Hai blog. Maaf ya, saya sempat menduakanmu. Hehe
Akhir-akhir ini saya kembali mengaktifkan tumblr. Sederhana alasannya, biar update, nggak terkesan ditinggalkan. Hehe meskipun sebenarnya sempat saya tinggalkan, karena saya ingin fokus ke blog saja.
Hampir setahun saya vakum dari tumblr, namun akhirnya saya kembali mengisi lembaran demi lembaran di tumblr. Kalau kalian selo, kalian boleh buka pilipindi.tumblr.com
Inginnya membawa suasana keseharian dariku. Semacam jurnal harian gitu, namun beberapa hari bolong nggak nulis. Alhasil ya begitulah adanya.
Kadang saya masih binggung, blog saya yang ini arahnya kemana? Kontennya apa? Isinya apa? Kok nggak jelas? kok macem-macem? Kadang galau, kadang seneng, kadang soksok puitis, dan lain-lain.
Hmm saya sendiri pun binggung. Ke depannya pengen bikin konten yang lebih bermutu. Tapi tapi, bikin tulisan yang serius kok kesannya ngebosenin ya? Huft binggung.
Balik ke tulisan di bawah nama blog ini. "Sukanya membingkai hal-hal di pikiran," yep yep, semua tulisan saya di blog ini adalah hasil dari pikiran saya yaaaaaang macem-macem. Hehe jadi maklumlah, jika blog ini kontennya macem-macem.
Well said. Wkwk *ngeles aja*
Baiklah, kalian bisa baca kedua tulisan saya, baik di tumblr atau blog ini. Jangan banyak-banyak baca nanti ketagihan :")
Sekian dan terima kasih.
Aslinya pengen nulis tentang 2015, kegagalan, kurangnya motivasi, hasil seminar/event yang diikuti, maupun keinginan 2016, tulisan kkn jugaaaa. Letter project jugaaaaaak. Yep kudu semangat nulis.
Maaf ya, saya sering malas ngetik buat cerita, lagi bosen ngetik naskah masa depan. You knowlaaaah :p
Xoxo
Akhir-akhir ini saya kembali mengaktifkan tumblr. Sederhana alasannya, biar update, nggak terkesan ditinggalkan. Hehe meskipun sebenarnya sempat saya tinggalkan, karena saya ingin fokus ke blog saja.
Hampir setahun saya vakum dari tumblr, namun akhirnya saya kembali mengisi lembaran demi lembaran di tumblr. Kalau kalian selo, kalian boleh buka pilipindi.tumblr.com
Inginnya membawa suasana keseharian dariku. Semacam jurnal harian gitu, namun beberapa hari bolong nggak nulis. Alhasil ya begitulah adanya.
Kadang saya masih binggung, blog saya yang ini arahnya kemana? Kontennya apa? Isinya apa? Kok nggak jelas? kok macem-macem? Kadang galau, kadang seneng, kadang soksok puitis, dan lain-lain.
Hmm saya sendiri pun binggung. Ke depannya pengen bikin konten yang lebih bermutu. Tapi tapi, bikin tulisan yang serius kok kesannya ngebosenin ya? Huft binggung.
Balik ke tulisan di bawah nama blog ini. "Sukanya membingkai hal-hal di pikiran," yep yep, semua tulisan saya di blog ini adalah hasil dari pikiran saya yaaaaaang macem-macem. Hehe jadi maklumlah, jika blog ini kontennya macem-macem.
Well said. Wkwk *ngeles aja*
Baiklah, kalian bisa baca kedua tulisan saya, baik di tumblr atau blog ini. Jangan banyak-banyak baca nanti ketagihan :")
Sekian dan terima kasih.
Aslinya pengen nulis tentang 2015, kegagalan, kurangnya motivasi, hasil seminar/event yang diikuti, maupun keinginan 2016, tulisan kkn jugaaaa. Letter project jugaaaaaak. Yep kudu semangat nulis.
Maaf ya, saya sering malas ngetik buat cerita, lagi bosen ngetik naskah masa depan. You knowlaaaah :p
Xoxo
Saya kira masalah orang dewasa yang begitu kompleks hanya ada di layar kaca. Seperti masalah ayah ibu dan yang mereka permasalahkan.
Ternyata saya salah. Masalah itu ada dan benar-benar ada. Apa yang ada di layar kaca kan banyak yang terinspirasi dari kisah nyata, vin.
Saya kira masalah orang dewasa akan jauh dari jangkauanku.
Lagi-lagi, saya salah. Masalah orang dewasa selalu mengikuti satu langkah di belakang, depan, dan samping kiri-kanan.
Sadarkah kalian orang dewasa? Ada yang menyaksikan permasalahan kalian. Perdebatan sengit kalian. Ku rasa kalian terlalu nggak peduli dengan para penonton itu. Yang kalian pedulikan adalah kebahagiaan kalian sendiri.
Entah sampai berapa lama lagi, penonton harus melihat adegan-adegan. Penonton itu tak dapat berpaling. Ada rantai di kedua kakinya. Memaksanya untuk tinggal dan menyaksikan itu semua. Sesekali penonton menangis karena tak sanggup. Beberapa kali menutup kedua matanya untuk menghalangi pandangannya. Apa yang didapat? Suara bising menyeruak. Penonton pun mengarahkan kedua tangannya ke lubang telinga. Mata terbuka. Ia kembali menyaksikan adegan demi agenda. Namun ia sadar, ia dapat memejamkan mata sembari menutup telinga. Seketika gelap dan sunyi.
Penonton itu kini berada dalam kegelapan dan kesunyian. Kehilangan pemandangan indah nan membahagiakan. Kini penonton merasa terkurung dan terkekang.
Mau sampai kapan bertahan, penonton?
Xo