Pesan perpisahannya begitu menyentuh.
First jobber, sebutan bagi orang yang mulai menggarungi dunia kerja. Tentunya, sudah nggak asing lagi di telinga dengan istilah tersebut. Ada anggapan, first jobber pasti bermasalah dengan cara mengatur keuangan. Eits, sekarang anggapan tersebut nggak related lagi berkat Jenius BTPN.
Sejak awal bekerja, aku mulai tertarik dengan pengelolaan uang. Tentu alasan tersebut dilatar belakangi oleh anggapan pekerja bakalan susah atur uang, susah nabung, dan lain-lain.
Sering mengalami uang masuk, tiba-tiba uang udah habis aja. Pernah? Kamu tidak sendirian! Nggak ingin mengalami pengalaman pahit yang sama setiap bulan, aku mulai mencoba belajar finansial.
Dari manual catat pengeluaran harian yang ternyata sering bolong dan merasa tidak efektif. Dari yang awalnya mendapat penghasilan kecil-kecilan freelance hingga mendapat pekerjaan full time. Tentu perlu siasat untuk mengatur cashflow bulanan agar nggak bocor alus mulu.
Sering mengalami uang masuk, tiba-tiba uang udah habis aja. Pernah? Kamu tidak sendirian! Nggak ingin mengalami pengalaman pahit yang sama setiap bulan, aku mulai mencoba belajar finansial.
Dari manual catat pengeluaran harian yang ternyata sering bolong dan merasa tidak efektif. Dari yang awalnya mendapat penghasilan kecil-kecilan freelance hingga mendapat pekerjaan full time. Tentu perlu siasat untuk mengatur cashflow bulanan agar nggak bocor alus mulu.
Mulai dari baca buku, follow beberapa akun media sosial yang senang berbagi informasi soal investasi dan finansial. Akhirnya aku menemukan aplikasi Jenius dari Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN).
Berkenalan dengan Jenius BTPN!
Perkenalan awal dengan Jenius BTPN dari media sosial. Paling menarik perhatianku adalah penawaran dan fitur-fitur Jenius yang pas banget dengan kebutuhan. Sebelum memutuskan untuk mendaftar, aku cari tahu informasi soal cara mendaftar dan kelebihan Jenius dari teman-teman terdekat dan website.
Mengusung konsep digital banking, Jenius ini cocok banget untuk siapapun yang nggak suka ribet alias praktis dalam bertransaksi sehari-hari. Makin penasaran dengan Jenius, apalagi beberapa teman sudah menggunakan Jenius. Setelah kepo-kepo, ternyata pengguna Jenius ada julukannya lho! Namanya Teman Jenius!
Mengusung konsep digital banking, Jenius ini cocok banget untuk siapapun yang nggak suka ribet alias praktis dalam bertransaksi sehari-hari. Makin penasaran dengan Jenius, apalagi beberapa teman sudah menggunakan Jenius. Setelah kepo-kepo, ternyata pengguna Jenius ada julukannya lho! Namanya Teman Jenius!
Setelah chattingan dengan teman, akhirnya aku daftar Jenius BTPN. Ia membagikan cashtag miliknya dan mengarahkan aku. Ternyata cara daftarnya gampang banget! Terbantu banget buat pekerja kantoran 9 to 5. Nggak perlu ke bank, cukup dengan aplikasi Jenius.
Pertama download aplikasi setelah itu isi data diri dan unggah beberapa file seperti foto, KTP, dan NPWP. Setelah itu, aku mencoba melakukan verifikasi dengan video call dengan petugas. Namun sayangnya, aku beberapa kali gagal. Akhirnya, beberapa hari setelah daftar, aku mendapat telepon dari pihak Jenius BTPN. Petugas menyarankan untuk verifikasi lewat booth di mal.
Kebetulan, mal yang ada booth Jenius dekat. Jadi sekalian jalan-jalan gitu. Nggak butuh waktu lama, verifikasi dengan petugas di booth akhirnya bisa. Akun Jenius sudah aktif! Yeay!
Petugas booth memberikan informasi yang detail soal fitur-fitur Jenius hingga cara menggunakan Aplikasi Jenius. Tak lupa tips and trick supaya nabung makin terasa menyenangkan.
Kebetulan, mal yang ada booth Jenius dekat. Jadi sekalian jalan-jalan gitu. Nggak butuh waktu lama, verifikasi dengan petugas di booth akhirnya bisa. Akun Jenius sudah aktif! Yeay!
Petugas booth memberikan informasi yang detail soal fitur-fitur Jenius hingga cara menggunakan Aplikasi Jenius. Tak lupa tips and trick supaya nabung makin terasa menyenangkan.
Sejak April-Mei, aku mencoba aktif menabung di Jenius. Saat gajian, aku langsung menyisihkan sebagian uang untuk ditabung. Berhubung gaji masuk dari bank sebelah, aku sangat-sangat terbantu dengan layanan 'Monyay'.
Jenius setiap hari Senin memberikan gratis biaya transfer antarbank untuk isi saldo. Bagi pekerja baru, uang administrasi sebesar Rp 6.500 sangat berharga. Sayangggg banget sama Jenius pas tahu biaya transfer bakalan balik ke rekening Jenius.
Nah setelah isi saldo Jenius, uang bakalan masuk ke Active Balance. Aplikasi Jenius nggak ribet, sekalinya masuk langsung muncul Total Balance yang berisi saldo kita. Kita juga bisa mengatur widget fitur-fitur Jenius sesuai kebutuhan. So simple~
Menabung dan mewujudkan mimpi begitu mudah dengan Jenius BTPN.
Bagi aku yang punya banyak keinginan, tentu ingin mewujudkan semuanya. Bantu aamiin-kan yaaaaaa! Dari Active Balance, uang tersebut akan aku masukan ke Flexi Saver atau Dream Saver. Kedua fitur tersebut begitu jadi penyelamat keuangan. Kenapa?
Flexi Saver adalah fitur penyimpanan uang yang ada di Jenius. Gunanya untuk memisahkan sekaligus menyimpan uang agar fokus. Iya, fokus! Biar nggak digunakan untuk jajan atau belanja macam-macam.
Seperti namanya, Flexi Saver dari Jenius ini benar-benar fleksibel. Kita bisa top up ataupun withdraw sesuka hati. Cocok banget buat aku yang sedang menabung untuk dana darurat. Jika ada kebutuhan mendadak, langsung deh withdraw atau cairkan dana darurat. Uang dari Flexi Saver yang dicairkan bakalan masuk ke active balance atau m-Card kita.
Bicara dikit soal m-Card, Jenius BTPN punya fitur x-Card atau sebutan untuk Kartu Debit Jenius tambahan. Kartu Debit Jenius yang utama berwarna oranye, nah x-Card ini ada 3 warna yakni biru, ungu, dan hijau. Gunanya untuk memisahkan beberapa keperluan atau pengeluaran sesuai kartu. Lengkapnya bisa cek website Jenius BTPN. Sejauh ini, aku masih bisa mengatur cashflow dengan satu kartu, tapi ke depan tidak menutup kemungkinan bakalan apply x-Card.
Balik lagi ke Flexi Saver dan Dream Saver. Nah kalau Dream Saver ini cocok untuk aku yang mirip soundtrack Doraemon.
"Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini itu, banyak sekali~~~~"
Aku punya banyak keinginan seperti membeli handphone, sepatu, hingga pergi ke Tanah Suci. Tentu semua itu tidak akan mudah didapatkan, oleh sebab itu aku memasang beberapa keinginan dalam Dream Saver. Dari sekian banyak keinginan, Alhamdulillah! Ada satu yang sudah terpenuhi, yeay! SENENG BANGET! TIDAK MENYANGKA BISA JUGA TERPENUHI NOMINAL BUAT BELI.... Sorry ngegas, saking excited!
Dream saver yang sudah terpenuhi. |
"Simpler life, happier you,” emang cocok banget untuk menggambarkan kehidupanku setelah menggunakan Jenius BTPN.
Sistem Flexi Saver dan Dream Saver ini sama-sama keren. Karena memberikan bunga hingga 5 persen. Angka yang cukup besar jika dibandingkan dengan bank lain. Menariknya lagi, nggak ada biaya administrasi!
Berkonsep digital banking, semua bisa diakses secara digital, termasuk rekening korannya. Aplikasi Jenius menyediakan e-statement yang bisa di-download setiap bulan. Kurang praktis apalagi?
Ada juga mimpiku selanjutnya yang terbantu dengan adanya Jenius, yakni pergi ke Tanah Suci. Pengen banget umrah bareng keluarga ke Tanah Suci, aku akhirnya memulai mimpiku dengan membeli mata uang asing lewat Jenius. Semoga keinginanku bisa terwujud, aamiin!
Sungguh nggak kepikiran buat beli dollar segampang pakai Jenius. Dulu pernah menukar uang dollar atau mata uang asing lain harus ke Money Changer. Sekarang, beli dollar di rumah aja bisa. Nggak perlu bayar parkir dan keluar uang bensin.
CoCreate, komunitas Jenius BTPN dengan segala ilmu dan keseruan!
Sebelumnya, aku mengikuti kelas Community Gathering bertajuk Financial Planning 101. Acara tersebut diadakan Jenius Cocreate Jogja. Dengan pembicara Mbak Achie Mahfudloh, aku menemukan pengetahuan baru soal investasi dan perencanaan keuangan.
Beruntung, aku bisa ikutan kelas Mbak Achie karena tergabung dalam CoCreate Jenius.
CoCreate adalah komunitas pengguna Jenius dari seluruh Indonesia. Pengguna Jenius punya wadah untuk berbagi informasi soal keuangan ataupun lifestyle hingga promo. Ada banyak pengguna yang rajin membagikan info seru, termasuk acara Financial Planning yang aku ikuti.
Ikut kelas yang diadakan Cocreate Jenius soal Financial Planning 101+ di Jogja. |
Dalam salah satu sesi, Mbak Achie bercerita jika dirinya memiliki keinginan untuk umrah. Dari situ, beliau memulai rencana keuangan dengan menabung dollar. Lagi-lagi, Jenius ini memudahkan rencana keuangan. Cukup dengan aplikasi Jenius, aku bisa membeli mata uang dollar dan lainnya selama Senin-Jumat. One step closer!
Mbak Achie memaparkan materi.. |
Dari pertemuan yang difasilitasi CoCreate Jenius BTPN, aku mendapat pengetahuan baru soal cara mengatur keuangan sekarang dan masa depan. Apalagi hidup di Kota Jogja yang tentunya tantangannya bakalan beda dengan hidup di kota lain. Mulai dikenalkan dengan bagaimana merencanakan keuangan, investasi, mengatur cashflow, dan tentunya mindset!
Kalau tadi soal investasi dan mewujudkan mimpi. Jenius juga nggak lupa untuk bersenang-senang! Jenius punya banyak penawaran menggiurkan untuk bersenang-senang! Salah satunya, adanya reward berupa kuota gratis transfer yang disesuaikan dengan level pengguna. Level sendiri disesuaikan dengan jumlah saldo. Makin banyak nabung, makin banyak gratisannya lho!
Dalam keseharian, kuota gratis ini berguna banget. Apalagi kalau pengen transfer untuk patungan nikahan teman (nyumbang), bayar utang ke rekening teman beda bank, dan lain-lain. Makin-makin jatuh cinta sama Jenius. Luv! Aku nggak perlu mikir panjang, kalau teman menyodorkan nomor rekening beda bank. Pakai Jenius GRATIS!
