sama diri sendiri, jangan bandingin diri sama orang lain. You all did a good job, we did a good job. Jgn lupa apresiasi diri sendiri. Makasih udah jadi supporting system yg baik💙💙💙," kata Bella.
2019 jadi tahun baru bagi mereka, aku tahu betul strugglingnya mereka untuk sampai di posisi sekarang. Mereka emang nggak selalu ada, tapi selalu ngasih hal terbaik saat bersama. Terima kasih Bebebku semua. Luv!
Hal-hal yang patut disyukuri selanjutnya adalah aku dikelilingi oleh banyak orang baik dan supportif. Seenggaknya kalau aku lagi down, mereka ada buat mengingatkan.
foto: mirroring with vindiasari |
foto: mirrroring dari kamera hapeku |
Januari 2019 ke Januari 2020, perjalanan yang sudah kutulis di journal book sebagai pengingat! Terima kasih untuk semua orang yang bersinggungan denganku. Aku sayang kalian!
Semoga tahun 2020 dipenuhi dengan kejutan baru yang membahagiakan ya! Aamiin!
First jobber, sebutan bagi orang yang mulai menggarungi dunia kerja. Tentunya, sudah nggak asing lagi di telinga dengan istilah tersebut. Ada anggapan, first jobber pasti bermasalah dengan cara mengatur keuangan. Eits, sekarang anggapan tersebut nggak related lagi berkat Jenius BTPN.
Sejak awal bekerja, aku mulai tertarik dengan pengelolaan uang. Tentu alasan tersebut dilatar belakangi oleh anggapan pekerja bakalan susah atur uang, susah nabung, dan lain-lain.
Sering mengalami uang masuk, tiba-tiba uang udah habis aja. Pernah? Kamu tidak sendirian! Nggak ingin mengalami pengalaman pahit yang sama setiap bulan, aku mulai mencoba belajar finansial.
Dari manual catat pengeluaran harian yang ternyata sering bolong dan merasa tidak efektif. Dari yang awalnya mendapat penghasilan kecil-kecilan freelance hingga mendapat pekerjaan full time. Tentu perlu siasat untuk mengatur cashflow bulanan agar nggak bocor alus mulu.
Sering mengalami uang masuk, tiba-tiba uang udah habis aja. Pernah? Kamu tidak sendirian! Nggak ingin mengalami pengalaman pahit yang sama setiap bulan, aku mulai mencoba belajar finansial.
Dari manual catat pengeluaran harian yang ternyata sering bolong dan merasa tidak efektif. Dari yang awalnya mendapat penghasilan kecil-kecilan freelance hingga mendapat pekerjaan full time. Tentu perlu siasat untuk mengatur cashflow bulanan agar nggak bocor alus mulu.
Mulai dari baca buku, follow beberapa akun media sosial yang senang berbagi informasi soal investasi dan finansial. Akhirnya aku menemukan aplikasi Jenius dari Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN).
Berkenalan dengan Jenius BTPN!
Perkenalan awal dengan Jenius BTPN dari media sosial. Paling menarik perhatianku adalah penawaran dan fitur-fitur Jenius yang pas banget dengan kebutuhan. Sebelum memutuskan untuk mendaftar, aku cari tahu informasi soal cara mendaftar dan kelebihan Jenius dari teman-teman terdekat dan website.
Mengusung konsep digital banking, Jenius ini cocok banget untuk siapapun yang nggak suka ribet alias praktis dalam bertransaksi sehari-hari. Makin penasaran dengan Jenius, apalagi beberapa teman sudah menggunakan Jenius. Setelah kepo-kepo, ternyata pengguna Jenius ada julukannya lho! Namanya Teman Jenius!
Mengusung konsep digital banking, Jenius ini cocok banget untuk siapapun yang nggak suka ribet alias praktis dalam bertransaksi sehari-hari. Makin penasaran dengan Jenius, apalagi beberapa teman sudah menggunakan Jenius. Setelah kepo-kepo, ternyata pengguna Jenius ada julukannya lho! Namanya Teman Jenius!
Setelah chattingan dengan teman, akhirnya aku daftar Jenius BTPN. Ia membagikan cashtag miliknya dan mengarahkan aku. Ternyata cara daftarnya gampang banget! Terbantu banget buat pekerja kantoran 9 to 5. Nggak perlu ke bank, cukup dengan aplikasi Jenius.
Pertama download aplikasi setelah itu isi data diri dan unggah beberapa file seperti foto, KTP, dan NPWP. Setelah itu, aku mencoba melakukan verifikasi dengan video call dengan petugas. Namun sayangnya, aku beberapa kali gagal. Akhirnya, beberapa hari setelah daftar, aku mendapat telepon dari pihak Jenius BTPN. Petugas menyarankan untuk verifikasi lewat booth di mal.
Kebetulan, mal yang ada booth Jenius dekat. Jadi sekalian jalan-jalan gitu. Nggak butuh waktu lama, verifikasi dengan petugas di booth akhirnya bisa. Akun Jenius sudah aktif! Yeay!
Petugas booth memberikan informasi yang detail soal fitur-fitur Jenius hingga cara menggunakan Aplikasi Jenius. Tak lupa tips and trick supaya nabung makin terasa menyenangkan.
Kebetulan, mal yang ada booth Jenius dekat. Jadi sekalian jalan-jalan gitu. Nggak butuh waktu lama, verifikasi dengan petugas di booth akhirnya bisa. Akun Jenius sudah aktif! Yeay!
Petugas booth memberikan informasi yang detail soal fitur-fitur Jenius hingga cara menggunakan Aplikasi Jenius. Tak lupa tips and trick supaya nabung makin terasa menyenangkan.
Sejak April-Mei, aku mencoba aktif menabung di Jenius. Saat gajian, aku langsung menyisihkan sebagian uang untuk ditabung. Berhubung gaji masuk dari bank sebelah, aku sangat-sangat terbantu dengan layanan 'Monyay'.
Jenius setiap hari Senin memberikan gratis biaya transfer antarbank untuk isi saldo. Bagi pekerja baru, uang administrasi sebesar Rp 6.500 sangat berharga. Sayangggg banget sama Jenius pas tahu biaya transfer bakalan balik ke rekening Jenius.
Nah setelah isi saldo Jenius, uang bakalan masuk ke Active Balance. Aplikasi Jenius nggak ribet, sekalinya masuk langsung muncul Total Balance yang berisi saldo kita. Kita juga bisa mengatur widget fitur-fitur Jenius sesuai kebutuhan. So simple~
Menabung dan mewujudkan mimpi begitu mudah dengan Jenius BTPN.
