Pengalaman Konseling Kejiwaan Gratis Dengan BPJS Kesehatan
8:48 PMHai hai hai! Bagaimana kabar kalian semua? Semoga selalu dalam lindungan-Nya ya! Sehat jiwa dan raga.. Aamiin..
Lama tak bersua lewat tulisan di blog. Kali ini aku ingin curhat panjang soal kejadian yang menimpaku selama beberapa bulan. Boleh dikatakan Quarter 1 tahun 2021 sangat memuakkan. Aku beneran mengibarkan bendera putih pada hidup dan segalanya.
Aku akan menulisnya dalam beberapa bagian atau babak. Semoga bisa jadi informasi yang faedah untuk kalian ya..
Babak pertama soal kesehatan mental.
Sejak awal tahun, ternyata tubuhku memberikan respons terhadap suatu kejadian. Aku kemungkinan mengalami psikosomatik yang ternyata jika dibiarkan tentu mengganggu aktivitas. (Please, jangan self diagnose ya!). Tentu hal tersebut didapatkan ketika aku bercerita dengan salah satu temanku. Ia menyebut bahwa dirinya juga pernah mengalaminya.
Salah satu temanku pun merekomendasikan diriku untuk melakukan konsultasi atau memeriksakan diri ke pihak profesional. Pada awalnya aku menerima saran tersebut sembari mempertimbangkan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait masalahku.
Ternyata aku mulai sadar, aku tidak bisa mengatasi masalah tersebut sendirian. Pada akhirnya setelah tiga bulan mengalami kondisi tubuh yang aneh seperti mual, muntah, dan sesak napas setiap hari. Bukan cuma itu, aku kadang mengalami perasaan yang aneh. Aku tiba-tiba susah napas. Lupa cara bernapas, nggak tahu gimana caranya oksigen biar masuk ke hidung. Hmm terdengar aneh bagi orang awam, nanti akan kujelaskan lebih detail.
Selain kondisi fisik yang aneh, aku pun mengalami kondisi psikis yang nggak stabil. Aku hampir setiap hari menangis di perjalanan. Terdengar lebay, tapi itulah yang terjadi. Hampir setiap hari aku menangis tanpa sebab, aku menangis tak kenal waktu. Bisa pagi, siang, sore, ataupun malam hari. Mempertanyakan hidup, kenapa aku hidup? Kenapa aku harus mengalami ini semua? Kenapa harus aku? Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya bisa jadi indikasi kalau aku sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja.
Melihat kondisiku yang tak kunjung menentukan kejelasan, aku pun mencari pertolongan lewat poli jiwa dengan BPJS Kesehatan. Aku sebelumnya mencari informasi terkait prosedur dan kelengkapan berkas jika ingin melakukan konseling psikolog menggunakan BPJS Kesehatan.
Cara mengakses fasilitas kesehatan jiwa dengan BPJS Kesehatan.
Setelah mencari tahu informasi terkait poli jiwa dengan BPJS Kesehatan. Langkah selanjutnya adalah menghubungi pihak terkait, dalam hal ini aku mengontak faskes di Puskesmas karena memang fasilitas kesehatanku ada di puskesmas. Semisal kamu ingin menggunakan BPJS Kesehatan untuk tes kesehatan jiwa, kamu bisa meminta rujukan ke dokter di faskesmu untuk dirujuk ke poli jiwa terdekat.
Setelah menghubungi faskes yang juga ada layanan poli jiwa, aku melakukan janjian dengan psikolog. Nah lalu mulailah sesi konseling dan konsultasi dengan psikolog. Aku melakukan konseling selama 3-4 bulan. Namun pada akhirnya, seiring perjalanan konseling, aku memutuskan untuk meminta rujukan ke psikiater. Ps: hanya dokter yang bisa memberikan rujukan ke dokter jiwa ya.
Baca juga: Mengintip Tips Atasi Stres dari Instagram, Terbukti Nih!
Buat teman-teman yang merasa clueless dengan kondisinya atau merasa nggak tahu harus konsultasi apa atau mulai dari mana? Tenang guys, psikolog lebih paham dan profesional. Jadi pasti punya treatment tersendiri yang sesuai dengan kita.
Selama konseling, aku jadi terbuka untuk mengenal karakteristik diriku. Jujur, mengulik luka atau pengalaman tidak menyenangkan itu sangat membutuhkan tenaga yang besar. Jadi tenang kalau kamu bakalan nangis atau merasa lapar, lelah, capek setelah konseling. Aku menjalani sesi konseling sekaligus mendapat kesempatan tes kepribadian untuk menyesuaikan masalah dan kepribadian.
Waaah ternyata hidup selama 27 tahun, aku masih belum mengetahui karakteristik diri sendiri. Makasi sekali kepada psikologku yang mampu membantuku untuk berdamai dengan masalah dan kecemasanku.
Soal biaya, jangan khawatir! Free alias gratis. Kalaupun kamu belum memiliki BPJS Kesehatan, tenang aja. Biaya mengakses poli jiwa masih terjangkau kalau di level faskes. Mengapa demikian? Tentu karena psikolog tidak akan meresepkan obat untuk kliennya. Beda halnya kalau kamu sudah melakukan konsultasi dengan psikiater atau dokter jiwa.
Rujukan ke Psikiater Pakai BPJS Bisa Gratis.
Rujukan poli jiwa bisa gratis, hanya saja.....
foto: akhirnya berani foto selfie lagi setelah pengalaman yang tidak menyenangkan. |
2 comments
Btw sebelumnya aku udh beberapa kali selfharm. Dan setahun belakangan sbnere udh mulai engga, tp akhir2 ini mulai bgtu lg setiap keinget rasa sakit dr trauma masa lalu. I even ever tried to suic**e 2 years ago. Ini penyakit yg udh dr 2018 aku derita. Ga mau self diagnose, tp aku tau apa yg terjadi sama hidupku
ReplyDeleteHalo kak L, makasi udah cerita di kolom komentar blogku. Aku tau rasanya seperti apa. Nggak mudah, tapi pelan-pelan aja. Maaf kalau aku baru bisa merespons ceritamu. Aku udah nulis panjang untuk membalas komentarmu di sini, tapi ternyata nggak ke-upload. Semoga kakak masih diberi kesehatan dan kekuatan untuk menghadapi. Aku hanya bisa mendoakanmu dari jauh. Btw salam kenal ya! Yok pulih bareng-bareng, buang pikiran depresi itu (walaupun nggak mudah).
ReplyDeleteKamu menyadari bahwa kamu tidak baik-baik saja dan mencoba mencari pertolongan udah setengah dari menyelesaikan masalah. Ibarat benang ruwet, kita butuh bantuan orang lain untuk mengurainya. Jadi nggak apa-apa kalau belum nemu psikolog yang cocok. Samaan kita! Hahaha akupun juga masih suka cari psikolog yang cocok, tapi balik lagi. Yang bisa nyembuhin diri kita, ya kita sendiri. Semoga bisa bertahan ya kak, ada kehidupan lebih menyenangkan hari esok yang kita belum bisa tau apa itu