Nah, kalau punya teman sesama #temanjenius, udah pasti nggak perlu minta nomor rekening. Cukup kasih cashtag ($) lalu transfer. Semudah itu, guys!
Satu lagi, aku ingin berterima kasih kepada Jenius! Sebagai sobat nonton hemat, aku menyambut dengan tangan terbuka promo nonton buy one get one! Aku udah nyoba beberapa kali dan selalu berhasil! Sering-sering ya bagi-bagi promo nonton gratis! Apalagi fitur kartu Debit Jenius yang udah contactless. Sangat memudahkan dan menyenangkan!
Mencoba promo nonton! Luv banget nih Contactless Jenius. |
Terbilang baru menggunakan Jenius BTPN, aku sangat terbantu dengan Jenius. Cukup dengan satu aplikasi, aku sudah bisa mengatur keuanganku. Mulai dari dana darurat, investasi, mewujudkan mimpi-mimpi, hingga bersenang-senang.
Menarik banget, kan? Tunggu apalagi! Daftar Jenius gih! Aku sendiri udah berhasil mengajak beberapa temanku dan 'meracuni' mereka untuk rajin menabung dan berinvestasi! Yuk, segera daftar Jenius untuk memudahkan perencanaan keuanganmu!
Kalau aku bisa, kamu pasti punya peluang yang sama.
Terima kasih, Jenius BTPN!
Aku masih menunggu inovasi-inovasi baru darimu soal keuangan!
Kalau aku bisa, kamu pasti punya peluang yang sama.
Terima kasih, Jenius BTPN!
Aku masih menunggu inovasi-inovasi baru darimu soal keuangan!
Masih nggak menyangka bisa menghabiskan waktu cuti buat liburan di tempat yang nggak terpikirkan sebelumnya... Siap-siap, aku bakalan cerita panjang soal pengalaman liburanku di Surabaya dan Madura!
INI AKAN JADI TULISAN SUPER PANJANG KARENA NGEDRAFTNYA AJA BERMINGGU-MINGGU. :")))))
Seminggu sebelum berangkat ke Surabaya, tepatnya hari Sabtu siang. Dalam sebuah WhatsApp grup, temanku bernama Erma mengajak makan siang. Ajakan tersebut memulai percakapan panjang. Dari ajakan makan siang yang akhirnya malah malam mingguan ini cerita bermula.
Sabtu, aku masih bekerja shift. Otomatis, ajakan makan siang Erma nggak bisa dipenuhi. Sementara si Bella--teman kami dalam satu grup juga nggak bisa memenuhi karena berada di rumah. Alhasil, kami malah saling curhat kalau hari ini malam minggu. Dari sambatan biasa, aku melontarkan ajakan buat bertemu sepulang kerja atau sore harinya.
Kami akhirnya bertemu di sebuah pusat perbelanjaan lalu makan bareng di sebuah warung. Pertemuan yang lebih banyak sharing ini bermuara pada rencana Erma kondangan ke Surabaya. Ternyata nggak cuma kondangan, Erma punya rencana lain untuk liburan ke Madura. Ia pun mengajak kami untuk ikut.
Sebagai anak yang sedang bosan dengan rutinitas, ajakan liburan sangat menggiurkan. Terlebih, aku memang sudah punya rencana cuti. Yeay, mestakung gitu deh! Rencana sedikit terhambat melihat jadwal shift yang sedikit bentrok. Namun akhirnya teratasi dengan tukar jadwal, Thanks Mbak Tin!
Senin, 4 November 2019.
Aku dan temanku, Bella merencanakan untuk beli tiket kereta dari Yogyakarta ke Surabaya. Namun sayang ketidakpastian mulai muncul, soal agenda weekend di kantor Bella. Akhirnya, kami memutuskan untuk menunda pembelian tiket kereta.
Beberapa hari berselang, aku memutuskan untuk beli tiket sendiri karena takut kehabisan. Mengingat saat terakhir buka tiket, cuma tinggal hitungan jari. Hmm.. Akhirnya memberanikan diri beli tiket berangkat. Lalu perjalanan ke timur ini menjadi pengalaman naik kereta Yogyakarta-Surabaya sendirian. Sebelumnya pasti ramean~ Beda kalau ke barat, udah sering sendirian ;")
Jumat, 8 November 2019.
Akhirnya pas hari H keberangkatan, aku berangkat seorang diri. Sementara Erma dan temannya Wulan sudah berada di Surabaya. Bella apa kabar? Dia baru ngabarin siang jelang sore, pas jam pulang kantor. Seneng banget pas tahu, kalau dia jadi ikutan trip ke Madura~ Horeeeeeeee! Seneng banget, akhirnya~ Doa-doa yang kami panjatkan diaminkan semesta~
Perjalanan kereta ditempuh sekitar 5-6 jam menggunakan kereta ekonomi Sri Tanjung. Berhubung seorang diri, aku menghabiskan 1,5 perjalanan di restorasi untuk makan. Kereta tiba pukul setengah 3 sore. Setiba di Stasiun Gubeng, langsung mampir ke masjid dekat stasiun. Udah kayak warlok gitu, nggak bingung (bangga).
Mampir salat sebentar dan leyeh-leyeh karena Surabaya panas banget. Lebih tepatnya gerah gitu, sementara di masjid sangat adem. Sembari leyeh-leyeh, aku coba pesan ojek online menuju penginapan Erma dan Wulan. Asli ya, susah banget dapat sopir yang mau. Setelah order berulang tanpa ada yang mau angkut, akhirnya ada sopir yang mengangkut. Beliau kirim pesan, "Mbak saya masih di Menur. Mau nungguin nggak?"
Berhubung saya nggak tahu lokasi Menur di mana dan malas order dengan ketidakpastian, akhirnya aku jawab.
"Iya, Pak. Nggak apa-apa. Saya tunggu."
Yeay, akhirnya setelah menunggu beberapa saat. Sopir tiba juga di masjid dan mengantarku ke lokasi. Selama perjalanan ke penginapan, memoriku soal Surabaya kembali muncul. Udah beberapa emang ke Surabaya dan selalu menyenangkan, walaupun sekarang makin panas. Hahaha...
Sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya tiba di penginapan kawasan Siwalankerto. Berhubung hari Jumat (long weekend), Jalanan di SBY macet-macet sedap. Ternyata, kemacetan semakin menjadi saat malam hari. Erma dan Wulan akan kondangan, lalu aku awalnya akan kondangan juga (jadi penyusup). Namun akhirnya, macet dan sopir ojek online semakin menolak orderan kami. Akhirnya aku dan Wulan cuma nongkrong di bawah penginapan. Penginapan mirip apartemen, lantai bawah ada warung-warung makan gitu.
Rencana kondangan sempat teralihkan dengan ajakan eksplore Kota Surabaya oleh temanku. Berhubung nggak ada rencana apa-apa, aku coba bertanya pada 'warga lokal' lewat temanku Inur. Ternyata, dia sudah jam pulang kerja dan tak memiliki agenda. Lalu kami berencana ke daerah kota, kami saling share tempat wisata malam di Surabaya. Udah tuh, banyak pilihan dan bingung harus ke mana. Akhirnya ngide ke Taman BMX, yaudah sepakat kita akan bertemu di sana.
Lokasinya cukup di tengah kota, aku ke daerah utara. Kantor Inur katanya dekat situ. Namun sayang, keinginan main skateboard dan BMX (padahal cuma lihat) nihil~ Karena macet parah dan nggak ada ojek online yang angkut ke kota. Padahal si Inur udah nungguin dari jam berapa. Maaf yaaaaaaaaa....
Dengan perasaan tidak enak karena udah ditungguin tapi malah gagal. Aku menyarankan Inur ke penginapan yang ternyata searah jalan pulang.
"Udah ke sini aja ya. Ada Starbuck di sini."
Makasi, Inur! Maaf ya ganggu jam pulang kantor.
INI AKAN JADI TULISAN SUPER PANJANG KARENA NGEDRAFTNYA AJA BERMINGGU-MINGGU. :")))))
Seminggu sebelum berangkat ke Surabaya, tepatnya hari Sabtu siang. Dalam sebuah WhatsApp grup, temanku bernama Erma mengajak makan siang. Ajakan tersebut memulai percakapan panjang. Dari ajakan makan siang yang akhirnya malah malam mingguan ini cerita bermula.
Sabtu, aku masih bekerja shift. Otomatis, ajakan makan siang Erma nggak bisa dipenuhi. Sementara si Bella--teman kami dalam satu grup juga nggak bisa memenuhi karena berada di rumah. Alhasil, kami malah saling curhat kalau hari ini malam minggu. Dari sambatan biasa, aku melontarkan ajakan buat bertemu sepulang kerja atau sore harinya.
Kami akhirnya bertemu di sebuah pusat perbelanjaan lalu makan bareng di sebuah warung. Pertemuan yang lebih banyak sharing ini bermuara pada rencana Erma kondangan ke Surabaya. Ternyata nggak cuma kondangan, Erma punya rencana lain untuk liburan ke Madura. Ia pun mengajak kami untuk ikut.
Sebagai anak yang sedang bosan dengan rutinitas, ajakan liburan sangat menggiurkan. Terlebih, aku memang sudah punya rencana cuti. Yeay, mestakung gitu deh! Rencana sedikit terhambat melihat jadwal shift yang sedikit bentrok. Namun akhirnya teratasi dengan tukar jadwal, Thanks Mbak Tin!
Senin, 4 November 2019.
Aku dan temanku, Bella merencanakan untuk beli tiket kereta dari Yogyakarta ke Surabaya. Namun sayang ketidakpastian mulai muncul, soal agenda weekend di kantor Bella. Akhirnya, kami memutuskan untuk menunda pembelian tiket kereta.
Beberapa hari berselang, aku memutuskan untuk beli tiket sendiri karena takut kehabisan. Mengingat saat terakhir buka tiket, cuma tinggal hitungan jari. Hmm.. Akhirnya memberanikan diri beli tiket berangkat. Lalu perjalanan ke timur ini menjadi pengalaman naik kereta Yogyakarta-Surabaya sendirian. Sebelumnya pasti ramean~ Beda kalau ke barat, udah sering sendirian ;")
Jumat, 8 November 2019.
Akhirnya pas hari H keberangkatan, aku berangkat seorang diri. Sementara Erma dan temannya Wulan sudah berada di Surabaya. Bella apa kabar? Dia baru ngabarin siang jelang sore, pas jam pulang kantor. Seneng banget pas tahu, kalau dia jadi ikutan trip ke Madura~ Horeeeeeeee! Seneng banget, akhirnya~ Doa-doa yang kami panjatkan diaminkan semesta~
Perjalanan kereta ditempuh sekitar 5-6 jam menggunakan kereta ekonomi Sri Tanjung. Berhubung seorang diri, aku menghabiskan 1,5 perjalanan di restorasi untuk makan. Kereta tiba pukul setengah 3 sore. Setiba di Stasiun Gubeng, langsung mampir ke masjid dekat stasiun. Udah kayak warlok gitu, nggak bingung (bangga).
Mampir salat sebentar dan leyeh-leyeh karena Surabaya panas banget. Lebih tepatnya gerah gitu, sementara di masjid sangat adem. Sembari leyeh-leyeh, aku coba pesan ojek online menuju penginapan Erma dan Wulan. Asli ya, susah banget dapat sopir yang mau. Setelah order berulang tanpa ada yang mau angkut, akhirnya ada sopir yang mengangkut. Beliau kirim pesan, "Mbak saya masih di Menur. Mau nungguin nggak?"
Berhubung saya nggak tahu lokasi Menur di mana dan malas order dengan ketidakpastian, akhirnya aku jawab.