Bagi aku yang punya banyak keinginan, tentu ingin mewujudkan semuanya. Bantu aamiin-kan yaaaaaa! Dari Active Balance, uang tersebut akan aku masukan ke Flexi Saver atau Dream Saver. Kedua fitur tersebut begitu jadi penyelamat keuangan. Kenapa?
Flexi Saver adalah fitur penyimpanan uang yang ada di Jenius. Gunanya untuk memisahkan sekaligus menyimpan uang agar fokus. Iya, fokus! Biar nggak digunakan untuk jajan atau belanja macam-macam.
Seperti namanya, Flexi Saver dari Jenius ini benar-benar fleksibel. Kita bisa top up ataupun withdraw sesuka hati. Cocok banget buat aku yang sedang menabung untuk dana darurat. Jika ada kebutuhan mendadak, langsung deh withdraw atau cairkan dana darurat. Uang dari Flexi Saver yang dicairkan bakalan masuk ke active balance atau m-Card kita.
Bicara dikit soal m-Card, Jenius BTPN punya fitur x-Card atau sebutan untuk Kartu Debit Jenius tambahan. Kartu Debit Jenius yang utama berwarna oranye, nah x-Card ini ada 3 warna yakni biru, ungu, dan hijau. Gunanya untuk memisahkan beberapa keperluan atau pengeluaran sesuai kartu. Lengkapnya bisa cek website Jenius BTPN. Sejauh ini, aku masih bisa mengatur cashflow dengan satu kartu, tapi ke depan tidak menutup kemungkinan bakalan apply x-Card.
Balik lagi ke Flexi Saver dan Dream Saver. Nah kalau Dream Saver ini cocok untuk aku yang mirip soundtrack Doraemon.
"Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini itu, banyak sekali~~~~"
Aku punya banyak keinginan seperti membeli handphone, sepatu, hingga pergi ke Tanah Suci. Tentu semua itu tidak akan mudah didapatkan, oleh sebab itu aku memasang beberapa keinginan dalam Dream Saver. Dari sekian banyak keinginan, Alhamdulillah! Ada satu yang sudah terpenuhi, yeay! SENENG BANGET! TIDAK MENYANGKA BISA JUGA TERPENUHI NOMINAL BUAT BELI.... Sorry ngegas, saking excited!
Dream saver yang sudah terpenuhi. |
"Simpler life, happier you,” emang cocok banget untuk menggambarkan kehidupanku setelah menggunakan Jenius BTPN.
Sistem Flexi Saver dan Dream Saver ini sama-sama keren. Karena memberikan bunga hingga 5 persen. Angka yang cukup besar jika dibandingkan dengan bank lain. Menariknya lagi, nggak ada biaya administrasi!
Berkonsep digital banking, semua bisa diakses secara digital, termasuk rekening korannya. Aplikasi Jenius menyediakan e-statement yang bisa di-download setiap bulan. Kurang praktis apalagi?
Ada juga mimpiku selanjutnya yang terbantu dengan adanya Jenius, yakni pergi ke Tanah Suci. Pengen banget umrah bareng keluarga ke Tanah Suci, aku akhirnya memulai mimpiku dengan membeli mata uang asing lewat Jenius. Semoga keinginanku bisa terwujud, aamiin!
Sungguh nggak kepikiran buat beli dollar segampang pakai Jenius. Dulu pernah menukar uang dollar atau mata uang asing lain harus ke Money Changer. Sekarang, beli dollar di rumah aja bisa. Nggak perlu bayar parkir dan keluar uang bensin.
CoCreate, komunitas Jenius BTPN dengan segala ilmu dan keseruan!
Sebelumnya, aku mengikuti kelas Community Gathering bertajuk Financial Planning 101. Acara tersebut diadakan Jenius Cocreate Jogja. Dengan pembicara Mbak Achie Mahfudloh, aku menemukan pengetahuan baru soal investasi dan perencanaan keuangan.
Beruntung, aku bisa ikutan kelas Mbak Achie karena tergabung dalam CoCreate Jenius.
CoCreate adalah komunitas pengguna Jenius dari seluruh Indonesia. Pengguna Jenius punya wadah untuk berbagi informasi soal keuangan ataupun lifestyle hingga promo. Ada banyak pengguna yang rajin membagikan info seru, termasuk acara Financial Planning yang aku ikuti.
Ikut kelas yang diadakan Cocreate Jenius soal Financial Planning 101+ di Jogja. |
Dalam salah satu sesi, Mbak Achie bercerita jika dirinya memiliki keinginan untuk umrah. Dari situ, beliau memulai rencana keuangan dengan menabung dollar. Lagi-lagi, Jenius ini memudahkan rencana keuangan. Cukup dengan aplikasi Jenius, aku bisa membeli mata uang dollar dan lainnya selama Senin-Jumat. One step closer!
Mbak Achie memaparkan materi.. |
Dari pertemuan yang difasilitasi CoCreate Jenius BTPN, aku mendapat pengetahuan baru soal cara mengatur keuangan sekarang dan masa depan. Apalagi hidup di Kota Jogja yang tentunya tantangannya bakalan beda dengan hidup di kota lain. Mulai dikenalkan dengan bagaimana merencanakan keuangan, investasi, mengatur cashflow, dan tentunya mindset!
Kalau tadi soal investasi dan mewujudkan mimpi. Jenius juga nggak lupa untuk bersenang-senang! Jenius punya banyak penawaran menggiurkan untuk bersenang-senang! Salah satunya, adanya reward berupa kuota gratis transfer yang disesuaikan dengan level pengguna. Level sendiri disesuaikan dengan jumlah saldo. Makin banyak nabung, makin banyak gratisannya lho!
Dalam keseharian, kuota gratis ini berguna banget. Apalagi kalau pengen transfer untuk patungan nikahan teman (nyumbang), bayar utang ke rekening teman beda bank, dan lain-lain. Makin-makin jatuh cinta sama Jenius. Luv! Aku nggak perlu mikir panjang, kalau teman menyodorkan nomor rekening beda bank. Pakai Jenius GRATIS!
Nah, kalau punya teman sesama #temanjenius, udah pasti nggak perlu minta nomor rekening. Cukup kasih cashtag ($) lalu transfer. Semudah itu, guys!
Satu lagi, aku ingin berterima kasih kepada Jenius! Sebagai sobat nonton hemat, aku menyambut dengan tangan terbuka promo nonton buy one get one! Aku udah nyoba beberapa kali dan selalu berhasil! Sering-sering ya bagi-bagi promo nonton gratis! Apalagi fitur kartu Debit Jenius yang udah contactless. Sangat memudahkan dan menyenangkan!
Mencoba promo nonton! Luv banget nih Contactless Jenius. |
Terbilang baru menggunakan Jenius BTPN, aku sangat terbantu dengan Jenius. Cukup dengan satu aplikasi, aku sudah bisa mengatur keuanganku. Mulai dari dana darurat, investasi, mewujudkan mimpi-mimpi, hingga bersenang-senang.
