foto: unsplash |
Kenal saham pertama kali dari teman kuliah. Ada beberapa teman ngobrol asyik soal saham. Mereka bercerita soal grup di Line yang isinya seputar saham dan bitcoin. Penasaran jadi modal awal buat gabung ke grup. Minta tolong teman untuk masukin ke grup. Masih jadi silent reader karena beneran nggak paham banget sama istilah-istilahnya.
Lebih jauh, sebagai first jobber, aku punya banyak keinginan namun modal yang terbatas. Apalagi income yang nggak besar, aku harus pintar mengolahnya. Dari beli buku soal manajemen finansial sampai praktek langsung, diriku haus akan informasi. Makin tertarik dengan informasi dan manajemen keuangan, lalu jiwa mudaku tersulut. *Teringat cita-cita dulu ingin masuk jurusan ekonomi/manajemen karena ingin mengatur uang*
Berhubung teks yang ada di buku kurang berkaitan dengan realita kehidupan, akhirnya mulai cari info-info di media sosial. Dari situ kenal, Jouska yang kasus viral di media sosial soal gaji habis buat kopi. Pasti kalian udah baca atau sekadar mendengar, kan?
Berasal dari Jouska, aku mulai ikut workshop soal finansial dan investasi. Dulu Jouska pernah mengadakan workshop ke kota-kota tertentu, salah satunya Jogja. Yeay! Nggak pikir panjang, langsung daftar. Dengan harga Rp 250.000, aku dapat pengetahuan banyak soal investasi, manajemen keuangan, produk investasi, hingga ekonomi makro. Pusing sih, tapi seneng!
Baca juga:13 Pelajaran hidup yang diperoleh di tahun 2018.
Pada workshop tersebut, peserta diberi kesempatan untuk mendaftarkan akun sekuritas untuk buka akun untuk jual beli saham. Nggak ingin menyiakan kesempatan, aku ikut daftar. Prosesnya agak lama, karena nggak ke sekuritas langsung. Setelah itu, muncul email soal pendaftaran akun sekuritas dan rekening dana nasabah (RDN) yang digunakan untuk rekening transaksi saham.
Beberapa hari selanjutnya-setelah aktif, aku dapat paket dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Mereka mengirimkan kartu tanda investor. ........................... (lupa namanya apa, tapi warnanya merah). Wew, baru ngeh ternyata ada kartunya ya..
Lanjut dari situ, aku masih nggak ngerti cara beli dan jual saham. Sekadar punya aja dan nggak tahu cara makainya. Lol! Lalu pernah ngobrol dengan temanku, ia bercerita ikut kelas Yuk Nabung Saham yang diadakan oleh TICMI di Jakarta. Sejak saat itu, aku cari tahu apa itu TICMI dan adakah kelas serupa di Yogyakarta?
TICMI itu semacam lembaga atau sekolah pasar modal untuk pelatihan dan sertifikasi. Buat pemula, ada banget kelasnya. Nggak cuma TICMI, lembaga seperti IDX juga rutin mengadakan kelas pengenalan saham setiap bulan. Aku mengikuti kelas yang diadakah oleh IDX Jogja bernama Sekolah Pasar Modal.Tahu itupun dari temanku bernama Inur.
Ikut Sekolah Pasar Modal
Ternyata, harga dan kelas pengenalan saham cukup terjangkau. Cuma dengan uang Rp 100.000, aku sudah bisa ikut kelas Sekolah Pasar Modal. Buat info lengkapnya bisa cek di linknya langsung ya. Uang Rp 100.000 yang dibayarkan, nantinya akan jadi uang di rekening dana nasabah kita. Dah nggak rugi, deh!Buat persyaratan buka rekening, coba cek langsung di web ya! Seingetku, beberapa berkas yang disiapkan adalah fotokopi buku tabungan bagian depan yang ada nama dan nomor rekening, foto kopi KTP, foto kopi NPWP (jika punya), dan materai.