"Iya, Pak. Nggak apa-apa. Saya tunggu."
Yeay, akhirnya setelah menunggu beberapa saat. Sopir tiba juga di masjid dan mengantarku ke lokasi. Selama perjalanan ke penginapan, memoriku soal Surabaya kembali muncul. Udah beberapa emang ke Surabaya dan selalu menyenangkan, walaupun sekarang makin panas. Hahaha...
Sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya tiba di penginapan kawasan Siwalankerto. Berhubung hari Jumat (long weekend), Jalanan di SBY macet-macet sedap. Ternyata, kemacetan semakin menjadi saat malam hari. Erma dan Wulan akan kondangan, lalu aku awalnya akan kondangan juga (jadi penyusup). Namun akhirnya, macet dan sopir ojek online semakin menolak orderan kami. Akhirnya aku dan Wulan cuma nongkrong di bawah penginapan. Penginapan mirip apartemen, lantai bawah ada warung-warung makan gitu.
Rencana kondangan sempat teralihkan dengan ajakan eksplore Kota Surabaya oleh temanku. Berhubung nggak ada rencana apa-apa, aku coba bertanya pada 'warga lokal' lewat temanku Inur. Ternyata, dia sudah jam pulang kerja dan tak memiliki agenda. Lalu kami berencana ke daerah kota, kami saling share tempat wisata malam di Surabaya. Udah tuh, banyak pilihan dan bingung harus ke mana. Akhirnya ngide ke Taman BMX, yaudah sepakat kita akan bertemu di sana.
Lokasinya cukup di tengah kota, aku ke daerah utara. Kantor Inur katanya dekat situ. Namun sayang, keinginan main skateboard dan BMX (padahal cuma lihat) nihil~ Karena macet parah dan nggak ada ojek online yang angkut ke kota. Padahal si Inur udah nungguin dari jam berapa. Maaf yaaaaaaaaa....
Dengan perasaan tidak enak karena udah ditungguin tapi malah gagal. Aku menyarankan Inur ke penginapan yang ternyata searah jalan pulang.
"Udah ke sini aja ya. Ada Starbuck di sini."
Makasi, Inur! Maaf ya ganggu jam pulang kantor.
foto: unsplash |
18 November 2018.
Tanggal di atas cukup memorable bagiku dalam dua tahun terakhir. Bagaimana tidak?
Dua tahun lalu jadi langkah baru di perjalanan hidup. Salah satunya membekas dan kembali teringat lewat obrolan chatting dengan teman. Kita mengobrol lewat WhatsApp tentang pekerjaan masing-masing. Lalu bercerita tentang pertama kali bekerja.
Dua tahun lalu, untuk pertama kalinya aku resmi jadi anggota baru media online nasional bernama brilio.
Sejujurnya,
aku nggak pernah buka brilio. Nggak tahu konten tulisannya gimana.
Mulai penasaran ya pas dapat panggilan wawancara ke kantor.
Lebih
kaget lagi, ternyata kantornya di Jogja. Nggak butuh waktu lama, berkas
lamaranku di-follow up. Sorenya langsung dapat kabar untuk wawancara.
Buseeet cepet amat.
Dengan
pertimbangan ingin belajar dan nambah pengalaman. Akhirnya ambil
kesempatan di brilio. Kemudian tanggal 18 November 2016 adalah hari
pertamaku ngantor.
Hubungan
kerja yang dijalani secara love-hate macem pacaran akhirnya melalui
tahun kedua. Tidak menyangka tapi kaget juga bisa dua tahun juga
hehehee.
Ucapin selamat dulu sama Vindia🤣
Yuk
belajar terus! Aku selalu senang dengan orang yang improve terus. Maka
dari itu, aku selalu haus belajar. *pencitraan tapi emang beneran.
Tidak
menyangka, dua tahun ini aku dapat kesempatan belajar baru di kantor.
Mulai dari belajar content marketing, copywriter, editing, SEO, CMS, dan
lain-lain.
Life at brilio.
foto: unsplash |
Penuh drama terselubung. Hahahaha biar anak kantor aja yang tahu🤣
Jangan lupa untuk selalu berdoa tiap shift malam.
Berapa
kali anak kantor silih berganti dan menyatu. Berapa kali outing bareng
sampai ketinggalan bus untuk pertama kalinya dalam milestone hidup.
Lol!
Dalam dua tahun, akhirnya mimpi ke luar negeri kedok dinas liputan terwujud. Padahal nggak mengira akan diberikan secepat itu
Perayaan dua tahun kali ini dimeriahkan oleh makanan enak dan kegiatan menyenangkan. Hahaha...
Bertemu
sahabat yang pernah merantau ke Jakarta tapi akhirnya kembali ke Jogja.
Seneng banget bisa ngobrol dan nonton plus makan enak~
Dateng book signing dari buku hits.
Terima kasih untuk dua tahun ini vindi.Terima kasih telah bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin.Jangan lupa bucket list-nya. Semoga di tahun depan bisa terwujud
Thank you, Bri.
Assalamu'alaikum.
Bulan September sudah menuju akhir. Apakah resolusi 2018? Sudah berapa yang dicentang? Udah mau kelar nih 2018! *Bikin panik orang*
Adakah di antara kalian merasa (kadang) terbebani dengan ekspektasi dan harapan yang tak kunjung terwujud? Jangan sedih, kamu nggak sendirian.
Jujur saja, usia memasuki 20 tahun ke atas adalah waktu yang bikin gonjang-ganjing. Orang menyebutkan crisis quarter of life. Nggak usah dibayangin, coba inget-inget lagi di usia 20 tahunan apa aja yang bikin kamu kepikiran pake banget?
Pasti masalah kuliah atau pendidikan, karier atau pekerjaan, keuangan (gaji, cash flow), dan percintaan. Kalau kamu seumuran denganku, selamat datang di dunia maya yang timeline penuh dengan orang kondangan, tunangan, nikahan, hingga lahiran. Sekali lagi, you are not alone, guys.
Aku pernah menyeletuk ke teman. Menunjukkan fenomena timeline media sosial yang penuh dengan tunangan hingga nikahan. "Hei Vin! Itu belum apa-apa. Tunggu aja besok, timeline-mu bakal dipenuhi foto-foto bayi gemes dan lucu. Temen-temenmu bakal posting foto anaknya."
Kemudian manggut-manggut.
"Nikmatin aja tahapan fase timeline-mu," timpalnya.
Sementara itu, belakangan muncul cuitan-cuitan berisi kegelisahan teman-teman seusiaku. Mereka mulai mempertanyakan arah dan arti kehidupan. Mereka merasa hidup di masa 'clueless'. Nggak tahu mau ngapain dan nggak tahu arah tujuan hidup.
Kalau boleh jujur, aku pun pernah mengalaminya. Sampai sekarang malahan. Pengen punya rumah sendiri pakai hasil kerja keras baqai kuda tapi masih aja begini. Pengen liburan ke luar negeri sebagai achievement moment karena udah kerja tapi sama siapa? Nggak mau travelling sendirian lagi. Pengen serius tapi lainnya becanda. Hehe
Muncullah gejala-gejala stres. Kata stres sendiri merupakan ketegangan atau tekanan yang dirasakan, baik secara fisik, mental, maupun emosi. Apabila tidak dikelola dengan baik, stres dapat berdampak buruk, seperti depresi dan cemas. Begitu gambaran stres dari akun Instagram @sehatmental.id.
Beberapa hari lalu, aku terpantik membuat thread panjang di Twitter. Ala-ala selebtwit padahal mau curhat aja ya kaaaan? Enggak dong! Dengan tegas, aku sampaikan thread yang ku buat untuk sharing.
Dari postingan akun @sehatmental.id, mereka berbagi tips untuk mengelola stres. Ada beberapa aktivitas, mulai dari menulis (journaling) sampai menggambar. Kelihatan sepele tapi ternyata bisa membantu mengatasi tekanan dalam diri.
Beberapa udah aku terapin mulai dari bikin jurnal, dengerin musik, gambar, sampai olahraga. Tentu saja semua bisa bermanfaat di waktu yang tepat. Berdamai dengan masalah yang ada dalam kehidupan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Intip pengalamanku mengatasi stres.
1. Bikin jurnal.
Udah dari SMP bikin jurnal yang awalnya nulis kegiatan sekolah misal ada pekerjaan rumah (PR) atau tugas apa. Dilakuin rutin sampai kuliah. Tapi paling rajin SMA. Jurnal hadiah majalah yang kece bikin semangat nulis. Lama-lama mulai nggak percaya sama nulis karena pernah di titik nulis malah bikin stres.
2. Olahraga.
Mulai sadar usia menua sementara aktivitas kurang gerak. Tanpa disadari temen kantor bilang, “vin lu gendutan ya”
Ya gimana lagi, gorengan catering ibunya enaaaaak banget. Bawaan makan martabak mulu dan begadang.
Padahal kantor ada program badminton tiap senin. Sepak bola tanding sama media lain juga digalakkan. Tapi peminatnya kebanyakan anak cowok. Anak cewek ngide senam dan difasilitasi. Dari situ semangat senam👌👌Cuma mulai tumbang satu-satu dan sekarang nggak ada senam.
Abis lebaran kemarin mulai download video cardio work out biar jantungnya sehat. Sesekali renang dan capek happy🧘🏻♀️
Abis olahraga badan jadi seger😇😇😇 ngeluarin keringat jadi hobi beberapa saat. Yaaaa karena udara rumah yang dingin membuatku memilih selimutan~
3. Dengerin musik.
Awalnya kalau lagi sedih seneng nyetel lagu sedih sampe lagu hits serba ajep-ajep didenger. Lama-lama dengerin lagu jadi bagian dari kerja. Dan kerja bisa jadi salah satu faktor pemicu stres. Jadiii dengerin lagu mulai nggak bisa jadi penawar stres buatku.
Berhubung akunya suka melow di saat PMS, kadang kala terbawa suasana hormonal. Hiks. Tercetuslah playlist berikut ini.
4. Gambar.
Beberapa minggu lalu aku bongkar tumpukan buku dan menemukan hadiah dari @fetydian . Sebuah buku mewarnai ala doodle yang baru kuselesaikan 2 halaman. 😭😭😭 pegel dan kudu telaten buat selesain. Akhirnya coba lagi mewarnai hasilnya cuma nambah 2 halaman aja.
5. Baca buku...... Lebih banyak baca portal media daripada buku 😂 demi konten skip.
6. Makan sehat. Mulai ngurangin indomie dll minimal sebulan sekali tapi micin tetep jalan. Gorengan as always. Minum air putih kurang banyak. Mohon tips untuk gaya hidup sehat.
7. Cerita. Kadang kita cuma pengeen cerita. Mulailah dari aku pengen cerita. Atau gimana hari ini? Kayak sama @ferizka_winda, gimana hari ini? Lagi sibuk nggak? Atau tiba-tiba promosi aplikasi tantan jadi melebar.
8. Tiduuuur. Masalah emang nggak selesai kalau cuma dibawa tidur. Tapi kan ku butuh istirahat~ yowis tidur. Inget kantung mata yang makin melebar.
9. Nonton film atau drakor. Aku tahu itu fiksi tapi bagus dan bikin seneng.
10. Nyuci piring.
Aku kalau lagi capek kadang milih nyuci piring lagi. Tengah malem dijabanin karena emang ada piring kotor si.