Menarik banget, kan? Tunggu apalagi! Daftar Jenius gih! Aku sendiri udah berhasil mengajak beberapa temanku dan 'meracuni' mereka untuk rajin menabung dan berinvestasi! Yuk, segera daftar Jenius untuk memudahkan perencanaan keuanganmu!
Kalau aku bisa, kamu pasti punya peluang yang sama.
Terima kasih, Jenius BTPN!
Aku masih menunggu inovasi-inovasi baru darimu soal keuangan!
Kalau aku bisa, kamu pasti punya peluang yang sama.
Terima kasih, Jenius BTPN!
Aku masih menunggu inovasi-inovasi baru darimu soal keuangan!
foto: unsplash |
Kenal saham pertama kali dari teman kuliah. Ada beberapa teman ngobrol asyik soal saham. Mereka bercerita soal grup di Line yang isinya seputar saham dan bitcoin. Penasaran jadi modal awal buat gabung ke grup. Minta tolong teman untuk masukin ke grup. Masih jadi silent reader karena beneran nggak paham banget sama istilah-istilahnya.
Lebih jauh, sebagai first jobber, aku punya banyak keinginan namun modal yang terbatas. Apalagi income yang nggak besar, aku harus pintar mengolahnya. Dari beli buku soal manajemen finansial sampai praktek langsung, diriku haus akan informasi. Makin tertarik dengan informasi dan manajemen keuangan, lalu jiwa mudaku tersulut. *Teringat cita-cita dulu ingin masuk jurusan ekonomi/manajemen karena ingin mengatur uang*
Berhubung teks yang ada di buku kurang berkaitan dengan realita kehidupan, akhirnya mulai cari info-info di media sosial. Dari situ kenal, Jouska yang kasus viral di media sosial soal gaji habis buat kopi. Pasti kalian udah baca atau sekadar mendengar, kan?
Berasal dari Jouska, aku mulai ikut workshop soal finansial dan investasi. Dulu Jouska pernah mengadakan workshop ke kota-kota tertentu, salah satunya Jogja. Yeay! Nggak pikir panjang, langsung daftar. Dengan harga Rp 250.000, aku dapat pengetahuan banyak soal investasi, manajemen keuangan, produk investasi, hingga ekonomi makro. Pusing sih, tapi seneng!
Baca juga:13 Pelajaran hidup yang diperoleh di tahun 2018.
Pada workshop tersebut, peserta diberi kesempatan untuk mendaftarkan akun sekuritas untuk buka akun untuk jual beli saham. Nggak ingin menyiakan kesempatan, aku ikut daftar. Prosesnya agak lama, karena nggak ke sekuritas langsung. Setelah itu, muncul email soal pendaftaran akun sekuritas dan rekening dana nasabah (RDN) yang digunakan untuk rekening transaksi saham.
Beberapa hari selanjutnya-setelah aktif, aku dapat paket dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Mereka mengirimkan kartu tanda investor. ........................... (lupa namanya apa, tapi warnanya merah). Wew, baru ngeh ternyata ada kartunya ya..
Lanjut dari situ, aku masih nggak ngerti cara beli dan jual saham. Sekadar punya aja dan nggak tahu cara makainya. Lol! Lalu pernah ngobrol dengan temanku, ia bercerita ikut kelas Yuk Nabung Saham yang diadakan oleh TICMI di Jakarta. Sejak saat itu, aku cari tahu apa itu TICMI dan adakah kelas serupa di Yogyakarta?
TICMI itu semacam lembaga atau sekolah pasar modal untuk pelatihan dan sertifikasi. Buat pemula, ada banget kelasnya. Nggak cuma TICMI, lembaga seperti IDX juga rutin mengadakan kelas pengenalan saham setiap bulan. Aku mengikuti kelas yang diadakah oleh IDX Jogja bernama Sekolah Pasar Modal.Tahu itupun dari temanku bernama Inur.
Ikut Sekolah Pasar Modal
Ternyata, harga dan kelas pengenalan saham cukup terjangkau. Cuma dengan uang Rp 100.000, aku sudah bisa ikut kelas Sekolah Pasar Modal. Buat info lengkapnya bisa cek di linknya langsung ya. Uang Rp 100.000 yang dibayarkan, nantinya akan jadi uang di rekening dana nasabah kita. Dah nggak rugi, deh!Buat persyaratan buka rekening, coba cek langsung di web ya! Seingetku, beberapa berkas yang disiapkan adalah fotokopi buku tabungan bagian depan yang ada nama dan nomor rekening, foto kopi KTP, foto kopi NPWP (jika punya), dan materai.
Belajar Analisis Teknikal dan Fundamental
Salah satu materi yang ada di Sekolah Pasar Modal adalah analisis Teknikal dan Fundamental. Jujur, nggak ngerti sama grafik, chart, dan kode-kode dari pergerakan saham. Lagi-lagi, aku penasaran dan nggak mau merasa bego karena nggak paham. Akhirnya, setelah kelas, iseng buka aplikasi sekuritas, buka chart, cari tahu soal inisial-inisial seperti EPS, DER, ROE, yang sampai sekarang masih kebolak-balik.
Lama-lama jadi tahu dan paham. Secara garis besar, analisis teknikal itu melihat pergerakan harga saham dengan beragam alat. Analisis ini digunakan oleh para trader yang setiap hari menjual dan membeli saham. Beda dengan investor, mereka lebih suka menggunakan analisis fundamental. Nah analisis fundamental ini menggunakan beberapa indikator yang aku sebutkan sebelumnya, seperti EPS, DER, ROE, dan lain-lain.
Berhubung aku anak bawang, aku juga membekali informasi lewat grup-grup WhatsApp, Telegram, beli buku, dan diskusi bareng teman yang udah lebih dulu terjun di saham. Temanku dengan sabar mengajari, alat apa yang digunakan untuk analisis teknikal. Istilah-istilah asing, cara beli dan jual saham, dan lain-lain. Thanks to Janu!
Praktik Langsung
Tentu sebagai anak bawang, nggak bisa dilepas sendiri. Kebanyakan tanya sama teman sampai lihat tutorial di YouTube. Pokoknya, jangan malu bertanya ya!
Setelah mulai tahu siklus dan cara kerja saham, senang sekali melihat portfolio (saham yang kita miliki) berwarna hijau. Dari situ, jadi kegirangan buat beli lagi, lagi, dan lagi. Kecanduan~
Cuma, sebagai seorang investor pemula. Kita juga nggak boleh lupa soal risiko. Saham dikenal sebagai investasi jangka panjang yang punya risiko besar dibanding jenis investasi lain. Oleh sebab itu, jangan sedih kalau sahammu sedang merah alias cut loss. Paling buruk, pengalamanku setahunan belajar adalah cut loss di atas 29 persen. Itu pun saham gorengan yang ku beli dengan jumlah lot sedikit. Jadi ku santayyy aja, nggak sedih-sedih amat.
