Sendiri di hamparan pasir |
Satu kata yang menjadi akhir dari segala pikiran liar saya. Sekali-kali ikutan macam Foucault (Pikiran liar-red). *Abaikan*
Jumat-Sabtu (6-7 Maret 2015), Saya bersama ketigabelas temen kuliah menjajal touring ke Jawa Timur, tepatnya di Pacitan. Tak hanya itu, kami pun melakukan silaturahmi atau berkunjung ke nenek Diandut. "Hebat betul teman-temanku ini," batinku. Mereka mengendarai sepeda motor lengkap dengan perlengkapannya selama kurang lebih tiga jam. "Kalian wanita kuat. Pastilah, lekaki yang mendampingi kalian akan bangga," tambahku dalam hati.
Perjalanan yang panjang dan berkelok-kelok membuat saya bosan. Mau ngajakin ngobrol ayuwe (teman semotor saya) takut ganggu, mau nyanyi terus-lagu kepotong mulu (bozen). Alhasil, saya merekam perjalanan keempatbelas perempuan di jalan (Jogja-Pacitan).
Kini video rekaman itu hampir saya mutar setiap hari. Hehe efek berkesan melekat sih. Pada media sosial pun kerap saya kunjungi. Foto-foto upload-an temen di IG, share foto di WA, dsb.
Sedikit mengelitik pikiran saya. Adalah foto yang teman-teman saya post. Mereka membuat caption terkait status kesendirian, seperti No Boys No Cry, Sendiri juga nikmat, lupakalojomblo, dsb.
Teman-teman touring kemarin, kebanyakan memang melajang. Namun, mereka tak merasa sendiri. Pasalnya ada mas-mas disana yang mungkin sedang mempersiapkan untuk kami. Atau mas-mas itu sedang menuju ke arah kami, hanya saja kami juga sedang bergerak. Jadi belum ketemu~ Mereka punya alasan masing-masing.
Buat mas-mas yang ada di sana,
Kelak, kalian akan beruntung dan bangga memiliki perempuan kuat seperti (temen-temen touring saya). Semoga temen-temen segera dipertemukan dengan mas-mas idaman hati. AMIN
XOXO