11. Masak. Pernah nggak si kalian laper banget tapi udah malem atau nggak ada duit. Trus pengen pedes-pedes. Karena program tanpa indomie akhirnya goreng nasi cabe 10. Aku kayak pernah baca orang pengen pedes atau asin adalah tanda diri stres (cuma nyari lagi webnya nggak nemu).
12. Main games tetris. Skor tertinggiku masih 1481. Bukan tetris ding tapi block puzzle.
13. Nontonin video lucu di media sosial. Nggak bosen nonton badut oppo gerak-gerak sampe hobi youtube-an tonight show yang isinya tentang games.
14. Main sama sodara apa ponakan.
15. Lewat sawah-sawah sebelum ke kantor. Lha emang rutenya situ-situ aja😂😂
16. Beli thai tea. Suka memberikan hadiah buat diri sendiri dengan beli thai tea. Sambil bilang, terima kasih buat hari ini.
17. Kencan. Ketemu pacar atau gebetan yang bikin nyaman buat cerita apa aja❤️❤️
18. Coba terus jangan sampai kendooor👌👌 Nggak ada salahnya dicoba. Salah kalau nggak mau nyoba tapi uda pesimis duluan. Ciptain cara kelola stresmu sendiri. Tiap manusia diciptakan unik, termasuk kamu yang sempet baca ini. 😝 Kamu bisa melewatinya🏃🏾♂️🏃🏾♂️🏃🏾♂️
19. Satu lagi dijadiin medsos ladang info. Follow akun yang nggak melulu nampilin visual tapi juga informasi. Kayak aku follow nkcthi, sehat mental, tabu, financial advicer, blogger, agen travel dan tentunya portal media. Pilih-pilih influencer yang bisa memberi manfaat atau 'berdampak'.
Mengapa dari banyaknya list di atas tidak ada yang berkaitan dengan agama atau ibadah? Buatku ibadah adalah kewajiban yang kita lakukan sehari-hari. Sama halnya dengan makan dan minum yang harus kita lakukan dalam keseharian.
Tentu ibadah bisa memengaruhi ketenangan batin dan rohani tapi setiap orang punya pengalaman spiritual yang berbeda. Sampai saat ini aku masih berjuang untuk mencari ketenangan batin. Aku belum bisa jawab kalau masalah ibadah. Huhuhu...
Postingan ini menyadarkan bahwa manusia tidak selalu senang. Ada saatnya sedih dan pengen marah. Nikmatin aja, kamu manusia bukan dewa. Kendalikan stresmu. Nggak ada salahnya dicoba. Salah kalau nggak mau nyoba tapi uda pesimis duluan. Ciptain cara kelola stresmu sendiri. Tiap manusia diciptakan unik, termasuk kamu yang sempet baca ini. 😝 Kamu bisa melewatinya🏃🏾♂️🏃🏾♂️🏃🏾♂️
Mengutip lirik dari Kunto Aji berjudul Rehat, "tenangkan hati. Semua ini bukan salahmu. Jangan berhenti, yang kau takutkan tak kan terjadi."
Semoga bermanfaat sharing-ku kali ini.
Wassalamu'alaikum.
Bulan September sudah menuju akhir. Apakah resolusi 2018? Sudah berapa yang dicentang? Udah mau kelar nih 2018! *Bikin panik orang*
Adakah di antara kalian merasa (kadang) terbebani dengan ekspektasi dan harapan yang tak kunjung terwujud? Jangan sedih, kamu nggak sendirian.
Jujur saja, usia memasuki 20 tahun ke atas adalah waktu yang bikin gonjang-ganjing. Orang menyebutkan crisis quarter of life. Nggak usah dibayangin, coba inget-inget lagi di usia 20 tahunan apa aja yang bikin kamu kepikiran pake banget?
Pasti masalah kuliah atau pendidikan, karier atau pekerjaan, keuangan (gaji, cash flow), dan percintaan. Kalau kamu seumuran denganku, selamat datang di dunia maya yang timeline penuh dengan orang kondangan, tunangan, nikahan, hingga lahiran. Sekali lagi, you are not alone, guys.
Aku pernah menyeletuk ke teman. Menunjukkan fenomena timeline media sosial yang penuh dengan tunangan hingga nikahan. "Hei Vin! Itu belum apa-apa. Tunggu aja besok, timeline-mu bakal dipenuhi foto-foto bayi gemes dan lucu. Temen-temenmu bakal posting foto anaknya."
Kemudian manggut-manggut.
"Nikmatin aja tahapan fase timeline-mu," timpalnya.
Sementara itu, belakangan muncul cuitan-cuitan berisi kegelisahan teman-teman seusiaku. Mereka mulai mempertanyakan arah dan arti kehidupan. Mereka merasa hidup di masa 'clueless'. Nggak tahu mau ngapain dan nggak tahu arah tujuan hidup.
Kalau boleh jujur, aku pun pernah mengalaminya. Sampai sekarang malahan. Pengen punya rumah sendiri pakai hasil kerja keras baqai kuda tapi masih aja begini. Pengen liburan ke luar negeri sebagai achievement moment karena udah kerja tapi sama siapa? Nggak mau travelling sendirian lagi. Pengen serius tapi lainnya becanda. Hehe
Muncullah gejala-gejala stres. Kata stres sendiri merupakan ketegangan atau tekanan yang dirasakan, baik secara fisik, mental, maupun emosi. Apabila tidak dikelola dengan baik, stres dapat berdampak buruk, seperti depresi dan cemas. Begitu gambaran stres dari akun Instagram @sehatmental.id.
Beberapa hari lalu, aku terpantik membuat thread panjang di Twitter. Ala-ala selebtwit padahal mau curhat aja ya kaaaan? Enggak dong! Dengan tegas, aku sampaikan thread yang ku buat untuk sharing.
Dari postingan akun @sehatmental.id, mereka berbagi tips untuk mengelola stres. Ada beberapa aktivitas, mulai dari menulis (journaling) sampai menggambar. Kelihatan sepele tapi ternyata bisa membantu mengatasi tekanan dalam diri.
Beberapa udah aku terapin mulai dari bikin jurnal, dengerin musik, gambar, sampai olahraga. Tentu saja semua bisa bermanfaat di waktu yang tepat. Berdamai dengan masalah yang ada dalam kehidupan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Intip pengalamanku mengatasi stres.
1. Bikin jurnal.
Udah dari SMP bikin jurnal yang awalnya nulis kegiatan sekolah misal ada pekerjaan rumah (PR) atau tugas apa. Dilakuin rutin sampai kuliah. Tapi paling rajin SMA. Jurnal hadiah majalah yang kece bikin semangat nulis. Lama-lama mulai nggak percaya sama nulis karena pernah di titik nulis malah bikin stres.
2. Olahraga.
Mulai sadar usia menua sementara aktivitas kurang gerak. Tanpa disadari temen kantor bilang, “vin lu gendutan ya”
Ya gimana lagi, gorengan catering ibunya enaaaaak banget. Bawaan makan martabak mulu dan begadang.
Padahal kantor ada program badminton tiap senin. Sepak bola tanding sama media lain juga digalakkan. Tapi peminatnya kebanyakan anak cowok. Anak cewek ngide senam dan difasilitasi. Dari situ semangat senam👌👌Cuma mulai tumbang satu-satu dan sekarang nggak ada senam.
Abis lebaran kemarin mulai download video cardio work out biar jantungnya sehat. Sesekali renang dan capek happy🧘🏻♀️
Abis olahraga badan jadi seger😇😇😇 ngeluarin keringat jadi hobi beberapa saat. Yaaaa karena udara rumah yang dingin membuatku memilih selimutan~
3. Dengerin musik.
Awalnya kalau lagi sedih seneng nyetel lagu sedih sampe lagu hits serba ajep-ajep didenger. Lama-lama dengerin lagu jadi bagian dari kerja. Dan kerja bisa jadi salah satu faktor pemicu stres. Jadiii dengerin lagu mulai nggak bisa jadi penawar stres buatku.
Berhubung akunya suka melow di saat PMS, kadang kala terbawa suasana hormonal. Hiks. Tercetuslah playlist berikut ini.
4. Gambar.
Beberapa minggu lalu aku bongkar tumpukan buku dan menemukan hadiah dari @fetydian . Sebuah buku mewarnai ala doodle yang baru kuselesaikan 2 halaman. 😭😭😭 pegel dan kudu telaten buat selesain. Akhirnya coba lagi mewarnai hasilnya cuma nambah 2 halaman aja.
5. Baca buku...... Lebih banyak baca portal media daripada buku 😂 demi konten skip.
6. Makan sehat. Mulai ngurangin indomie dll minimal sebulan sekali tapi micin tetep jalan. Gorengan as always. Minum air putih kurang banyak. Mohon tips untuk gaya hidup sehat.
7. Cerita. Kadang kita cuma pengeen cerita. Mulailah dari aku pengen cerita. Atau gimana hari ini? Kayak sama @ferizka_winda, gimana hari ini? Lagi sibuk nggak? Atau tiba-tiba promosi aplikasi tantan jadi melebar.
8. Tiduuuur. Masalah emang nggak selesai kalau cuma dibawa tidur. Tapi kan ku butuh istirahat~ yowis tidur. Inget kantung mata yang makin melebar.
9. Nonton film atau drakor. Aku tahu itu fiksi tapi bagus dan bikin seneng.
10. Nyuci piring.
Aku kalau lagi capek kadang milih nyuci piring lagi. Tengah malem dijabanin karena emang ada piring kotor si.
11. Masak. Pernah nggak si kalian laper banget tapi udah malem atau nggak ada duit. Trus pengen pedes-pedes. Karena program tanpa indomie akhirnya goreng nasi cabe 10. Aku kayak pernah baca orang pengen pedes atau asin adalah tanda diri stres (cuma nyari lagi webnya nggak nemu).
12. Main games tetris. Skor tertinggiku masih 1481. Bukan tetris ding tapi block puzzle.
13. Nontonin video lucu di media sosial. Nggak bosen nonton badut oppo gerak-gerak sampe hobi youtube-an tonight show yang isinya tentang games.
14. Main sama sodara apa ponakan.
15. Lewat sawah-sawah sebelum ke kantor. Lha emang rutenya situ-situ aja😂😂
16. Beli thai tea. Suka memberikan hadiah buat diri sendiri dengan beli thai tea. Sambil bilang, terima kasih buat hari ini.
17. Kencan. Ketemu pacar atau gebetan yang bikin nyaman buat cerita apa aja❤️❤️
18. Coba terus jangan sampai kendooor👌👌 Nggak ada salahnya dicoba. Salah kalau nggak mau nyoba tapi uda pesimis duluan. Ciptain cara kelola stresmu sendiri. Tiap manusia diciptakan unik, termasuk kamu yang sempet baca ini. 😝 Kamu bisa melewatinya🏃🏾♂️🏃🏾♂️🏃🏾♂️
19. Satu lagi dijadiin medsos ladang info. Follow akun yang nggak melulu nampilin visual tapi juga informasi. Kayak aku follow nkcthi, sehat mental, tabu, financial advicer, blogger, agen travel dan tentunya portal media. Pilih-pilih influencer yang bisa memberi manfaat atau 'berdampak'.
Mengapa dari banyaknya list di atas tidak ada yang berkaitan dengan agama atau ibadah? Buatku ibadah adalah kewajiban yang kita lakukan sehari-hari. Sama halnya dengan makan dan minum yang harus kita lakukan dalam keseharian.
Tentu ibadah bisa memengaruhi ketenangan batin dan rohani tapi setiap orang punya pengalaman spiritual yang berbeda. Sampai saat ini aku masih berjuang untuk mencari ketenangan batin. Aku belum bisa jawab kalau masalah ibadah. Huhuhu...