Belajar Saham Membuka Cakrawala
Sejujurnya, saham itu nggak cuma belajar saham doang. Kamu bakal belajar manajemen keuangan, ekonomi makro, kebijakan negara, hubungan internasional antarnegara, dan mantengin berita.
Baca juga: Ngobrolin gaji, nabung, dan kebiasaan sebulan versi cewek dan cowok
Seru dan menyenangkan. Apalagi sekarang, terbuka luas buat cari tahu soal cara berinvestasi saham. Setiap daerah ada komunitasnya yang bisa diikuti. Kalau nggak sempet atau nggak punya waktu, bisa dengerin podcast, buka YouTube, dan lain-lain.
Stigma Saham
Aku juga ingin berbagi cerita soal pengalamanku berinvestasi saham. Jujur, nggak selalu manis seperti kampanye dan kisah sukses yang ada di buku-buku. Selain pernah cut loss gede, aku pernah mendapat stereotip bahwa saham itu riba. Saham itu ketinggian buat cewek. Cewek itu harusnya, nggak belajar saham. :"))))))))) Oh dear, sedih dengarnya. Pengen adu argumen tapi bodo amat deh. Dari awal kita emang beda!
Padahal dalam benak, waktu awal-awal belajar saham. YA ALLAH, KENAPA W BARU BELAJAR SEKARANG YA! TELAT HUHUHU. COBA DARI DULU!
Setelah ngegas sedih, lalu menenangkan dengan kata-kata.
"NGGAK ADA KATA TERLAMBAT BUAT BELAJAR!!!!!!!!!!!!!!11!!"
Jangan takut sama saham, saham itu bisa dipelajari. Ada ilmunya, kalau takut itu riba, monggo baca-baca lagi dan yakinkan dirimu. Ada banyak saham yang masuk kategori Syariah kok! So why did you worry?
Kalau mau belajar, diskusi, atau sharing. Aku membuka kesempatan dengan luas!
Beberapa waktu lalu, tepatnya akhir Juni dan awal Juli, aku mendapat kesempatan naik kereta lagi. Dalam rangka berkunjung ke rumah teman atas inisiasi teman, rencana sudah disusun pada bulan Ramadan. Jadi kira-kira estimasinya bulan Juli dan ditetapkan pada akhir Juni dan awal Juli.
Kata pertama yang terlintas dari Jombang adalah Rian Jombang. Sosok fenomenal yang kira-kira tahun 2000-an jadi sorotan media di Indonesia. Hmmm, maafkan aku yang kurang informasi. Padahal Jombang memiliki sosok ikonik yang sepertinya orang-orang pasti menyebut sosoknya saat mendengar kata Jombang.
Merencanakan berempat untuk bisa berkunjung bersama-sama, namun akhirnya yang berangkat cuma berdua. Well, tetap bersemangat kok karena kita sama-sama belum pernah ke Jombang. First timer banget lah.
Dari Yogyakarta menuju Jombang menggunakan kereta api (lupa namanya) karena semua tiket dipesankan. Semua pengalaman selama di Jombang telah aku bagikan dalam thread.
Kemarin dapat kesempatan berkunjung ke Kota Santri alias Jombang. Nggak pernah kebayang bakalan mampir ke Jombang di tahun ini. Aku menemukan cerita dan pengalaman baru dari sisi unik Kota Jombang.— vindiasari (@vindiasari) July 1, 2019
Ada banyak pengalaman baru dan kisah menarik yang membuka mataku, termasuk mengenal sedikit tentang pondok pesantren.
Terima kasih untuk jalan-jalan kilat yang menyenangkan.
Punya rencana ingin memiliki kaktus dari tahun lalu tapi eksekusi nol besar. Padahal sudah follow akun jualan kaktus, udah nanya harga, DM lokasi, dan seniat itu kepo tentang cara merawat kaktus atau sukulen. Akan tetapi, masih belum tergerak untuk beli beneran.
Setelah wacana dan cuma ingin-ingin-ingin, akhirnya bulan April kemarin beli juga! Yeay!Ini gara-gara teman kantor posting di WhatsApp, akhirnya malah tertarik beli beneran. Setelah nego harga dan milih belasan kaktus dan sukulen, akhirnya terpilihlah dua kaktus imut karena ukurannya yang mini.
Dua kaktus ini aku beri nama Utul. Say hello to Utul, guys!
Nggak spesifik Utul itu yang mana. Dua-duanya Utul. Kenapa namanya Utul? Nggak tahu, bagiku itu lucu aja. Ada orang yang mengira Utul singkatan Ujian Tulis, tapi asli bukan itu. Aku random banget kasih namanya.
Udah sekitar berminggu-minggu, Utul di rumah. Setiap bangun pagi, aku menyempatkan diri nengok Utul di lantai atas rumah. Wow, selalu happy melihat pertumbuhan mereka. Secara nggak langsung bikin mood jadi happy. Sehat-sehat yaaaaaaaa...
Utul kaktus sekarang sedang tumbuh bunga dan duri baru, lho. Doain bisa mekar sempurna ya. Karena bunga sebelumnya kering dan layu. Meskipun ditengokin tiap hari, aku jarang nyiramin. Karena kaktus tumbuhan yang nggak butuh banyak air. Mereka lebih senang berada di lokasi yang panas dan terik. Well, hobi aku mindahin ke sun spot langsung.
Aku jadi merindukan tanaman lombok yang belum berbuah udah mati. Huhuhuhu :(
Kembali merangkai harapan lewat target dan resolusi di awal tahun 2018. Tahu-tahu, sudah hampir menuju akhir tahun. Bulan Desember datang juga.
Apa kabar resolusi dan target 2018?
Harus diakui, tahun 2018 tidaklah mudah. Tapi bukan berarti sulit.
Aku kembali menulis resolusi dan target baru di tahun 2018. Tapi siapa sangka, dari awal aku sudah mendapat kerikil-kerikil manja. 'Unfinished bussiness' jadi pembuka tahun 2018. Namun jangan salah, aku menganggap kejadian tersebut jadi pelajaran hidup.
Bicara soal pelajaran hidup, puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tahun 2018 terlewati dengan stabil cenderung manusiawi. Mengapa? Karena aku manusia yang dianugerahi emosi yang beragam. Sepanjang tahun, aku melewati momen haru, sedih, hingga bahagia tak terkira.
