Untukmu,
Lelaki yang ku kenal Bang Toyib (bukan nama sebenarnya).
Aku mengenalmu sama halnya mengenal dunia kampus. Ya selama itu juga, aku belajar memahami banyak karakter orang. Sampai saat ini, aku masih mengenalmu, juga memahami karakter orang. Bedanya, aku denganmu memiliki jeda yang cukup banyak. Intensitas kita pun tak semulus jalan tol. Kadang kau hadir di sela kehidupanku, kadang juga kau pergi begitu saja. Ya mungkin maksudmu untuk menjalin silaturahmi denganku. Mungkin bagimu pula, cara tersebut mampu menjawab sesuatu hal tentangku atau melepas sebuah hal yang sedang kau rasakan. Entah ada berapa kemungkinan yang selalu aku ungkapan untuk mengatakan bahwa, hal yang kau lakukan selama ini, adalah hal biasa. Bukan apa-apa.
Dulu suatu ketika, ada kemungkinan lain kuat menjalar di benakku. Meruntuhkan dinding kokoh ketidakpedulianku terhadapmu. Aku mulai larut dalam suasana lain itu. Namun, ada hal lain yang menunjukkan. Aku tak boleh seperti ini. Aku harus mengendap. Mempertahankan seperti sebelumnya. Yep. Aku pun menerima keadaan itu dan menjadikanku endapan yang akan mengeras seiring waktu.
Kini dengan suasana baru, setelah sekian waktu. Lagi-lagi, kau kembali datang.
Apakah aku harus melarutkannya? atau mempertahankan endapan ini?
What should I do, dude?
XOXO