Postingan ini menyadarkan bahwa manusia tidak selalu senang. Ada saatnya sedih dan pengen marah. Nikmatin aja, kamu manusia bukan dewa. Kendalikan stresmu. Nggak ada salahnya dicoba. Salah kalau nggak mau nyoba tapi uda pesimis duluan. Ciptain cara kelola stresmu sendiri. Tiap manusia diciptakan unik, termasuk kamu yang sempet baca ini. 😝 Kamu bisa melewatinya🏃🏾♂️🏃🏾♂️🏃🏾♂️
Mengutip lirik dari Kunto Aji berjudul Rehat, "tenangkan hati. Semua ini bukan salahmu. Jangan berhenti, yang kau takutkan tak kan terjadi."
Semoga bermanfaat sharing-ku kali ini.
Wassalamu'alaikum.
Assalamu'alaikum.
Belakangan, aku merasa letih. Mudah menggantuk, gampang laper, capek di jalan, dan mager banget. Racun banget buat hidup. Hiks
Cuaca di Jogja belakang juga memberikan andil besar. Dini hari, Jogja bagian atas tepatnya belasan kilometer dari puncak Merapi memiliki suhu 17-19 derajat. Sejujurnya seneng sama suasananya akan tetapi bikin mager banget. Alesan nih?
Mau ngapain aja berasa berat. Aku memilih untuk kemulan atau memakai selimut. Yeee bayangin aja ya, aku keluarin sweater buat dipakai. Kaus kaki buluk yang tersimpan di lemari akhirnya dikeluarkan untuk melengkapi sweater dan selimut kesayangan. Namun tetap saja aku masih kedinginan. Ziiiingggggg...
Tiap malam, sepulang kerja aku selalu mendambakan mie kuah panas yang mengebul. Namun angan-angan itu cukup dibayangkan saja. Aku sejak Lebaran mau bertekad makan Indomie sekali sebulan. Hahahaha! Itu udah nahan sekuat tenaga! Doain bulan-bulan selanjutnya sukses yee..
Air wudhu terasa lebih mirip air es dari kulkas. Selimut hangat di kamar dan teh panas jadi penawar rasa dingiin setelah cuci piring dan wudhu. Cryyy.....
Kalau nurutin keadaan, aku bakalan di kamar tiduran sambil selimutan. Duh nggak produktif banget padahal kerjaan masih numpuk. Pikiranku nggak bisa lepas dari 'tanggungan' tapi ragaku ingin berselimut kehangatan. Akhirnya, aku coba 'melawan' kondisi yang ada.
Aku menghindari kamar tidur yang super posesif. Asli nggak tahu napa suhu kamar terasa lebih hangat dibanding ruangan lain. Kalau udah di kamar bawaannya pasti nyantai dan berakhir main media sosial doang. Santai-santai akhirnya ketiduran. Hmmmm... Bahaya banget kan buat yang punya tanggungan dengan tenggat waktu.
Aku putuskan untuk mengerjakan sesuatu di meja makan. Hahahaha asli aku ganggu banget di rumah. Maafin aku ya, Pa. Jadi nggak bisa nonton tv malem-malem gara-gara aku setelin spotify atau berisik. Jadi tv rumah ada di dekat meja makan gitu. Aku sering nyetel lagu biar nggak sepi. Untung kemarin aku bisa beli earphone baru yang bisa ku pasang buat sambilan. Jadi kalau ku kelihatan'sok main laptop', pasti orang rumah nggak bakalan ganggu.
Aku belajar manajemen waktu saat kerja. Apalagi makin ke sini, aku merasa nggak pinter jadi multitasker. Nggak bisa nyambi kerjain beberapa hal sekaligus. Akhirnya pala inces sering pusing sendiri(padahal pusing karena laper).
Sekarang mulai jaga kesehatan, minum air putih yang banyak. Sarapan diusahakan! Kalau nggak ya ngemil jajanan pasar. Olahraga kalau bisa seminggu berapa kali meskipun cuma sepuluh menit. Pokoknya kalau capek ya istirahat. Kurangin main media sosial dan posting yang kurang berfaedah. Huhuhhuhu....
Awalnya susah. Namanya juga buat kebaikan. Sesuatu yang worth it itu emang harus diusahakan. Jadi mulai berhenti mengeluh. Pelan-pelan mengganti hp dengan.... tv atau buku atau laptop. Lagian hape adek juga sering hang dan bikin emosi sendiri. Jadi mari kita manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Inti dari postingan ini cuma mau bilang, aku mau berubah. Mau istirahat main media sosial sampai waktu yang tak ditentukan. Aku mulai mengisi hariku dengan hal-hal yang bermanfaat. Dari hal kecil misalnya mulai dengerin podcast yang ngasih informasi baru, mulai baca artikel yang nggak cuma soal kerjaan. Mulai banyak minum air putih. Mulai nggak ngeluh dan nggak nunda kerjaan.
Doain ya semoga masa rehatku terhadap hinggar binggar dunia maya berhasil.
Wassalamu'alaikum.
Belakangan, aku merasa letih. Mudah menggantuk, gampang laper, capek di jalan, dan mager banget. Racun banget buat hidup. Hiks
Cuaca di Jogja belakang juga memberikan andil besar. Dini hari, Jogja bagian atas tepatnya belasan kilometer dari puncak Merapi memiliki suhu 17-19 derajat. Sejujurnya seneng sama suasananya akan tetapi bikin mager banget. Alesan nih?
Mau ngapain aja berasa berat. Aku memilih untuk kemulan atau memakai selimut. Yeee bayangin aja ya, aku keluarin sweater buat dipakai. Kaus kaki buluk yang tersimpan di lemari akhirnya dikeluarkan untuk melengkapi sweater dan selimut kesayangan. Namun tetap saja aku masih kedinginan. Ziiiingggggg...
Tiap malam, sepulang kerja aku selalu mendambakan mie kuah panas yang mengebul. Namun angan-angan itu cukup dibayangkan saja. Aku sejak Lebaran mau bertekad makan Indomie sekali sebulan. Hahahaha! Itu udah nahan sekuat tenaga! Doain bulan-bulan selanjutnya sukses yee..
Air wudhu terasa lebih mirip air es dari kulkas. Selimut hangat di kamar dan teh panas jadi penawar rasa dingiin setelah cuci piring dan wudhu. Cryyy.....
Kalau nurutin keadaan, aku bakalan di kamar tiduran sambil selimutan. Duh nggak produktif banget padahal kerjaan masih numpuk. Pikiranku nggak bisa lepas dari 'tanggungan' tapi ragaku ingin berselimut kehangatan. Akhirnya, aku coba 'melawan' kondisi yang ada.
Aku menghindari kamar tidur yang super posesif. Asli nggak tahu napa suhu kamar terasa lebih hangat dibanding ruangan lain. Kalau udah di kamar bawaannya pasti nyantai dan berakhir main media sosial doang. Santai-santai akhirnya ketiduran. Hmmmm... Bahaya banget kan buat yang punya tanggungan dengan tenggat waktu.
Aku putuskan untuk mengerjakan sesuatu di meja makan. Hahahaha asli aku ganggu banget di rumah. Maafin aku ya, Pa. Jadi nggak bisa nonton tv malem-malem gara-gara aku setelin spotify atau berisik. Jadi tv rumah ada di dekat meja makan gitu. Aku sering nyetel lagu biar nggak sepi. Untung kemarin aku bisa beli earphone baru yang bisa ku pasang buat sambilan. Jadi kalau ku kelihatan
Aku belajar manajemen waktu saat kerja. Apalagi makin ke sini, aku merasa nggak pinter jadi multitasker. Nggak bisa nyambi kerjain beberapa hal sekaligus. Akhirnya pala inces sering pusing sendiri
Sekarang mulai jaga kesehatan, minum air putih yang banyak. Sarapan diusahakan! Kalau nggak ya ngemil jajanan pasar. Olahraga kalau bisa seminggu berapa kali meskipun cuma sepuluh menit. Pokoknya kalau capek ya istirahat. Kurangin main media sosial dan posting yang kurang berfaedah. Huhuhhuhu....
Awalnya susah. Namanya juga buat kebaikan. Sesuatu yang worth it itu emang harus diusahakan. Jadi mulai berhenti mengeluh. Pelan-pelan mengganti hp dengan.... tv atau buku atau laptop. Lagian hape adek juga sering hang dan bikin emosi sendiri. Jadi mari kita manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Inti dari postingan ini cuma mau bilang, aku mau berubah. Mau istirahat main media sosial sampai waktu yang tak ditentukan. Aku mulai mengisi hariku dengan hal-hal yang bermanfaat. Dari hal kecil misalnya mulai dengerin podcast yang ngasih informasi baru, mulai baca artikel yang nggak cuma soal kerjaan. Mulai banyak minum air putih. Mulai nggak ngeluh dan nggak nunda kerjaan.
Doain ya semoga masa rehatku terhadap hinggar binggar dunia maya berhasil.
Wassalamu'alaikum.
Pergi ke mana aja selalu nyari makanan Indonesia.
Akhirnya Tuhan mengabulkan harapanku lebih cepat dan dikemas lebih menarik dari rencanaku.
Aku memiliki keinginan untuk ke luar negeri. Keinginan makin kuat setelah memiliki passport. Negara impianku adalah Belanda dan Jepang. Mari kita panjatkan doa supaya suatu saat terkabul. AAMIIN!
Melanjutkan dari postingan sebelumnya, akhirnya aku bisa memberi cap pada passportku. Meskipun perginya nggak jauh dari Indonesia tapi rasanya tetap aja bahagia.
Momen pertama ke luar negeri yang aku alami bener-bener membekas. Tak henti mengucap syukur atas karunia yang Tuhan berikan. Yeay!
Kalian bisa membaca hasil liputanku di Sarawak di sini. Kerja rasa liputan beneran deh! Dulu waktu masih kuliah sempet ditanya, "kenapa pengen jadi wartawan?"
Jawabanku enteng banget, "biar bisa kemana-mana gratis."
Ye, akhirnya aku bisa mencicipi kerja rasa liburan. Seperti ceritaku sebelumnya, aku berangkat sendirian dari Jogja ke Miri. Sepanjang perjalanan, aku lebih banyak melakukan hal baru. Mulai dari hal sepele hingga konyol. Karena pengalaman jalan-jalan sendirian, akhirnya semua kelakuan dimaafkan.
Pertama, aku anaknya suka kepo. Jadi pas jalan-jalan sendiri, puas-puasin melihat kiri-kanan. Keliling tempat semaksimal mungkin sampai kaki gempor geret koper 6 kiloan.
Ceritanya, transit dan turun di Kuala Lumpur Airport 2. Setelah baca-baca review banyak orang, aku memutuskan untuk keliling dari lantai 1 sampai lantai 3. Kebetulan punya waktu sekitar 3 jam sebelum take off penerbangan ke Miri.
Dari satu toko ke toko lain dijabanin. Lantai satu clear, lanjut ke lantai 2 dan akhirnya nyerah capek di lantai 3. Nggak kerasa badan mulai haus sama laper dan akhirnya jajan di minimart. Aku beli air mineral, roti, dan milo. Semua cuma habis sekitar 5 RM.
Lanjut check in. Trus keliling lagi dari toko satu ke toko lain. Kepengen beli alias laper mata tapi berhubung lagi permulaan, akhirnya ditahan.
