Ini tulisan ke-16 dari kumpulan Cerita Vindia di tahun 2019. Sebelumnya, kamu bisa baca tulisan lain di sini.
Ivandeva menambahkan bahwa orang yang biasanya menyebut dirinya selesai justru belumlah selesai.
Udah nangkep poinnya, kan?
Ivan mengajak kita untuk terus menikmati proses yang nggak kunjung selesai. Proses tersebut jadi bagian untuk menyelaraskan diri. Ada beberapa cara yang dikupas untuk menemukan diri selaras di antaranya:
>> Kontemplasi dengan diri sendiri.
>>Menjawab empat konsep dengan sungguh-sungguh.
>>Jangan lupa juga, kita bukanlah pemain tunggal di hidup. Ada hal lain di luar kita yang bisa memberikan pengaruh dalam hidup. Sebut saja Sang pencipta hingga orang-orang di luar kendali kita. Kalau merujuk pada buku Filosofi Teras, hal-hal di luar kendali kita.
Sering kali, kita merasa risau dengan hal-hal di luar kendali kita. Tapi Ivandeva menekankan bahwa tidak tidak boleh melupakan hal-hal di luar kita.
"Kita perlu membuat jeda ketika berupaya," jelas Ivandeva.
Ketika berupaya hal yang ditekankan adalah proses dan bukan hasil yang dijadikan klaim. Ketika demikian, kita akan merasa lebih bersyukur dengan proses yang sedang dijalani.
Ketika mengalami kegagalan, kita tidak akan dirisaukan. Gagal sendiri terjadi karena apa yang kita harapkan tidak terwujud. Sementara kalau kita sudah merasa selaras, kita lebih mengharapkan pada proses.
Kalau sedang merasa gagal alias ekspektasi nggak sesuai dengan realita, pasti kita bakal merasa sedih, kecewa, bahkan marah. Kalau sudah begitu, Ivandeva mengusulkan untuk berjeda.
Setelah menghela napas, Ivan menambahkan, "emang yang ngasih napas siapa?"
Ivan menjelaskan bahwa satu helaan napas menjadi refleksi diri.
"Kalau masih bisa bernapas, berarti masih punya kesempatan," jelasnya.
Kita masih bisa bernapas berarti kita masih diberi kesempatan sama Tuhan untuk memperbaiki diri.
Podcast kali ini sungguh menyentil perasaan galau yang sedang dialami. Kalau aku masih diberi napas berarti aku masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Masih bisa mengubah nasib. Jangan bersedih lagi, yuk~
"Setiap dari kita pasti ditunggu. Ditunggu untuk memudahkan orang lain," adalah kata-kata yang membuat aku pribadi lebih berguna sebagai manusia.
Di akhir kesempatan, aku mendengarkan kutipan yang nggak kalah menyentil.
16 Januari 2019.
Melanjutkan dari cerita postingan sebelumnya yang berjudul sama dengan tulisan ini. Setelah kita mencoba mencari tahu apa, siapa, upaya, dan agenda, selanjutnya kita melakukannya. Kita harus benar-benar mengalaminya. Maksud dari benar-benar mengalaminya adalah jangan setengah-setengah.
Setelah menemukan empat konsep dan menjalaninya dengan sungguh-sungguh, lantas nggak membuat kita selesai, lho.
Selesai dengan diri sendiri itu bukan berarti udahan atau selesai beneran. Kayak orang pacaran putus, yaudah bye. Nggak gitu~
"Proses selesai, tak kunjung selesai," kata Ivandeva.
Ivandeva menambahkan bahwa orang yang biasanya menyebut dirinya selesai justru belumlah selesai.
Udah nangkep poinnya, kan?
Ivan mengajak kita untuk terus menikmati proses yang nggak kunjung selesai. Proses tersebut jadi bagian untuk menyelaraskan diri. Ada beberapa cara yang dikupas untuk menemukan diri selaras di antaranya:
>> Kontemplasi dengan diri sendiri.
>>Menjawab empat konsep dengan sungguh-sungguh.
>>Jangan lupa juga, kita bukanlah pemain tunggal di hidup. Ada hal lain di luar kita yang bisa memberikan pengaruh dalam hidup. Sebut saja Sang pencipta hingga orang-orang di luar kendali kita. Kalau merujuk pada buku Filosofi Teras, hal-hal di luar kendali kita.
Sering kali, kita merasa risau dengan hal-hal di luar kendali kita. Tapi Ivandeva menekankan bahwa tidak tidak boleh melupakan hal-hal di luar kita.
"Kita perlu membuat jeda ketika berupaya," jelas Ivandeva.
Ketika berupaya hal yang ditekankan adalah proses dan bukan hasil yang dijadikan klaim. Ketika demikian, kita akan merasa lebih bersyukur dengan proses yang sedang dijalani.
Ketika mengalami kegagalan, kita tidak akan dirisaukan. Gagal sendiri terjadi karena apa yang kita harapkan tidak terwujud. Sementara kalau kita sudah merasa selaras, kita lebih mengharapkan pada proses.
Kalau sedang merasa gagal alias ekspektasi nggak sesuai dengan realita, pasti kita bakal merasa sedih, kecewa, bahkan marah. Kalau sudah begitu, Ivandeva mengusulkan untuk berjeda.
"Kita perlu berjeda. Paling tidak satu helaan napas," katanya dalam podcast.
Setelah menghela napas, Ivan menambahkan, "emang yang ngasih napas siapa?"
Ivan menjelaskan bahwa satu helaan napas menjadi refleksi diri.
"Kalau masih bisa bernapas, berarti masih punya kesempatan," jelasnya.
Kita masih bisa bernapas berarti kita masih diberi kesempatan sama Tuhan untuk memperbaiki diri.
Podcast kali ini sungguh menyentil perasaan galau yang sedang dialami. Kalau aku masih diberi napas berarti aku masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Masih bisa mengubah nasib. Jangan bersedih lagi, yuk~
"Setiap dari kita pasti ditunggu. Ditunggu untuk memudahkan orang lain," adalah kata-kata yang membuat aku pribadi lebih berguna sebagai manusia.
Di akhir kesempatan, aku mendengarkan kutipan yang nggak kalah menyentil.
"Terus berusaha tanpa mengharuskan. Terus berserah tanpa bermalasan," pungkasnya.