Awal tahun, salah satu resolusiku adalah rajin menulis di blog. Minimal satu tulisan harus ada di blogspot. Tahukah kamu? Keinginan tersebut KPI-nya 83 persen. KPI-banget nih ya. Al-ham-du-lillah~
Coba lihat 'archive' blog-ku yang berisi rekapan postingan dari Januari hingga Desember. Ada satu bulan yang terlewati, yaitu Maret. Semoga tahun depan lebih rajin nulis lagi-dan tentunya yang berfaedah ya. Aamiin.
Kadang aku merasa 2018 berjalan seperti tahun sebelumnya. Tidak ada yang spesial dan cukup signifikan dari keseharian dan kehidupan. Eits tunggu dulu! Jangan cepat menyimpulkan, Vin!
Setelah direnungkan sembari me-refresh ingatan, ternyata ada banyak hal yang harus aku syukuri. Tentunya, jadi pelajaran hidup yang bisa masuk poin plus di tahun 2018.
1. Lebih melek finansial.
Aku ingat keinginanku dulu untuk menjadi orang yang mengatur rencana finansial orang. Sekarang, bukan dengan profesi tersebut tapi aku mulai menjadi pengatur finansial untuk diriku sendiri. Dimulai dari mengatur keuangan hingga punya teman diskusi yang nyambung soal keuangan.
Sejak kenal buku 'Kece Tanpa Kere' lalu akun media sosial Jouska dan QM Financial, aku semakin tertarik mendalami ilmu finansial. Aku mulai rajin menabung dengan beragam bentuk, mulai dari nabung biasa, nabung berjangka, nabung emas, hingga nabung saham.
Well, aku mengikuti kelas finansial pertama kali dengan Jouska. Dulu sekitar bulan Februari atau Maret, Jouska membuka kelas di Jogja. Tanpa pikir panjang, aku langsung daftar. Dari situ, aku mulai mengenal saham dan model investasi lainnya.
Pulang dari kelas, aku mendaftar akun RDI untuk saham. Setelah punya akun, aku nggak langsung terjun di saham. Akun RDI milikku hanya sekadar punya aja hingga dibiarkan dalam beberapa bulan.
Sampai akhirnya, aku kembali mengotak-atik kepemilikan RDI karena pemerintah mengeluarkan SBR004. Semacam surat berharga yang dikeluarkan oleh negara. Produk tersebut kerap jadi portfolio investasi orang-orang. Mulailah kepo-kepo sana-sini.
Untuk bisa membeli SBR004, orang harus memiliki akun atau rekening RDI. Oleh sebab itu, aku mulai mengotak-atik kartu RDI-ku. Nggak sempat beli seri tersebut, aku mulai berinvestasi dengan seri selanjutnya yakni ORI015 dan ST002.
2. Mulai main saham.
Selain belajar investasi, aku mulai belajar bermain saham. Sebelum memutuskan buat investasi, saham adalah hal yang jauh dari jangkauan. Itu apasih tabel gerak-gerak warna hijau-merah. Nggak ngerti sama sekali tentang main saham.
Orang bilang nabung saham beda dengan trading atau forex atau penyebutan lainnya. Awalnya dengar cerita buruk tentang saham yang justru bikin rugi. Tapi akhirnya tertarik main saham karena teman-teman kuliah udah beli saham. Ketinggalan banget yaaa, dipikirku kala itu.
Dari mulai tanya-tanya ke teman akhirnya memantapkan diri untuk ikut kelas 'Yuk Nabung Saham' di IDX Yogyakarta. Dari situ mulai ngerti bagaimana skema beli dan kerja saham. Makin penasaran dengan saham, aku mulai beli buku, follow akun tentang saham, sampai download aplikasinya.
Modal Rp 100.000, aku baru berani membeli saham pada bulan Desember, lho. Setelah menyerap ilmu sedikit demi sedikit, akhirnya beli di tanggal 11 Desember 2018. *Semua orang wajib tahu, aku beli di tanggal segitu*
Saham yang aku beli pertama kali adalah Bank Permata. Alasannya, murah. Aku beli dua lot sekaligus. Wqwq. Lot sendiri satuan untuk membeli saham. Satu lot berisi 100 lembar saham. Kebayang dong, akika pemilik perusahaan yang sahamnya ku beli :)
3. Mengenal emas batangan.
Tahun ini jadi pelajaran baru di dunia perhiasan. Aku baru tahu emas batangan seberat lima gram tidaklah sebesar yang dibayangkan. Jangan kalian harap, emas lima gram mirip emas di tipi-tipi atau baliho. Emas seberat lima gram sangatlah tipis dan kecil. Kaget pas tahu emas ternyata sekecil itu. *Lihat pas di toko emas.
Tahun 2018, aku mulai masuk ke dunia emas karena hasutan mama. Nggak cuma itu sih, aku juga penasaran dengan dunia emas. Pasalnya, aku punya teman yang merekomendasikan emas untuk bekal masa depan.
"Pacarku kalau punya uang lebih kadang aku sarankan buat beli emas. Apalagi dia cewek," pendapat temanku.
Karena penasaran, aku ikut mengantar mamaku ke toko emas--buat nanya dan lihat emas kek mana.
4. Paham dunia perkambingan.
Tahun ini jadi tahun pertama mengenal dunia kambing. Harga dan berat ideal kambing pun mulai dipahami. Apalagi kemarin Idul Adha banyak bersliweran leaflet penjualan kambing dan sapi untuk hewan kurban.
5. Masang tabung gas tanpa berbau.
Sebuah life achievement, akhirnya aku berani dan bisa memasang tabung gas untuk kompor rumah. Tentu keberhasilan ini didukung oleh rasa kepepet yakni saat papa sedang sakit dan hanya aku seorang di rumah.
Pengalaman makin berkesan adalah aku kesulitan cari tabung gas di malam hari. Udah keliling mencari, menghampiri toko kelontong satu ke toko lain di malam hari. Akhirnya tak menemukan.
6. Belajar dunia skincare dan makeup.
Ini adalah sebuah pencitraan diri. Makin ke sini, aku semakin tertarik dengan dunia kecantikan. Setelah bodo amat sama kulit menahun, akhirnya sadar kalau masalah kulit tak akan hilang dengan basuhan air biasa. Aku mulai kenal sunscreen, toner, 10 step Korean skincare, mosturizer, dan lain-lain. TELAT? BIARIN!
7. Rajin baca buku.
Sejak awal tahun 2018, aku menargetkan membaca 25 buku. Alhasil aku hanya berhasil membaca sekitar 15-an buku. Tapi beli bukunya lebih dari 15 buah. Tentu, aku lebih suka beli buku daripada baca. Apalagi diskon dan potongan gede-gede-an.
