Selang satu jam berita rilis, nambah tiga orang yang meninggal. Lalu muncul nama coronavirus yang disebut jadi pemicunya. Saat itu Indonesia kayaknya masih santai dan woles yaaa. Nah mulailah keparnoan sejak kasus di Wuhan merebak dan Indonesia serasa santai banget dan jumawa nggak bakal kena deh Indonesia. Hmmmm well see ya sekarang ujungnya bagaimana~
Beberapa informasi ku peroleh alasan mengapa orang Indonesia secara garis besar ngeyel dan denial soal virus corona. Cek selengkapnya di Podcast Kejar Paket Pintar episode ini ya.
Setelah dua bulan dari kasus pertama diumumkan di Indonesia, udah mulai adaptasi dengan new life and activity ya~ Kalau berita-berita sekarang menyebutnya new normal life.
New normal life, welcome.
Beberapa kali baca berita soal new normal life. Isinya kurang lebih menyebutkan kalau pandemi ini mengubah seluruh lini dunia, termasuk kebiasaan kita. Yang paling kelihatan, dari manusia dengan aktivitas dan mobilisasi tinggi. Sekarang harus berdiam diri di rumah. Melakukan aktivitas sebisa mungkin di rumah.
Bagiku, rumah adalah tempat yang menyenangkan. Tapi lain halnya dengan bekerja dari rumah. Lokasi yang cukup pelosok membuat sinyal internet nggak mendukung. Selain itu, gawai pendukung bekerja juga mulai uzur. Tapi tapi aku tetap menjalani bekerja dari rumah dengan legawa.
Dari yang mulanya rindu bepergian dan macetnya jalanan, maklum dulu sebelum pandemi melaju kendaraan sekitar 21 km pulang pergi. Kebayang sekarang aktivitas itu jadi zero kilometer.
Pernah pas awal-awal kerja dari rumah, aku bercerita pada temanku.
“Kayaknya aku merasa pergi bekerja adalah hiburanku.”
Apakah aku se-workaholic itu? Tentu jawabannya tidak. Aku sedang masa adaptasi—transisi dari sibuk menjadi hanya di rumah dengan fase yang lebih slow.
Beberapa kali menangis karena keadaan dan kekhawatiran. Sampai mimpi liburan bareng partner ke Bali. Hahahaha ini gara-gara obrolan jelang tidur, besok setelah pandemi selesai mau ngapain?—sepertinya ya.
Bicara soal mimpi yang aneh-aneh selama pandemi, tenang guys! Udah ada penelitian yang meng-approve hal tersebut. Mimpi buruk ataupun merasa nggak bisa tidur selama pandemi adalah hal wajar. Itu salah satu efek dari pandemi. You can google it ya!
Apalagi ya yang berubah, yang awalnya kalau bosan pasti keluar rumah buat nonton, makan, belanja, sekarang harus putar otak. Cari kegiatan yang relaxing dan menyenangkan biar nggak stres dan bosan.
Pada akhirnya, aku tetap melakukan aktivitas biasa. Menyiram tanamanku, baca buku, nonton film dan series. Bedanya, sekarang aku punya tanaman baru. Aku impulsif tapi mikir keras buat beli bibit sayur dan media tanam (growing kit).
Selain itu, aku jadi install berbagai aplikasi virtual buat komunikasi dengan teman-teman di luar. Video call sesekali, ngobrol dan bicara ngalor-ngidul—menjadi aktivitas baru yang menyenangkan.
Ada lagi nih, ikutan langganan Netflix kembali. Karena merindukan “all around you” di bioskop. Akhirnya nonton Netflix dan langganan biar bisa download ataupun nonton kapan aja.
New normal life ini tampaknya akan berjalan cukup lama. Dengan segala prediksi kapan pandemi selesai. Aku pribadi menyakini ini bakalan lama. Dan pikiran tersebut membuatku terlihat pesimis ya—padahal aku mencoba realistis.
Logikanya gini. Virus baru, belum ada obat. Lalu peneliti cari info dan obat untuk mengobati hal tersebut. Penelitian butuh waktu lama. Belum ujicobanya, belum produksinya, belum vaksin penyebaran dan lain-lain.
Mimpi dan rencana 2020 sepertinya harus ditunda sampai waktu yang nggak diketahui.
“Aku sepertinya akan menurunkan segala ekspektasi dan rencanaku di tahun ini,” kata temanku lewat sambungan telepon.
Aku pun mengamininya.
Terima kasih pandemi corona, aku jadi belajar hal baru lagi. Walaupun sebenarnya nggak baru. Aku mencoba untuk menenangkan diri dan berusaha nggak kepikiran.
Cari kesibukan baru dan tentunya tetap bersyukur dengan keadaan baru—yang sebenarnya nggak baru-baru amat. Kenapa bisa bilang begitu? Banyak orang berpendapat—pendapat ahli di media. Kebanyakan bilang kalau ini bukan hal baru. Karena sebelumnya manusia pernah mengalaminya.
Kita udah sejauh ini berjalan, semoga kita tetap bertahan dan terus beradaptasi ya :)
Jangan lupa berterima kasih sama diri sendiri. Udah berusaha bertahan dan melewati ini semua. Kita semua lagi sama-sama fight dengan keadaan baru. Mari berusaha mengakali keadaan biar hati senang. Imun pun riang.
Ditulis pakai aplikasi di handphone. Jadi nggak bisa upload XOXO.