Papan peringatan Kawasan Hutan Mangrove Pantai Pasir Mendit |
Dingin-dingin seperti ini, memang cocok ditemani oleh secangkir teh hangat dan semangat berbagi lewat tulisan. Kali ini, saya kembali dengan tulisan bertema jalan-jalan. Sebenarnya ada banyak cerita jalan, namun sebagian besar disimpan di memori dan foto tanpa sempat dibagikan lewat blog.
Dengan suasana, niat, dan tahun baru, saya mulai membagikan cerita perjalanan saya menuju sebuah lokasi wisata di sekitaran Jogja. Ceritanya, penulis ingin berwisata sekadar keluar dari aktivitas. Penulis pun menelusuri akun-akun sosial media berbau wisata, namun penulis tidak menemukan lokasi yang sesuai dengan keinginan hati. Pada akhirnya rencana wisata terganti dengan rencana "kerja", kemudian wisata berujung wacana.
Suatu ketika, saya sedang membaca timeline twitter. Jujur,
saya masih suka menggunakan twitter. Udah jarang yang main, tapi melihat
timeline twitter itu menyenangkan daripada membaca timeline facebook. Masih
asyik menaik-turunkan timeline, saya menemukan sebuah twit dari akun infojogja
(kalau nggak salah). Twit tersebut menampilkan sebuah foto kiriman netizen
mengenai lokasi wisata yang jarang ku lihat. Nama lokasi tersebut pun jarang dipost mbak-mas hitz instagram maupun akun lainnya.
Namanya Pantai
Congot. Lokasinya di Kulon Progo. Hmmm setahu saya, pantai hitz di Kulon Progo itu Glagah yang terkenal dengan laguna dan
pemecah ombaknya. Lalu apa yang menarik dari Congot? Mengapa tidak se-hits
Glagah? Jawabannya di foto netizen itu. Congot ada bakaunya. Hmm Hmmm ternyata
saya salah. Congot pun sama terkenalnya dengan Glagah. Pantai Congot lokasinya
di sebelah barat Pantai Glagah. Jadi kalau masuk Glagah bisa lanjut ke Congot,
Congot pun sebaliknya. Karena ingin wisata bakau, saya pun mengajak teman saya,
Dian. Lalu kita sepakat untuk pergi ke Congot.
Minggu (31/1) Saya dan Mbak Dian berangkat dari Godean ke Pantai Congot mengendarai motor. Berangkat melewati Jalan Wates kemudian menuju lokasi menghabiskan waktu kurang lebih 30-45 menit, karena ada acara mampir jajan dan tanya sana-sini. Lokasi cukup mudah diakses mengingat rambu-rambu lalu lintas dan palang peringatan sangat memudahkan wisatawan untuk mengetahui arah. Nggak usah cemas kesasar.
Finally, sampai di pintu masuk Pantai Congot. Kita disodorkan tiket retribusi masuk, tiap anak Rp 4000 dan tiap motor 1000. (Ingat ya, di dalam ada parkir lagi. Belum termasuk parkir) Cukup zonk buat kami, pasalnya kami hanya meninggalkan motor kurang lebih lima menit lalu kembali dan harus membayar Rp 3000 untuk parkir. Yaudah, nggak apa-apa namanya juga wisata.
Nggak Ada Bakau di Pantai Congot
Pertama kali datang, kami membatin, "di mana bakaunya?" Lalu saya dan Mbak Dian saling tatap. Baiklah, saya kira Pantai Congot menjadi lokasi nan asri dengan bakau/mangrove-nya. Namun pemandangan yang ku temui adalah hamparan pasir hitam nan gersang. Nggak begitu gersang sih, soalnya ada pohon cemara di sekelilingnya. Selain itu ada kolam renang buatan yang menjadi objek andalan bagi masyarakat sekitar untuk berenan. Itu batinku sih hehe Kolam renangnya khusus anak-anak tapi.
Lebarnya nggak selebar parangtritis, karena di batasi oleh pembatas batu-batuan (bukan pemecah ombak). Ada semacam laguna juga, namun kurang menarik bagiku. Jika dibandingkan dengan Glagah, Congot kurang mempunyai daya tarik.
Karena kami mencari bakau, maka kami menanyakan pada warga sekitar, tukang parkir dan lainnya. Bakaunya sebelah mana? Mereka pun kompak menjawab, "bukan di sini mbak." Lokasinya ada di luar pantai ini, nanti ke arah sini-sini *dikasih arahan* Mbak Dian pun membalas, "berarti nggak usah bayar retribusi dong. Sebelum jalan ke sini." Iya bener banget. Jalurnya agak berbeda dengan arah ke Pantai Congot. Akhirnya pun kami jalan ke lokasi bakau.
Beberapa menit duduk di bawah pohon, angin sepoi pun menerpa. Akhirnya jadi pewe makan dan foto-foto, istirahat sejenak. |
Nggak bosen foto kalau sama Mbak Dian. |
Suasana "piknik" di Pantai Congot. |
Menuju Kawasan Mangrove Pasir Mendit
Setelah istirahat sejenak di Congot, kami melanjutkan perjalanan ke lokasi bakau. Perjalanan kurang lebih 15 menit dari lokasi Pantai Congot. Jalannya masuk desa-desa gitu. Ancer-ancer belokannya adalah bekas puskesmas. Pokoknya keluar dari kawasan Pantai Congot dan balik lagi ke jalan gede mau ke arah Purworejo. Setelah itu jalan ke barat sampai menemukan bangunan bekas puskesmas, sekarang digunakan untuk pemeriksaan ternak atau apa (lupa). Lalu setelah itu ikuti jalan ke arah selatan (menuju ujung jalan). Ujung selatan kan pantai, pokoknya ikuti jalan sampai mentok. Ujung jalan ada kuburan dan pemandangan tambak di mana-mana. Setelah itu, kamu belok ke kanan, ikuti jalan aja, sampai menemukan tulisan kawasan Mangrove Pantai Pasir Mendit.
Taraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..........................
Sampai..................................
Mangrove Pantai Pasir Mendit |
Mbak Dian foto berlatar mangrove |
Foto di Jembatan Bambu berlatar tanaman bakau. |
Terdapat beberapa warga lokal dan pengunjung di Pantai Pasir Mendit |
Pemandangan Kawasan Mangrove Pantai Pasir Mendit |
Panas-panas tetep foto. |
Menghilangkan kegelisahan Mbak Dian di atas jembatan bambu dengan selfie. |
Panas-panas ada yang mancing |
Setelah saya tanya ke mas-mas parkir, sini daerah mana mas? Masnya bilang sini masuk Pasir Mendit, Temon, Kulon Progo. Bukan Congot ya, bukan. Jadi jangan nyebut Bakau Congot, tapi Bakau Pasir Mendit.
Selamat jalan-jalan, tetap jaga lingkungan. Jangan buang sampah sembarangan, patuhi peraturan. Jadi wisatawan yang pintar ya. :)
XOXO