8. Mengenal podcast.
Sejak langganan spotify, aktivitasku lebih menyenangkan karena ditemani lagu-lagu. Ternyata spotify punya fitur menarik bernama podcast. Wow, aku ke mana saja baru tahu podcast. Sejak menemukan podcast, aku hobi banget share ke teman-teman. Meracuni satu persatu podcast seru. Sampai-sampai aku bikin highlight podcast rekomendasi di Instagram.
9. Liburan dalam negeri dan luar negeri.
Pelajaran hidup baru yang dialami tahun 2018 adalah bisa liburan ke luar negeri. Nggak menyangka bakalan secepat itu bisa ke luar negeri. Angan-angan ke luar negeri dan nge-cap passport akhirnya diijabah oleh Tuhan.
Nggak cuma luar negeri, beberapa kota jadi destinasi wisata dalam tahun 2018. Nikahan ke Purworejo, outing ke Magelang, liburan ke kota sekitar Yogyakarta, liburan ke Bandung, mampir ke Jakarta naik kereta. Akhirnya, naik pesawat dan kereta juga tahun ini.
10. Belajar dunia digital dan parenting.
Mungkin ini bisa jadi pertimbangan mas-mas di luar sana. Aku sangat tertarik dengan dunia parenting dan psikologi. Aku senang mengobrol soal dunia digital dan parenting. Entah saat ini cuma senang dengan ilmu-ilmu mengasuh anak. Padahal belum punya anak~ ya gimana, aku senang belajarnya...
11. Kesehatan.
Aku tak tahu beberapa bulan merasa senang berkeringat. Aku rajin olahraga, download video senam atau workout sampai beli matras yoga. Selain itu, aku mengurangi makan mie instan dengan tekad sebulan sekali~ Eng ing eng, hanya saja beberapa bulan dalam setahun aku cheating.
12. Mengolah stres.
Tolong diingat, aku beberapa kali merasa sedih karena harapan tak sesuai dengan kenyataan. Tapi beberapa kali dibuat bahagia dengan kehadiran sosok yang ternyata bisa jadi moodbooster sepanjang tahun 2018.
Tahun 2018, Spotify merekam lagu galau, sedih, hingga mendayu bernada relaksasi. Mungkin kamu sedang butuh lagu penenang, aku buatkan playlistnya untuk kalian semua.
13. Pelajaran hidup untuk selalu jadi orang baik.
Kelahiran dan kematian mengiringi tahun 2018. Perceraian hingga pernikahan ikut terangkai melengkapi perjalanan hidup di tahun 2018. Jodoh, rezeki, maut, semua adalah kuasa Sang Pencipta. Lantas mengapa masih suka berbuat onar dan bertindak seenaknya. Cuma amal baik yang bakal mengantar kita pada tempat baik. Oleh sebab itu, buat apa berbuat jahat kalau baik saja bisa berguna untuk orang lain. Kenapa harus nyusahin orang kalau bisa bantu orang hehe...
Ternyata banyak hal yang bisa dipelajari dan disyukuri di tahun 2018. Beberapa hampir sampai pada tanda ceklist untuk resolusi 2018. Namun akhirnya, tanda tersebut harus disimpan dulu. Beberapa bagian belum lengkap dan mantap untuk dicentang. Mari coba lagi tahun depan.
Tak lupa menambah resolusi dan target baru. Semoga-semoga-semoga resolusi tahun 2018 bisa terwujud lebih gemilang di tahun depan. Aamiin
Apa kabar resolusi dan target 2018?
Harus diakui, tahun 2018 tidaklah mudah. Tapi bukan berarti sulit.
Aku kembali menulis resolusi dan target baru di tahun 2018. Tapi siapa sangka, dari awal aku sudah mendapat kerikil-kerikil manja. 'Unfinished bussiness' jadi pembuka tahun 2018. Namun jangan salah, aku menganggap kejadian tersebut jadi pelajaran hidup.
Bicara soal pelajaran hidup, puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tahun 2018 terlewati dengan stabil cenderung manusiawi. Mengapa? Karena aku manusia yang dianugerahi emosi yang beragam. Sepanjang tahun, aku melewati momen haru, sedih, hingga bahagia tak terkira.
Awal tahun, salah satu resolusiku adalah rajin menulis di blog. Minimal satu tulisan harus ada di blogspot. Tahukah kamu? Keinginan tersebut KPI-nya 83 persen. KPI-banget nih ya. Al-ham-du-lillah~
Coba lihat 'archive' blog-ku yang berisi rekapan postingan dari Januari hingga Desember. Ada satu bulan yang terlewati, yaitu Maret. Semoga tahun depan lebih rajin nulis lagi-dan tentunya yang berfaedah ya. Aamiin.
Kadang aku merasa 2018 berjalan seperti tahun sebelumnya. Tidak ada yang spesial dan cukup signifikan dari keseharian dan kehidupan. Eits tunggu dulu! Jangan cepat menyimpulkan, Vin!
Setelah direnungkan sembari me-refresh ingatan, ternyata ada banyak hal yang harus aku syukuri. Tentunya, jadi pelajaran hidup yang bisa masuk poin plus di tahun 2018.
1. Lebih melek finansial.
Aku ingat keinginanku dulu untuk menjadi orang yang mengatur rencana finansial orang. Sekarang, bukan dengan profesi tersebut tapi aku mulai menjadi pengatur finansial untuk diriku sendiri. Dimulai dari mengatur keuangan hingga punya teman diskusi yang nyambung soal keuangan.
Sejak kenal buku 'Kece Tanpa Kere' lalu akun media sosial Jouska dan QM Financial, aku semakin tertarik mendalami ilmu finansial. Aku mulai rajin menabung dengan beragam bentuk, mulai dari nabung biasa, nabung berjangka, nabung emas, hingga nabung saham.
Well, aku mengikuti kelas finansial pertama kali dengan Jouska. Dulu sekitar bulan Februari atau Maret, Jouska membuka kelas di Jogja. Tanpa pikir panjang, aku langsung daftar. Dari situ, aku mulai mengenal saham dan model investasi lainnya.
Pulang dari kelas, aku mendaftar akun RDI untuk saham. Setelah punya akun, aku nggak langsung terjun di saham. Akun RDI milikku hanya sekadar punya aja hingga dibiarkan dalam beberapa bulan.
Sampai akhirnya, aku kembali mengotak-atik kepemilikan RDI karena pemerintah mengeluarkan SBR004. Semacam surat berharga yang dikeluarkan oleh negara. Produk tersebut kerap jadi portfolio investasi orang-orang. Mulailah kepo-kepo sana-sini.
