Bermula dari promo tiket murah sebuah maskapai penerbangan di tahun 2017, akhirnya aku dan temanku memutuskan untuk berlibur ke Singapura. Awalnya nggak ada bayangan bakal liburan kedua negara sekaligus (Malaysia-Singapura), tapi akhirnya dijalani karena kita punya lima hari waktu di Singapura.
Biasa trik promo murah, berangkat murah tapi pulang mahal. Alhasil karena mencari harga tiket yang murah, setelah dihitung-hitung kami punya waktu lima hari buat traveling di Singapura. Bagi sebagian orang khususnya teman-teman yang pernah ke Singapura, liburan lima hari di Singapura itu terlalu lama. Saat minta rekomendasi ke teman-teman yang pernah traveling ke Singapura, semua kompak bilang, "ngapain lima hari ke Singapura?"
"Singapura itu kecil, kelamaan kalau lima hari di sana."
"Buseeet, lima hari banget? Biaya hidup di sana mahal, lho."
Ternyata beberapa ungkapan di atas terjadi pula oleh teman travelingku. Kamipun memilih untuk merancang ulang rencana lima hari di Singapura. Berhubung tiket sudah di tangan, hal yang bisa dilakukan adalah otak-atik itinerary.
Bicara soal itinerary, kami menyusunnya secara terpisah. Kami nggak pernah ketemu, kecuali saat temanku main ke Jogja. Nyusun semua persiapan traveling cuma via WhatsApp. Semua berjalan lancar sampai jelang seminggu berangkat, temanku nggak ada kabar. Aku WhatsApp, telepon, DM Instagram, tapi nihil. Mulai paniiiiik... Sampai akhirnya, aku buka email. Temanku bilang, kalau handphonenya ketinggalan di rumah. Sementara beliau sedang ada pelatihan atau diklat. Huhuhuhu seneng banget pas baca email, lega :)
Karena mudah terpengaruh pengalaman teman-teman, akhirnya ngide.
"Bagaimana kalau kita liburan ke Malaysia sekalian?"
Sungguh ngide yang disambut positif padahal jelang berangkat, kita cuma bahas spot-spot di Singapura aja. Cari penginapan Singapura oke, beli Singapore Tourism Pass oke, simcard ntar beli di Sevel yang murah, cari info tentang Singapura okeeeee.. Tapi soal liburan ke Malaysia tepatnya di Kuala Lumpur, kami cuma kepo harus naik apa ke sana.
Karena nggak pengen kayak orang tak tahu arah, akhirnya cari informasi lewat grup-grup Facebook Traveling dan pengalaman teman. Sebagian besar menyarankan untuk cari penginapan di lokasi a, b, c, d. Kami mengingat nama-nama lokasi kemudian booking lewat aplikasi.
Waktu lima hari liburan, kami membaginya jadi tiga hari pertama di Singapura, hari ketiga siang-sore sudah harus naik bus menuju ke Terminal Besepadu, Malaysia. Masalah tiket bus buat pindah negara sepenuhnya beli saat on the spot. Kami menuju Queen Street di Singapura naik SBS atau bus. Setelah itu, beli tiket seharga 3,05 SGD per orang (kalau nggak salah). Selanjutnya, naik bus menuju perbatasan dan imigrasi.
Waktu tempuh menurut informasi butuh tujuh jam perjalanan (Kalau lancar). Tapi ternyata, kami melintas Singapura-Malaysia saat jam sibuk. Antrian imigrasi macam antrian BBM langka zaman dulu.
Setelah mempersiapkan itinerary, jelang berangkat kami menukar uang. Sisanya, niat dan doa. Sebelum berangkat, pastikan barang-barang wajib yang harus dibawa seperti passport, colokan travel universal, botol minum, sunscreen, uang, apalagi ya?
Oh iya, jangan lupa bawa koyo dan pilih sepatu atau alas kaki yang nyaman. Karena sobat liburan hemat harus memanfaatkan transportasi umum alias jalan kaki is a must! Olahraga kalau perlu biar nggak kaget pas liburan.
Untuk pengalaman tentang pengalaman menyebrang imigrasi Singapura-Malaysia dan Malaysia-Singapura, ataupun liburan di Singapura dan Malaysia, tunggu di postingan selanjutnya ya!