Setelah 2 jam terbang, aku tiba di Miri sekitar jam 10. Bandaranya kecil mirip Jogja. Mata udah mulai ngantuk tapi harus onfire. Gara-gara ngantuk, saat di bagian imigrasi aku malah antre di bagian passport Malaysia. Harusnya antre di bagian foreign. Untung langsung sadar dan pindah. :)
Saat di pintu penjemputan, sudah ada sopir yang menjemput. Aku dan beberapa rombongan media langsung diantar ke hotel. Posisi udah hampir jam 11 malem, pengen tidur, mandi, beres-beres tapi takut nggak bisa bangun pagi.
Michelle dan Azzam selaku PR mampir ke kamar buat ngasih tahu kalau acara mulai pagi. Oke akhirnya, set alarm biar bangun. Kudu pinter bagi waktu kalau traveling sendirian.
Aku mendapat fasilitas kamar ukuran deluxe, king bed gitu sendirian. Kerjaanku pas sampai hotel cuma bilang, "sendirian banget nih di hotel ginian." Wkwkwk
Biar ramai, aku pun setel TV. Membiarkan suara dari TV bikin rame padahal mah parno aja sendirian. Hehehe. Setelah beres-beres, aku tidur. Alhamdulillah, aku bisa bangun dan sarapan pagi di restoran hotel. Lalu berangkat liputan.
Selama di Miri, aku ikut rombongan media jalan-jalan menyusuri tempat-tempat wisata. Kalau kamu baca tulisanku, semua aku ceritain di situ.
Etapi ada pengen ku bagi di luar tulisanku. PENGALAMAN YANG CUMA KU BAGIKAN DI SINI.
Hari kedua, ada waktu cukup panjang buat free time. Nggak sedikit dari rombongan yang milih explore sendiri. Kami diantarkan ke hotel setelah itu bebas mau ngapain yang penting sore kumpul lagi. Petualangan dimulai!
Nggak dipungkiri, rasa kantuk yang teramat besar membuatku memilih untuk rebahan dulu di kamar. Balik ke kamar, eh tahunya kagak bisa tidur. Akhirnya kepo lewat gugling dan menemukan lokasi restoran khas Indonesia deket hotel.
Lewat grup WA, wartawan dari Malaysia ngabarin kalau dia nemu rumah makan khas Miri yang enak. Eh berhubung belum makan siang dan nggak bisa tidur, aku memutuskan untuk keliling sekitar hotel. Rasa takut sempet muncul tapi nekat aja. Kapanlagi ku bisa ke sini lagi?
Bertemulah aku dengan Restoran Surabaya di dekat hotel. Yeaaaaay! Dasar, pergi ke mana aja tetep yang dicari makanan rumah. Restoran ini dikelola dan dibangun oleh orang Indonesia yang kini memilih jadi warganegara setempat. Meski begitu, suasana Indonesianya dapet banget.
Pas nunggu pesanan, aku denger para pegawainya ngomong pakai Bahasa Jawa. TV setelan di resto aja channelnya SCTV.
Restoran Surabaya ini menjual beragam makanan seperti bakso, soto, hingga nasi lalapan. Aku pesan nasi lalapan ayam yang biasa. Pas dateng di meja, bahagia banget lihat makanannya. Porsinya gede bet buat ukuranku.
Sebenarnya nggak susah buat nemuin restoran ini dengan modal gmaps. Berhubung anaknya nggak paham arah dan susah baca peta, akhirnya belok sana-sini--nyari jalan sendiri pun bisa sampai.
Aslik enak banget nasi lalapan ayam. Di sana tersedia dua jenis sambal, buat kamu pecinta pedes bisa milih paket yang lebih pedes. Aku milih biasa karena nggak mau mules gegara masih ada sehari lagi di Miri. Meski biasa, rasa pedesnya bukan main. Aku kepedesan!
Selesai makan, aku sempat mengobrol dengan pemilik restoran. Rasa penasaran membuatku terdorong tanya tentang restoran.Sebelumnya pernah aku ceritain di Twitter, niat mau copas tapi udah ketilep threadnya. Sorry huhu..
Selanjutnya, mencoba mencari toko oleh-oleh namun akhirnya mampir ke supermarket. Daripada kagak dapet oleh-oleh, akhirnya beli seadanya di supermarket. Coklat ukuran gede 4 biji masuk ke kantong besar. Masih ada waktu sejam lagi, aku putuskan buat balik ke hotel buat siap-siap liputan.
Satu poin yang aku dapatkan dari perjalananku. Keputusanmu saat jalan-jalan bisa memengaruhi jalan-jalanmu. Mau ntar nyasar, coba aja dah. Ntar kalau salah ya akhirnya cuma ketawa sendiri menyadari kebodohan yang dilakukan.
Cerita selanjutnya langsung kepulangan.
Koper dari 6 kilo naik jadi 8 kiloan. Sadar pas checkin koper ditimbang muncul angka 8.2 kg. Setdah, pantesan ya masukin koper ke kabin--tangan we gemeteran nggak kuat. Anehnya, koperku diperbolehkan masuk. Mungkin petugasnya nggak sadar yaa?
Perburuan oleh-oleh kembali dilanjutkan di KLIA2. Kali ini segmented, oleh-oleh by request yang akhirnya bikin kaki gempor gegara muterin berulang kali.
"Eh tadi tokonya di bagian situ. Pas didatengin, ternyata bukan yang di situ." Muterin lagi nggak ketemu, muter lagi.
KLIA2 gampang dijelajahi dan ada banyak fasilitas meja informasi yang tersedia. Mau lanjut ke destinasi wisata di Kuala Lumpur bisa banget. Transportasi banyak tersedia mulai dari MRT, bus, hingga taksi.
Seru banget ya jalan-jalan sendirian. Kita ketemu orang baru bisa dapat pengetahuan baru. Contohnya pas nunggu waktu check in, tiba-tiba dihampiri ibu-ibu asal Indonesia. Beliau cerita udah lama kerja di Malaysia dan ninggalin anak-anaknya. Beliau ninggalin anak buat cari biaya hidup anaknya. Semua anaknya bisa sekolah tinggi dengan hasil jerih payah ibu.
Satu lagi yang penting diceritain. Aku dikira anak sekolah :)) hehehe
Nggak kerasa udah panjang aja tulisannya. Cukup sekian cerita hari ini. Kalian pernah punya pengalaman yang sama?
Traveling sendirian itu nggak semenakutkan yang dibayangkan. Kalau ditanya, mau traveling sendiri? Boleh jawabku. Tapiiiiiii.... pengen juga liburan bareng biar ada saksi mata gitu ;)
Sampai jumpa di cerita lainnya. Wassalamu'alaikum.
Xoxo
Assalamu'alaikum.
Dari baca judul, kalian pasti tahu postingan ini akan berisi curhatan sekaligus sharing pengalaman ke luar negeri pertama kali dan sendirian.
Sebelumnya, aku ucapkan terima kasih kepada Pak Titis selaku pemred tempat kantorku bekerja. Beliau memberiku tugas untuk melakukan peliputan ke luar negeri.
Suatu sore di kantor.
"Vin, kamu punya passport?" Tanya Pak Titis.
"Punya, Pak." Jawabku singkat sembari menerka maksud pertanyaan beliau.
"Yowes Vindi aja yang berangkat. Coba sini deh," beliau memanggilku ke mejanya.
Tak butuh waktu lama, beliau menunjukkanku sebuah email berisi undangan event di Malaysia.
"Vin, kamu berangkat ke Malaysia ya. Nanti aku kirim emailnya," kata beliau.
Bahagia bercampur speechless muncul seketika usai mendengar pernyataan dari beliau. Seketika ku jawab, "baik, Pak."
"Eh seriusan ini we mau ke luar negeri?" Batinku.
Usai mendapat tugas, aku segera mengurus segala keperluan sebelum berangkat. Ada sekitar seminggu waktu untuk mempersiapkan perlengkapan.
"Ini momen pertama we keluar negeri . Akhirnya passport dicap juga," kataku bersyukur.
Flash back sedikit.
Aku dan temanku bernama Septika membuat passport bersama di Kantor Imigrasi Jogja bulan September 2017 lalu. Saat daftar belum ada bayangan bakal ke luar negeri kapan. Niat awal punya passport biar 'jadi modal buat abroad ke destinasi impian'. Eh Alhamdulillah, dikasih sama Tuhan lebih cepet dan unexpected bisa bulan Mei 2018. *if you know, kita sama-sama ke luar negeri bulan Mei.
Aku nyeletuk, "lucu ya kita. Bikin passportnya bareng, ke luar negerinya juga bareng."
Yap, aku mendapat tugas ke Malaysia sementara Septika mendapat tugas ke Singapura. Well, this is our first time to abroad yaaa...
Back to topic.
Aku mewakili kantorku untuk meliput acara dari AirAsia di Sarawak, Malaysia. Aku mendapat kesempatan mewakili media dari Indonesia, sendirian. Aku kira bakal ada temen dari Indonesia buat teman jalan. Eh tahunya H min berapa hari, aku kontak pic AirAsia. Si Pic bilang kalau we adalah media satu-satunya dari Indonesia.
Segala akomodasi, penginapan, transport lokal, hingga komunikasi ditanggung pihak penyelenggara. Jadi we bawa badan sama niat aja ke Malaysia. Tak ingin menyiakan kesempatan yang ada, perjalanan ke luar negeri sendirian untuk pertama kali siap ku jabani. Rejeki nggak boleh ditolak, ya kan?
Percayalah rasa excited sebelum berangkat hampir sama dengan perasaan takut dan khawatir. Pasalnya, ini momen pertama ke luar negeri. Aku nggak bisa mengandalkan orang lain kalau terjadi apa-apa di luar negeri. Jadi, aku harus mempersiapkan semuanya sebaik mungkin.
Buat kamu yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri pertama kali dan sendirian. Jangan khawatir! Jalan ke luar negeri sendirian itu tidak menyeramkan seperti yang dibayangkan. *berani ngomong gini pasca menjalaninya*.
Tentu nggak boleh sembarangan mempersiapkan itinerary dan syarat-syarat ke luar negeri. Hal pertama yang ku lakukan adalah mencari tahu lokasi tujuan. Alasannya biar tahu nanti medannya seperti apa, transport lokal gimana, bawa barang dan pakaian apa aja, kalau perlu cek cuaca lewat aplikasi.
Tujuanku adalah ke Miri, Sarawak, Malaysia. Ini pertama kalinya aku tahu ada lokasi namanya Miri. Kalau bicara Malaysia pasti gaungnya Kuala Lumpur, Langkawi, Kuching, dan nama hits lainnya.
Sebelum berangkat, aku rajin browsing pengalaman orang pertama kali di luar negeri. Mulai dari dokumen yang harus diperhatikan seperti passport, KTP, boarding pass, dll. Nggak cuma itu, aku juga rajin baca-baca peraturan penerbangan mulai dari berat kabin maksimal 7 kilogram dan lain-lain. Modelnya hampir sama dengan penerbangan domestik di Indonesia.
Selain itu, aku mencari tahu soal imigrasi hingga random check. Daripada dicegat petugas mending cari aman dengan menghindari pelanggaran. Oke semua udah dicari tahu. Tibalah waktu berangkat sendirian.
Aku diantar orangtua dan saudara ke Bandara. Setelah pamitan dan minta doa restu, aku masuk ke pintu keberangkatan. Setelah dicek petugas, aku menuju mesin check in online AirAsia. Alasannya biar cepet dan menghemat waktu. Cara gunainnya gampang kok, aku pernah lihat ada vlog yang menjelaskan cara penggunaan mesin tersebut.