Untuk bisa membeli SBR004, orang harus memiliki akun atau rekening RDI. Oleh sebab itu, aku mulai mengotak-atik kartu RDI-ku. Nggak sempat beli seri tersebut, aku mulai berinvestasi dengan seri selanjutnya yakni ORI015 dan ST002.
2. Mulai main saham.
Selain belajar investasi, aku mulai belajar bermain saham. Sebelum memutuskan buat investasi, saham adalah hal yang jauh dari jangkauan. Itu apasih tabel gerak-gerak warna hijau-merah. Nggak ngerti sama sekali tentang main saham.
Orang bilang nabung saham beda dengan trading atau forex atau penyebutan lainnya. Awalnya dengar cerita buruk tentang saham yang justru bikin rugi. Tapi akhirnya tertarik main saham karena teman-teman kuliah udah beli saham. Ketinggalan banget yaaa, dipikirku kala itu.
Dari mulai tanya-tanya ke teman akhirnya memantapkan diri untuk ikut kelas 'Yuk Nabung Saham' di IDX Yogyakarta. Dari situ mulai ngerti bagaimana skema beli dan kerja saham. Makin penasaran dengan saham, aku mulai beli buku, follow akun tentang saham, sampai download aplikasinya.
Modal Rp 100.000, aku baru berani membeli saham pada bulan Desember, lho. Setelah menyerap ilmu sedikit demi sedikit, akhirnya beli di tanggal 11 Desember 2018. *Semua orang wajib tahu, aku beli di tanggal segitu*
Saham yang aku beli pertama kali adalah Bank Permata. Alasannya, murah. Aku beli dua lot sekaligus. Wqwq. Lot sendiri satuan untuk membeli saham. Satu lot berisi 100 lembar saham. Kebayang dong, akika pemilik perusahaan yang sahamnya ku beli :)
3. Mengenal emas batangan.
Tahun ini jadi pelajaran baru di dunia perhiasan. Aku baru tahu emas batangan seberat lima gram tidaklah sebesar yang dibayangkan. Jangan kalian harap, emas lima gram mirip emas di tipi-tipi atau baliho. Emas seberat lima gram sangatlah tipis dan kecil. Kaget pas tahu emas ternyata sekecil itu. *Lihat pas di toko emas.
Tahun 2018, aku mulai masuk ke dunia emas karena hasutan mama. Nggak cuma itu sih, aku juga penasaran dengan dunia emas. Pasalnya, aku punya teman yang merekomendasikan emas untuk bekal masa depan.
"Pacarku kalau punya uang lebih kadang aku sarankan buat beli emas. Apalagi dia cewek," pendapat temanku.
Karena penasaran, aku ikut mengantar mamaku ke toko emas--buat nanya dan lihat emas kek mana.
4. Paham dunia perkambingan.
Tahun ini jadi tahun pertama mengenal dunia kambing. Harga dan berat ideal kambing pun mulai dipahami. Apalagi kemarin Idul Adha banyak bersliweran leaflet penjualan kambing dan sapi untuk hewan kurban.
5. Masang tabung gas tanpa berbau.
Sebuah life achievement, akhirnya aku berani dan bisa memasang tabung gas untuk kompor rumah. Tentu keberhasilan ini didukung oleh rasa kepepet yakni saat papa sedang sakit dan hanya aku seorang di rumah.
Pengalaman makin berkesan adalah aku kesulitan cari tabung gas di malam hari. Udah keliling mencari, menghampiri toko kelontong satu ke toko lain di malam hari. Akhirnya tak menemukan.
6. Belajar dunia skincare dan makeup.
Ini adalah sebuah pencitraan diri. Makin ke sini, aku semakin tertarik dengan dunia kecantikan. Setelah bodo amat sama kulit menahun, akhirnya sadar kalau masalah kulit tak akan hilang dengan basuhan air biasa. Aku mulai kenal sunscreen, toner, 10 step Korean skincare, mosturizer, dan lain-lain. TELAT? BIARIN!
7. Rajin baca buku.
Sejak awal tahun 2018, aku menargetkan membaca 25 buku. Alhasil aku hanya berhasil membaca sekitar 15-an buku. Tapi beli bukunya lebih dari 15 buah. Tentu, aku lebih suka beli buku daripada baca. Apalagi diskon dan potongan gede-gede-an.
8. Mengenal podcast.
Sejak langganan spotify, aktivitasku lebih menyenangkan karena ditemani lagu-lagu. Ternyata spotify punya fitur menarik bernama podcast. Wow, aku ke mana saja baru tahu podcast. Sejak menemukan podcast, aku hobi banget share ke teman-teman. Meracuni satu persatu podcast seru. Sampai-sampai aku bikin highlight podcast rekomendasi di Instagram.
9. Liburan dalam negeri dan luar negeri.
Pelajaran hidup baru yang dialami tahun 2018 adalah bisa liburan ke luar negeri. Nggak menyangka bakalan secepat itu bisa ke luar negeri. Angan-angan ke luar negeri dan nge-cap passport akhirnya diijabah oleh Tuhan.
Nggak cuma luar negeri, beberapa kota jadi destinasi wisata dalam tahun 2018. Nikahan ke Purworejo, outing ke Magelang, liburan ke kota sekitar Yogyakarta, liburan ke Bandung, mampir ke Jakarta naik kereta. Akhirnya, naik pesawat dan kereta juga tahun ini.
10. Belajar dunia digital dan parenting.
Mungkin ini bisa jadi pertimbangan mas-mas di luar sana. Aku sangat tertarik dengan dunia parenting dan psikologi. Aku senang mengobrol soal dunia digital dan parenting. Entah saat ini cuma senang dengan ilmu-ilmu mengasuh anak. Padahal belum punya anak~ ya gimana, aku senang belajarnya...
11. Kesehatan.
Aku tak tahu beberapa bulan merasa senang berkeringat. Aku rajin olahraga, download video senam atau workout sampai beli matras yoga. Selain itu, aku mengurangi makan mie instan dengan tekad sebulan sekali~ Eng ing eng, hanya saja beberapa bulan dalam setahun aku cheating.
12. Mengolah stres.
Tolong diingat, aku beberapa kali merasa sedih karena harapan tak sesuai dengan kenyataan. Tapi beberapa kali dibuat bahagia dengan kehadiran sosok yang ternyata bisa jadi moodbooster sepanjang tahun 2018.
Tahun 2018, Spotify merekam lagu galau, sedih, hingga mendayu bernada relaksasi. Mungkin kamu sedang butuh lagu penenang, aku buatkan playlistnya untuk kalian semua.
