Juni telah menuju pada angka ke-sembilan. Sudah terlampau
jauh untuk menyesali semua yang telah terlewati. Ya, menurut saya sih begitu.
Rasanya tidak ingin menemui bulan ini. Entah, mengapa saya sampai berpikiran
seperti itu. Namun pada akhirnya, saya tetap berjalan menerjang bulan ini.
Pikiran negatif dan hal buruk lainnya sempat singgah di
kepala. Membuyarkan semua hal positif dan semangat untuk memperjuangkan
semester ini. Ada setumpuk angan yang saya untai membentuk pengharapan.
Menantikannya tak ubahnya harapan. Tak perlulah saya jabarkan, cukup saya dan
Tuhan yang tahu. Kini, semester ini akan usai. Batas akhir semakin mendekat.
Sejauh apa angan itu terbungkus? Tergenggam dalam rangkaian jemari kemudian
memegangnya erat.
Saya akui, kadang saya merasa over thinking dengan hal-hal di atas. Sampai dosen bilang, “kamu
itu jangan mempersulit diri sendiri.” :’) Digawe
abot dewe (dibawa berat sendiri-red). Baiklah, saya harus mencari solusi
dari masalah ini. Intinya nggak mau tuh mikir berat sendiri. Mikir hal-hal
tentang orang lain, yang belum tentu juga mikirin hal serupa. Misal dalam
relasi pertemanan, relasi tugas, dan sebagainya.
Untungnya, saya segera menemukan cara ampuh mengatasi
masalah yang saya alami. Bagi saya, saya adalah aktor yang mengetahui secara
mendetail tentang diri saya. Jadi saya tahu apa yang saya inginkan. Kalau di
dunia pekerjaan sosial, penyandang masalah sosial-lah yang harus mengetahui
cara apa yang harus diambil untuk mengatasi masalahnya, karena dia-lah yang
mengetahui masalah itu. Semboyannya to
help people to help themselves. Ralat kalau kurang tepat ya.
Cara menyenangkan mengurangi pikiran negatif dan over
thinking menurut saya:
1.
Minum coklat panas. Saya lebih suka menyeduh
secangkir coklat panas, daripada mengonsumsi coklat batangan. Sensasi hangat
dan aromanya akan berbeda. Entah sugesti atau memang coklat punya manfaatnya.
Jelas mampu mengurangi over thinking, jadi
lebih rileks.
2.
Bicaraaaaaaaaa dan ceritaaaaaaaaaaaaaa. INI AMPUH
BANGET. Saya pernah baca artikel (lupa darimana). Artikel tersebut menyebutkan
bahwa perempuan memang cenderung memiliki kosa kata yang banyak tiap hari.
Maksudnya, perempuan itu emang seharusnya seneng ngomong. Nggak heran, kalau
perempuan lebih cerewet, lebih suka ngobrol, dan gosip. Ya, intinya perempuan emang seneng cerita.
Seneng ngobrol sana-sini. Seneng curhat. Tapi emang terbukti, kalau udah cerita
sama orang pasti langsung lega. Ceritanya nggak melulu soal masalah yang
dibahas. Akan tetapi cerita apapun. Entah itu mantan, bribikan, kehidupan,
kebaperan, kekocakan dan lain-lain. Itu pengalih sekaligus penyembuh overthinking dan pikiran positif. Kamu
masih punya kebahagian bersama orang lain.
Lewat postingan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa
ceritalah, bicaralah. Karena kamu hidup untuk saling bercerita. Berkomunikasi
dengan sesamamu. Sampai-sampai aku setel playlist lagu Mari Bercerita milik
Payung Teduh. Yaaaaap. Kita nggak akan pernah tahu, percakapan kita ini
bermakna atau tidak. Kalau kita tidak memulai untuk berbicara dan bercerita.
XOXO