Boarding pass udah di tangan, langkah selanjutnya menuju ruang tunggu. Buat kamu yang membawa bagasi, letakkan tasmu dan serahkan pada petugas. Berhubung aku nggak mau nunggu lama, aku milih nggak pakai bagasi.
Masuk ke ruang tunggu, segala bawaan barang dicek lewat x-ray. Penumpang juga melewati mesin metal detector. Sebelumnya tunjukkan boarding pass dan passportmu pada petugas. Setelah masuk ruang tunggu, antri ke pihak imigrasi.
Berat tas kabin ditimbang, cek kelengkapan dokumen, kalau lolos dicap imigrasi. "Udah sah nih ke luar negerinya," ngikutin iklan AirAsia.
Tas bawaan kembali dicek, segala hal yang menyangkut cairan, gas, dan aerosol yang melebihi batas akan disita petugas.
Aku berangkat dari Bandara Adisucipto, Yogyakarta ke Miri pada Kamis (10/5) menggunakan maskapai LCC AirAsia. Rute penerbanganku, Jogja-KLIA2 ditempuh selama 2 jam lebih kalau nggak salah. Malaysia punya perbedaan waktu yaitu satu jam lebih cepat dari Jakarta (WIB). *aku baru tahu setelah cek jam hp sama jam tangan menunjukkan angka berbeda.
Sampai Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA2), aku keluar menuju imigrasi. Rasa deg-degan sempat muncul saat di pihak imigrasi Malaysia. Alhamdulillah lancar, aku hanya ditanya satu pertanyaan dan ku jawab. Setelah scan fingerprint dan passport dicap, aku keluar dengan melewati pemeriksaan x-ray kembali.
Masih ada waktu sekitar 3 jam sebelum terbang ke Miri. Aku memanfaatkan waktu tersebut untuk keliling KLIA2. Lantai 1 dan 2 berisi tenant yang bisa memanjakkan mata. Itung-itung kalau nemu barang murah bisa dibeli. Sayangnya, aku hanya melihat-lihat saja. Karena niatku cuma lihat-lihat sembari membuang waktu. Sekitar 3 jam di KLIA2, akhirnya tiba waktu untuk terbang ke Miri, Sarawak.
Selamat datang di Miri, Sarawak! Tulisan selanjutnya bakal aku tulis di post selanjutnya ya!
Setelah melakukan perjalanan ke luar negeri untuk pertama kalinya, ternyata seru juga jalan-jalan sendiri! Tapi alangkah lebih menyenangkan kalau ada temen ngobrolnya~
Jangan takut buat ke luar negeri sendirian :)
Dari baca judul, kalian pasti tahu postingan ini akan berisi curhatan sekaligus sharing pengalaman ke luar negeri pertama kali dan sendirian.
Sebelumnya, aku ucapkan terima kasih kepada Pak Titis selaku pemred tempat kantorku bekerja. Beliau memberiku tugas untuk melakukan peliputan ke luar negeri.
Suatu sore di kantor.
"Vin, kamu punya passport?" Tanya Pak Titis.
"Punya, Pak." Jawabku singkat sembari menerka maksud pertanyaan beliau.
"Yowes Vindi aja yang berangkat. Coba sini deh," beliau memanggilku ke mejanya.
Tak butuh waktu lama, beliau menunjukkanku sebuah email berisi undangan event di Malaysia.
"Vin, kamu berangkat ke Malaysia ya. Nanti aku kirim emailnya," kata beliau.
Bahagia bercampur speechless muncul seketika usai mendengar pernyataan dari beliau. Seketika ku jawab, "baik, Pak."
"Eh seriusan ini we mau ke luar negeri?" Batinku.
Usai mendapat tugas, aku segera mengurus segala keperluan sebelum berangkat. Ada sekitar seminggu waktu untuk mempersiapkan perlengkapan.
"Ini momen pertama we keluar negeri . Akhirnya passport dicap juga," kataku bersyukur.
Flash back sedikit.
Aku dan temanku bernama Septika membuat passport bersama di Kantor Imigrasi Jogja bulan September 2017 lalu. Saat daftar belum ada bayangan bakal ke luar negeri kapan. Niat awal punya passport biar 'jadi modal buat abroad ke destinasi impian'. Eh Alhamdulillah, dikasih sama Tuhan lebih cepet dan unexpected bisa bulan Mei 2018. *if you know, kita sama-sama ke luar negeri bulan Mei.
Aku nyeletuk, "lucu ya kita. Bikin passportnya bareng, ke luar negerinya juga bareng."
Yap, aku mendapat tugas ke Malaysia sementara Septika mendapat tugas ke Singapura. Well, this is our first time to abroad yaaa...
Back to topic.
Aku mewakili kantorku untuk meliput acara dari AirAsia di Sarawak, Malaysia. Aku mendapat kesempatan mewakili media dari Indonesia, sendirian. Aku kira bakal ada temen dari Indonesia buat teman jalan. Eh tahunya H min berapa hari, aku kontak pic AirAsia. Si Pic bilang kalau we adalah media satu-satunya dari Indonesia.
Segala akomodasi, penginapan, transport lokal, hingga komunikasi ditanggung pihak penyelenggara. Jadi we bawa badan sama niat aja ke Malaysia. Tak ingin menyiakan kesempatan yang ada, perjalanan ke luar negeri sendirian untuk pertama kali siap ku jabani. Rejeki nggak boleh ditolak, ya kan?
Percayalah rasa excited sebelum berangkat hampir sama dengan perasaan takut dan khawatir. Pasalnya, ini momen pertama ke luar negeri. Aku nggak bisa mengandalkan orang lain kalau terjadi apa-apa di luar negeri. Jadi, aku harus mempersiapkan semuanya sebaik mungkin.
Buat kamu yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri pertama kali dan sendirian. Jangan khawatir! Jalan ke luar negeri sendirian itu tidak menyeramkan seperti yang dibayangkan. *berani ngomong gini pasca menjalaninya*.
Tentu nggak boleh sembarangan mempersiapkan itinerary dan syarat-syarat ke luar negeri. Hal pertama yang ku lakukan adalah mencari tahu lokasi tujuan. Alasannya biar tahu nanti medannya seperti apa, transport lokal gimana, bawa barang dan pakaian apa aja, kalau perlu cek cuaca lewat aplikasi.
Tujuanku adalah ke Miri, Sarawak, Malaysia. Ini pertama kalinya aku tahu ada lokasi namanya Miri. Kalau bicara Malaysia pasti gaungnya Kuala Lumpur, Langkawi, Kuching, dan nama hits lainnya.
Sebelum berangkat, aku rajin browsing pengalaman orang pertama kali di luar negeri. Mulai dari dokumen yang harus diperhatikan seperti passport, KTP, boarding pass, dll. Nggak cuma itu, aku juga rajin baca-baca peraturan penerbangan mulai dari berat kabin maksimal 7 kilogram dan lain-lain. Modelnya hampir sama dengan penerbangan domestik di Indonesia.
Selain itu, aku mencari tahu soal imigrasi hingga random check. Daripada dicegat petugas mending cari aman dengan menghindari pelanggaran. Oke semua udah dicari tahu. Tibalah waktu berangkat sendirian.
Aku diantar orangtua dan saudara ke Bandara. Setelah pamitan dan minta doa restu, aku masuk ke pintu keberangkatan. Setelah dicek petugas, aku menuju mesin check in online AirAsia. Alasannya biar cepet dan menghemat waktu. Cara gunainnya gampang kok, aku pernah lihat ada vlog yang menjelaskan cara penggunaan mesin tersebut.
Boarding pass udah di tangan, langkah selanjutnya menuju ruang tunggu. Buat kamu yang membawa bagasi, letakkan tasmu dan serahkan pada petugas. Berhubung aku nggak mau nunggu lama, aku milih nggak pakai bagasi.
Jalan-jalan sekitar hotel di Miri, Sarawak. |
Berat tas kabin ditimbang, cek kelengkapan dokumen, kalau lolos dicap imigrasi. "Udah sah nih ke luar negerinya," ngikutin iklan AirAsia.
Tas bawaan kembali dicek, segala hal yang menyangkut cairan, gas, dan aerosol yang melebihi batas akan disita petugas.
Aku berangkat dari Bandara Adisucipto, Yogyakarta ke Miri pada Kamis (10/5) menggunakan maskapai LCC AirAsia. Rute penerbanganku, Jogja-KLIA2 ditempuh selama 2 jam lebih kalau nggak salah. Malaysia punya perbedaan waktu yaitu satu jam lebih cepat dari Jakarta (WIB). *aku baru tahu setelah cek jam hp sama jam tangan menunjukkan angka berbeda.
Sampai Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA2), aku keluar menuju imigrasi. Rasa deg-degan sempat muncul saat di pihak imigrasi Malaysia. Alhamdulillah lancar, aku hanya ditanya satu pertanyaan dan ku jawab. Setelah scan fingerprint dan passport dicap, aku keluar dengan melewati pemeriksaan x-ray kembali.
Masih ada waktu sekitar 3 jam sebelum terbang ke Miri. Aku memanfaatkan waktu tersebut untuk keliling KLIA2. Lantai 1 dan 2 berisi tenant yang bisa memanjakkan mata. Itung-itung kalau nemu barang murah bisa dibeli. Sayangnya, aku hanya melihat-lihat saja. Karena niatku cuma lihat-lihat sembari membuang waktu. Sekitar 3 jam di KLIA2, akhirnya tiba waktu untuk terbang ke Miri, Sarawak.
Selamat datang di Miri, Sarawak! Tulisan selanjutnya bakal aku tulis di post selanjutnya ya!
foto: Miri dilihat dari hotel lantai 12. |
Setelah melakukan perjalanan ke luar negeri untuk pertama kalinya, ternyata seru juga jalan-jalan sendiri! Tapi alangkah lebih menyenangkan kalau ada temen ngobrolnya~
Jangan takut buat ke luar negeri sendirian :)
XOXO
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Akhir bulan Maret lalu, seorang temanku mengirimkan tautan sebuah aplikasi bernama 'Money Manager' di sebuah aplikasi chat. Tak ada angin dan hujan, Minggu pagi yang cerah, dia mengirimiku aplikasi seputar keuangan.
Apa mungkin maksudnya, "Vin jangan boros. Inget masa depan!"
Jawabannya, ya enggaklah.
Aku mencoba mengklik tautan yang dikirimkan temanku. Terbukalah playstore yang mengarahkan untuk mengunduh aplikasi. Tak berselang lama, aku membalas pesan temanku.
"Kamu pake itu?" Tanyaku padanya.
Aku pun mengirimkan screen capture berisi gambar aplikasi serupa dengan milik temanku.
"Dulu aku pake ijo aku," balasku.
Obrolan seputar aplikasi pengatur keuangan berlanjut. Aku pernah mengunduh dan menggunakan aplikasi bernama 'Money Lover: Budget...' Bukan tanpa sebab, sebelumnya aku mengunduh aplikasi tersebut atas rekomendasi temanku. Temanku menyebut aplikasi ini membantu mengelola dan mengatur keuangan baik pemasukan hingga pengeluaran. Apakah defisit atau surplus?
Sebagai first jobber yang baru mendapat uang bulanan sendiri. Aplikasi tersebut sangat membantu men-tracking cash flow selama sebulan. Dari situ, kita bisa tahu uang gaji digunakan untuk keperluan apa saja.
Balik lagi ke chat.
Usut punya usut, maksud dan tujuan temanku membagikan link aplikasi supaya apps miliknya bisa mendapat poin. Dengan demikian, jika ada yang mengunduh maka dia mendapat tambahan poin . Tambahan tersebut bisa membantu membuka fitur premium.