13. Pelajaran hidup untuk selalu jadi orang baik.
Kelahiran dan kematian mengiringi tahun 2018. Perceraian hingga pernikahan ikut terangkai melengkapi perjalanan hidup di tahun 2018. Jodoh, rezeki, maut, semua adalah kuasa Sang Pencipta. Lantas mengapa masih suka berbuat onar dan bertindak seenaknya. Cuma amal baik yang bakal mengantar kita pada tempat baik. Oleh sebab itu, buat apa berbuat jahat kalau baik saja bisa berguna untuk orang lain. Kenapa harus nyusahin orang kalau bisa bantu orang hehe...
Ternyata banyak hal yang bisa dipelajari dan disyukuri di tahun 2018. Beberapa hampir sampai pada tanda ceklist untuk resolusi 2018. Namun akhirnya, tanda tersebut harus disimpan dulu. Beberapa bagian belum lengkap dan mantap untuk dicentang. Mari coba lagi tahun depan.
Tak lupa menambah resolusi dan target baru. Semoga-semoga-semoga resolusi tahun 2018 bisa terwujud lebih gemilang di tahun depan. Aamiin
Tujuh sepuluh.
Aku pikir hari ini akan jadi penuh kebahagiaan namun Tuhan berkata lain. Tepat di tanggal kelahiran Yogyakarta, duka justru menyelimuti.
Pagi itu, aku memiliki rencana untuk menghabiskan waktu di rumah. Bagaimana tidak? Aku hanya memiliki libur sehari yang biasa ku habiskan untuk mencuci pakaian.
Matahari sudah mulai muncul tapi aku masih enggan beranjak dari tempat tidur. Tiba-tiba tetangga datang mengabarkan berita duka. Ia menemui papaku seraya mengucapkan pemberitahuan yang membuatku turut menghela napas. Aku beranjak dari tempat tidur bergegas membuka handphone.
Ternyata ada rentetan misscall dari mama dan saudara-saudaraku. Mereka mengabarkan bahwa mbah kakung meninggal. Mendengar kabar tersebut rasanya setengah tak percaya. Sejenak merasa binggung dan linglung. Tiba-tiba aku mendapati diriku menangis di kamar. Setelah itu, aku mulai bergegas mandi dan berangkat ke rumah duka bersama papa.
***
Bendera putih, deretan kursi berjajar mengantarku ke rumah duka. Tak sedikit orang berpakaian serba hitam wara-wiri di dekat rumah tanteku. Aku tiba di rumah duka dengan posisi mbah kakung sudah dimandikan. Terbalut kain kafan dengan tutupan keranda kain hijau berlafalkan ayat suci Alquran.
Aku menyalami nenek dan saudaraku lain.Wajah mama dan tante, kedua anak perempuan mbah kakung tampak muram. Tak bisa menutupi rasa sedih kehilangan sosok bapak yang mendampinginya hingga dewasa. Bayangkan saja, mbah kakung tutup usia di 85 tahun. Sudah berpuluh-puluh tahun hidup bersama keluarganya. Pasti banyak pula kenangan pahit maupun manis yang membekas pada anak-anaknya.
Bukan cuma itu, aku dan cucunya saja punya banyak kenangan semasa hidup beliau. Aku bertekad nggak akan nangis lagi sepanjang prosesi pemakaman. Aku harus mengantarkan mbah kakung ke peristirahatan terakhirnya dengan ikhlas.
***
Seusai tiba di rumah duka, aku mengambil air wudhu untuk menyolatkan mbah kakung. Rasa sedih dan kehilangan muncul tapi lebih besar rasa syukur. "Akhirnya nggak sakit lagi ya, Kung? Sekarang udah bisa lega gerak bebas lagi. Sehat lagi, bugar lagi di sana," batinku memaksa berkata demikian.
Sebulan sebelum kepergian almarhum, aku mendapat telepon dari mama. Melalui telepon, mama bilang kalau mbah kakung mencariku. Menanyakan aku di mana? Rasanya hatiku teriris. Memang sudah lama aku tak mampir menjenguk karena memang belum ada waktu. Saat itu, aku sedang berada di sebuah tempat mengerjakan suatu hal. Setelah selesai, aku pun bergegas ke rumah tante.
Keluarga menanti kehadiranku yang saat itu baru bisa tiba sore hari. Ternyata sudah ramai oleh saudara-saudaraku lainnya. "Akhirnya cucu kesayangan mbah kung dateng," kata beberapa saudara.
Aku tiba, mbah kakung sedang tertidur lelap. Saat terbangun, aku menghampiri mbah kakung yang hanya bisa terbaring di tempat tidur. Tubuhnya semakin kurus. Makan pun tak mau. Rasanya sedih tapi aku enggan memperlihatkan tangis di depannya.
Aku coba berkomunikasi dengan beliau, "mbah kung. Kulo Zhazha."
Kedua mata yang semula enggan membuka perlahan terbuka. Ia melihat ke sekeliling termasuk ke arahku. Mama coba untuk membantu komunikasi dengan mbah kakung. Saat mata terbuka, mbah kakung tak lagi mencari ku. Ia hanya sesekali membuka mata lalu kembali terlelap.
Setidaknya, aku sudah bertemu dengan mbah kakung. Menemaninya sebentar dan melihatnya menyantap satu keping biskuit yang diencerkan oleh mama. Obrolan antara aku dan mbah kakung bersama mama membuat mamaku pecah tangis. Saat bersamaan, aku ingin menangiiiis.......
***
Tepat sebulan sebelum meninggal, aku sempat berfoto dengan almarhum. Ternyata itu jadi foto terakhirku bersama mbah kakung. Aku kembali flashback dalam beberapa bulan, tahun, bahkan puluhan tahun silam. Mbah kakung adalah sosok yang selalu ada sejak aku kecil. Menemaniku tumbuh dewasa hingga usiaku 24 tahun.
Beliau adalah salah satu penyemangatku mencapai cita-cita. Banyak banget kenangan dengan mbah kakung semasa hidupnya. Beliau adalah orangtuaku. Ternyata kenangan manis bersama mbah kakung juga dirasakan oleh cucu lainnya.
Menjelang pemakaman, aku mengobrol dengan kedua cucu lainnya. Di situ, mereka cerita momen membekas bersama mbah kakung. Masing-masing punya cerita yang membuat air mataku tak terbendung. Batinku berkata, "memang mbah kakung adalah sosok yang baik buat semua cucunya."
***
Selamat jalan, mbah kakung.
Doa terbaik untukmu.
Kan ku kenang pesan dan petuah darimu.
Doakan aku di sini menjadi pribadi lebih baik.
"Jadi anak yang sehat, cerdas, dan berprestasi."
Seperti doamu yang kau ucapkan pada tiap cucumu setiap berangkat sekolah.
Tak terasa sudah tujuh hari usai kepergianmu. Rasanya air mata masih mudah turun. Aku nggak boleh sedih lagi. Mbah kakung nggak pengen melihat kita sedih.