Belajar Analisis Teknikal dan Fundamental
Salah satu materi yang ada di Sekolah Pasar Modal adalah analisis Teknikal dan Fundamental. Jujur, nggak ngerti sama grafik, chart, dan kode-kode dari pergerakan saham. Lagi-lagi, aku penasaran dan nggak mau merasa bego karena nggak paham. Akhirnya, setelah kelas, iseng buka aplikasi sekuritas, buka chart, cari tahu soal inisial-inisial seperti EPS, DER, ROE, yang sampai sekarang masih kebolak-balik.
Lama-lama jadi tahu dan paham. Secara garis besar, analisis teknikal itu melihat pergerakan harga saham dengan beragam alat. Analisis ini digunakan oleh para trader yang setiap hari menjual dan membeli saham. Beda dengan investor, mereka lebih suka menggunakan analisis fundamental. Nah analisis fundamental ini menggunakan beberapa indikator yang aku sebutkan sebelumnya, seperti EPS, DER, ROE, dan lain-lain.
Berhubung aku anak bawang, aku juga membekali informasi lewat grup-grup WhatsApp, Telegram, beli buku, dan diskusi bareng teman yang udah lebih dulu terjun di saham. Temanku dengan sabar mengajari, alat apa yang digunakan untuk analisis teknikal. Istilah-istilah asing, cara beli dan jual saham, dan lain-lain. Thanks to Janu!
Praktik Langsung
Tentu sebagai anak bawang, nggak bisa dilepas sendiri. Kebanyakan tanya sama teman sampai lihat tutorial di YouTube. Pokoknya, jangan malu bertanya ya!
Setelah mulai tahu siklus dan cara kerja saham, senang sekali melihat portfolio (saham yang kita miliki) berwarna hijau. Dari situ, jadi kegirangan buat beli lagi, lagi, dan lagi. Kecanduan~
Cuma, sebagai seorang investor pemula. Kita juga nggak boleh lupa soal risiko. Saham dikenal sebagai investasi jangka panjang yang punya risiko besar dibanding jenis investasi lain. Oleh sebab itu, jangan sedih kalau sahammu sedang merah alias cut loss. Paling buruk, pengalamanku setahunan belajar adalah cut loss di atas 29 persen. Itu pun saham gorengan yang ku beli dengan jumlah lot sedikit. Jadi ku santayyy aja, nggak sedih-sedih amat.
Belajar Saham Membuka Cakrawala
Sejujurnya, saham itu nggak cuma belajar saham doang. Kamu bakal belajar manajemen keuangan, ekonomi makro, kebijakan negara, hubungan internasional antarnegara, dan mantengin berita.
Baca juga: Ngobrolin gaji, nabung, dan kebiasaan sebulan versi cewek dan cowok
Seru dan menyenangkan. Apalagi sekarang, terbuka luas buat cari tahu soal cara berinvestasi saham. Setiap daerah ada komunitasnya yang bisa diikuti. Kalau nggak sempet atau nggak punya waktu, bisa dengerin podcast, buka YouTube, dan lain-lain.
Stigma Saham
Aku juga ingin berbagi cerita soal pengalamanku berinvestasi saham. Jujur, nggak selalu manis seperti kampanye dan kisah sukses yang ada di buku-buku. Selain pernah cut loss gede, aku pernah mendapat stereotip bahwa saham itu riba. Saham itu ketinggian buat cewek. Cewek itu harusnya, nggak belajar saham. :"))))))))) Oh dear, sedih dengarnya. Pengen adu argumen tapi bodo amat deh. Dari awal kita emang beda!
Padahal dalam benak, waktu awal-awal belajar saham. YA ALLAH, KENAPA W BARU BELAJAR SEKARANG YA! TELAT HUHUHU. COBA DARI DULU!
Setelah ngegas sedih, lalu menenangkan dengan kata-kata.
"NGGAK ADA KATA TERLAMBAT BUAT BELAJAR!!!!!!!!!!!!!!11!!"
Jangan takut sama saham, saham itu bisa dipelajari. Ada ilmunya, kalau takut itu riba, monggo baca-baca lagi dan yakinkan dirimu. Ada banyak saham yang masuk kategori Syariah kok! So why did you worry?
Kalau mau belajar, diskusi, atau sharing. Aku membuka kesempatan dengan luas!