"Dasar -_-," balasku.
Beberapa bulan lalu, aku pernah membuat poling kecil-kecilan di Twitter tentang manajemen cash flow. Ya intinya, aku mengajukan pertanyaan seputar mengatur uang bulanan.
Dari situ kita tahu ada banyak macam orang mengelola uangnya. Paling sedikit sebesar 20 persen menyebutkan, "mencatat uang bulanan." Sisanya sebanyak 40 persen bilang kadang-kadang mencatat dan 40 persen sisanya memilih tidak pernah mencatat karena ribet.
Kalau aku tipe yang akan mencatat uang keluar dan masuk setiap hari dalam satu bulan. Tapi mencatat cash flow aja nggak cukup guys.
Dibilang telaten? Aku hanya menjawab, kadang! Hehehe
Seperti aku sampaikan sebelumnya, aku pernah menggunakan aplikasi 'Money Lover' di smartphone. Dasarnya anak nggak telaten, dari rajin banget input ke aplikasi tentang uang belanja hingga akhirnya kelupaan yang berujung pada unistall. Huhuhuhu. Jangan ditiru!
Pada akhirnya, aku memilih cara manual dengan mengumpulkan nota, struk, kuintansi, hingga catatan kecil uang belanja. Semua itu aku rangkum dalam buku kecil mirip 'bank plecit/rentenir'.
Alhamdulillah, beberapa bulan ini masih rajin mencatat. Duh anak manual banget sih jadinya~ Mohon maaf, aku emang anak manual yang nggak betah menatap layar smartphone lama-lama. (Ngeles).
Beda cerita dengan lawan chatku sebelumnya. Dia adalah teman kampusku yang kini bekerja di kota besar. Dia anak perantauan tapi punya rumah di kota besar (nggak tahu rumah siapa?) Dia seorang laki-laki yang telah bekerja beberapa bulan di kota besar.
Saat ku tanya, "telaten?"
Dia jawab dengan singkat, "iya."
Mari kita beri tepuk tangan yang meriah untuk temanku yang telaten ini. Ini cowok bisa telaten adalah sesuatu yang harus dibanggakan-menurutku sih. Aku pun menimpalinya dengan kata sanjungan, "mantap."
Dia berbalik bertanya kepadaku, "kenapa nggak telaten?"
Aku belum menjawab sudah ditimpali dengan chat darinya dengan nada bercanda. "Sebabnya? Udah tau kalo pengeluarannya bakal lebih gede?"
Hahahaha ini sih iya banget. Batinku.
Dalam chat Minggu pagi, dia bercerita bahwa sejak diterima kerja di kota besar, ia menggunakan aplikasi 'Money Manager'. Kurang lebih empat bulanan (kalo nggak salah ngitung atau aku yang sotoy).
Saking penasaran dan amazed dengan kebiasaan teman, aku pun kembali bertanya. "Trus selama ini cashflow-nya gimana?"
Dia menjawab singkat, "Alhamdulillah."
Jawaban singkat darinya tak memuaskan rasa penasaranku. Aku kembali bertanya, "masih bisa nabung? Berapa persen?"
*Hai temanku, mohon maaf kalau aku kepo ;).
Dia kembali menjawab, "bisa. Berhubung nggak ngekos kadang bisa 50 persen. Di Jogja gimana? 75 persen?"
Seketika aku hening sehening-heningnya........ jeng jeng jeng~ Aku kembali takjub dengan jawaban temanku.
"Kok aku jadi tertampar ya," balasku.
Aku menjelaskan maksudnya bahwa selama ini aku hanya menyisihkan sebagian penghasilanku untuk menabung. Sisanya kebutuhan sehari-hari. Kalau dihitung tidak ada angka mencapai presentase setengah dari gaji. Setdah aku nulis ini sambil sedih. Cryyyyyy....
Padahal kalau ditarik benang merah, temanku di kota besar bisa menabung karena nggak bayar kosan. Begitu pula sebaliknya, aku di sini ada rumah. Hiks..
Dia kembali bertanya sekaligus membuatku makib sedih. "Wah gimana tuh? Zaman freelance aja kadang malah utuh."
Balasanku cukup membuatku makin tersadar. "Aku kok jadi sedih siiiih. Berasa boros."
Lalu ia mencoba membantuku dengan memilah konsumsi sebulan. "Itu duitnya yg kepake buat konsumsi semua atau ada yg lain? Misal invest, asuransi, dll?"
Karena selama ini, aku hanya mencatat pengeluaran dan pemasukan. Tanpa tahu berapa persen buat hal konsumtif atau invest. Akhirnya ku jawab sekadarnya.
"Bantu ortu, beli bekal rumah tapi nabung di awal."
Sejak saat itu, aku bertekad untuk lebih sayang sama uang. Mau pakai apps lagi tapi sayang memory hape penuh~
Bulan sebelumnya, aku juga coba ikut talkshow keuangan. Belajar main investasi jangka panjang. Mulai cari tahu tentang main saham dari temen-temen. Semoga bisa terlaksana bulan depan! Aamiin............
Segitu dulu obrolan eh curhatanku tentang keuangan. Besok kita lanjut lagi tentang buku, website rekomendasi belajar keuangan, hingga media sosial seputar financial literacy.
Akhir kata, jangan lupa nabung!
Xoxo
Apa mungkin maksudnya, "Vin jangan boros. Inget masa depan!"
Jawabannya, ya enggaklah.
Aku mencoba mengklik tautan yang dikirimkan temanku. Terbukalah playstore yang mengarahkan untuk mengunduh aplikasi. Tak berselang lama, aku membalas pesan temanku.
"Kamu pake itu?" Tanyaku padanya.
Aku pun mengirimkan screen capture berisi gambar aplikasi serupa dengan milik temanku.
"Dulu aku pake ijo aku," balasku.
Obrolan seputar aplikasi pengatur keuangan berlanjut. Aku pernah mengunduh dan menggunakan aplikasi bernama 'Money Lover: Budget...' Bukan tanpa sebab, sebelumnya aku mengunduh aplikasi tersebut atas rekomendasi temanku. Temanku menyebut aplikasi ini membantu mengelola dan mengatur keuangan baik pemasukan hingga pengeluaran. Apakah defisit atau surplus?
Foto: unplash |
Balik lagi ke chat.
Usut punya usut, maksud dan tujuan temanku membagikan link aplikasi supaya apps miliknya bisa mendapat poin. Dengan demikian, jika ada yang mengunduh maka dia mendapat tambahan poin . Tambahan tersebut bisa membantu membuka fitur premium.
"Dasar -_-," balasku.
Beberapa bulan lalu, aku pernah membuat poling kecil-kecilan di Twitter tentang manajemen cash flow. Ya intinya, aku mengajukan pertanyaan seputar mengatur uang bulanan.
Dari situ kita tahu ada banyak macam orang mengelola uangnya. Paling sedikit sebesar 20 persen menyebutkan, "mencatat uang bulanan." Sisanya sebanyak 40 persen bilang kadang-kadang mencatat dan 40 persen sisanya memilih tidak pernah mencatat karena ribet.
Kalau aku tipe yang akan mencatat uang keluar dan masuk setiap hari dalam satu bulan. Tapi mencatat cash flow aja nggak cukup guys.
Dibilang telaten? Aku hanya menjawab, kadang! Hehehe
Seperti aku sampaikan sebelumnya, aku pernah menggunakan aplikasi 'Money Lover' di smartphone. Dasarnya anak nggak telaten, dari rajin banget input ke aplikasi tentang uang belanja hingga akhirnya kelupaan yang berujung pada unistall. Huhuhuhu. Jangan ditiru!
Pada akhirnya, aku memilih cara manual dengan mengumpulkan nota, struk, kuintansi, hingga catatan kecil uang belanja. Semua itu aku rangkum dalam buku kecil mirip 'bank plecit/rentenir'.
Alhamdulillah, beberapa bulan ini masih rajin mencatat. Duh anak manual banget sih jadinya~ Mohon maaf, aku emang anak manual yang nggak betah menatap layar smartphone lama-lama. (Ngeles).
Beda cerita dengan lawan chatku sebelumnya. Dia adalah teman kampusku yang kini bekerja di kota besar. Dia anak perantauan tapi punya rumah di kota besar (nggak tahu rumah siapa?) Dia seorang laki-laki yang telah bekerja beberapa bulan di kota besar.
Saat ku tanya, "telaten?"
Dia jawab dengan singkat, "iya."
Mari kita beri tepuk tangan yang meriah untuk temanku yang telaten ini. Ini cowok bisa telaten adalah sesuatu yang harus dibanggakan-menurutku sih. Aku pun menimpalinya dengan kata sanjungan, "mantap."
Dia berbalik bertanya kepadaku, "kenapa nggak telaten?"
Aku belum menjawab sudah ditimpali dengan chat darinya dengan nada bercanda. "Sebabnya? Udah tau kalo pengeluarannya bakal lebih gede?"
Hahahaha ini sih iya banget. Batinku.
Dalam chat Minggu pagi, dia bercerita bahwa sejak diterima kerja di kota besar, ia menggunakan aplikasi 'Money Manager'. Kurang lebih empat bulanan (kalo nggak salah ngitung atau aku yang sotoy).
Saking penasaran dan amazed dengan kebiasaan teman, aku pun kembali bertanya. "Trus selama ini cashflow-nya gimana?"
Dia menjawab singkat, "Alhamdulillah."
Jawaban singkat darinya tak memuaskan rasa penasaranku. Aku kembali bertanya, "masih bisa nabung? Berapa persen?"
*Hai temanku, mohon maaf kalau aku kepo ;).
Dia kembali menjawab, "bisa. Berhubung nggak ngekos kadang bisa 50 persen. Di Jogja gimana? 75 persen?"
Seketika aku hening sehening-heningnya........ jeng jeng jeng~ Aku kembali takjub dengan jawaban temanku.
"Kok aku jadi tertampar ya," balasku.
Aku menjelaskan maksudnya bahwa selama ini aku hanya menyisihkan sebagian penghasilanku untuk menabung. Sisanya kebutuhan sehari-hari. Kalau dihitung tidak ada angka mencapai presentase setengah dari gaji. Setdah aku nulis ini sambil sedih. Cryyyyyy....
Padahal kalau ditarik benang merah, temanku di kota besar bisa menabung karena nggak bayar kosan. Begitu pula sebaliknya, aku di sini ada rumah. Hiks..
Dia kembali bertanya sekaligus membuatku makib sedih. "Wah gimana tuh? Zaman freelance aja kadang malah utuh."
Balasanku cukup membuatku makin tersadar. "Aku kok jadi sedih siiiih. Berasa boros."
Foto: unplash |
Karena selama ini, aku hanya mencatat pengeluaran dan pemasukan. Tanpa tahu berapa persen buat hal konsumtif atau invest. Akhirnya ku jawab sekadarnya.
"Bantu ortu, beli bekal rumah tapi nabung di awal."
Sejak saat itu, aku bertekad untuk lebih sayang sama uang. Mau pakai apps lagi tapi sayang memory hape penuh~
Bulan sebelumnya, aku juga coba ikut talkshow keuangan. Belajar main investasi jangka panjang. Mulai cari tahu tentang main saham dari temen-temen. Semoga bisa terlaksana bulan depan! Aamiin............
Segitu dulu obrolan eh curhatanku tentang keuangan. Besok kita lanjut lagi tentang buku, website rekomendasi belajar keuangan, hingga media sosial seputar financial literacy.
Akhir kata, jangan lupa nabung!
Xoxo