"Semoga tahun 2020 dipenuhi dengan kejutan baru yang membahagiakan ya! Aamiin!"
Harapan yang pernah ku tulis pada unggahan pertama di tahun 2020. Harapan yang sepertinya jauh di luar kata membahagiakan tapi benar bagian dipenuhi kejutan baru. Harapanku tak sepenuhnya salah~
foto: unsplash |
Mengapa aku menyebutnya beriringan? Tentu bukan asal memilih kata, melainkan ada makna di dalamnya. Aku dan kamu sama-sama lahir di tahun shio Anjing. Bedanya ya zodiak kita yang terpaut beberapa bulan lahir.
Zodiakmu apa? Tanyaku lewat WhatsApp.
Kamu nggak menjawab dengan menyebut salah satu zodiak. Aku pun harus Googling sendiri hmm.
Kembali pada kata beriringan. Bisa dibilang aku dan kamu telah mengenal cukup lama, hampir sembilan tahun. Wow banget nggak si~
Lucu ya kalau diingat-ingat, selama itu jarang banget ada momen bareng, foto bareng yang bener-bener ada kitanya. Heran juga napa bisa kayak sekarang.
Kalau diflashback sepertinya ada momen-momen yang justru jadi berkesan. Soal sesuatu yang dikeluhkan lewat telepon antarpulau dan tragedi kursi patah saat telepon. Kalau keinget masih ngakak wey. Mana kepikiran bakal kayak gini😂
Ceritamu soal hidup di ibu kota beberapa tahun silam yang kalau diingat sekarang—komentarmu pasti.
“Eh masak aku cerita sama kamu?”
Ya aku pun nggak tahu. Kan aku nggak maksa juga buat kamu cerita.
Belum lagi mengulik momen pertama kali bertemu. Yang kamu ingat soal aku👌 Thanks lho udah inget. Maafkan aku yang nggak punya memori pertemuan pertama kita ya.
Makasih juga sudah mengamatiku sejak lama. Tsaaah~ Ya, aku dan kamu memang tumbuh beriringan. Aku dengan jalanku dan kamu dengan pilihanmu. Tapi lucu juga ada aja yang bikin bisa ketemu.
Semoga aku dan kamu tetap tumbuh beriringan dengan kebaikan masing-masing. Jangan pernah berhenti meminta pada-Nya. Terima kasih bijaksana, ya.
Terima kasih sudah mau menjadi partner buat belajar kehidupan. Semoga kita tumbuh jadi lebih baik lagi yaa.
Makasih hari ini.
Makasih udah baca ini.
Makasih dan maaf untuk semua yang telah dilalui bersama.
Letters Projects: Pesan dari seseorang Gemini untuk manusia yang bertambah usianya
Cerita Vindia 12:00 AM
Teruntuk, diriku yang sekarang.
Hai Vindiasari! Apa kabar? Semoga selalu sehat dalam lindungan-Nya. Aamiin...
Tahun 2020 seharusnya jadi tahun penuh ambisi ya. Aku ingat betul, kamu pernah menuliskan semangatmu menyambut tahun ini. Sayangnya Tuhan punya rencana lebih baik dari rencanamu. Aku tahu dalam hati kecilmu pasti menyayangkan hal tersebut. Tapi aku percaya, kamu akan lebih rasional dan mensyukuri setiap detik dan momen yang terjadi hingga sekarang.
Misalnya soal Ramadan dan puasa. Kamu ingin ibadahmu lebih khusyuk tanpa kegiatan duniawi. Eh siapa sangka, Tuhan kasih jalan di puasa kali ini. Kamu sebulan penuh berada di rumah, kan? Gimana lebih rajin ibadah pastinya. Nggak ada alasan buka bersama, kelelahan shift malam dan lain-lain.
Satu lagi, kamu ingin memanfaatkan waktu lebih banyak di rumah untuk istirahat. Keinget omelanmu tiap kelelahan perjalanan pulang pergi. Sekarang kamu zero kilometer, nggak lagi capek. Seneng dong?
Lain halnya dengan target dan harapanmu untuk lebih sehat dan rutin olahraga. Aku ingat betul, kamu sampai bikin highlight sebagai pengingat momen-momen workout. Saat pandemi sekarang, kamu jadi makin lebih semangat olahraga kan? Udah mencoba seminggu buat jalan kaki 10ribu langkah. Gimana? Keinginanmu kali ini terwujud juga kan?
Jarang bisa kumpul bareng keluarga karena kesibukan akhirnya sekarang bisa setiap hari kumpul bareng keluarga. Nikmat mana yang kamu dustakan?
Dalam hal pertemanan pula, kamu jadi tahu siapa teman dekatmu yang tanpa bertemu pun mereka tetap ada. Mereka selalu bisa menempatkan posisi untukmu. Termasuk seseorang yang rajin memberikan kabar tanpa meminta. Orang yang selalu meminta untuk mengucapkan kata pamungkas di akhir obrolan. Terima kasih udah mau menemani Vindi yang cuek dan keras kepala ini~
Hai Vindiasari, terima kasih untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Ingin tahu banyak hal baru, tidak takut mencoba meskipun masih harus diberanikan lagi. Terima kasih untuk selalu beradaptasi dengan keadaan yang ada—entah itu depresi atau membahagiakan.
Terima kasih karena kamu berada di lingkungan yang menyayangimu. Meskipun kamu tahu, sedih dan kecewa sering muncul tanpa sengaja. Kamu tetap menerimanya. Belajarlah untuk menerima kenyataan tersebut. Beranilah untuk merasakan perasaan tidak nyaman. Jangan dipendam dan dirasakan sendiri. Kamu ingat, kamu tiba-tiba menangis dan menyetel lagu sedih—kamu menikmati kesedihan sambil menelepon temanmu untuk bercerita.
Temanmu bilang, kamu lagi denial ya! Tolong vin, jangan begitu lagi ya~ Nggak enak, kan?
Selamat ulang tahun, Vindi sayang!
Semoga usiamu kali ini semakin diberkahi, diberi kemudahan dalam menjalani hidup, dikuatkan, diberi kesehatan, rahmat, dan rezeki berlimpah. Aamiin ya rabbalalamin.
Teruntuk keluarga, partner, sahabat, teman, dan orang-orang yang bersinggungan denganmu. Semoga mereka juga mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin
Dariku, Vindiasari.
Selang satu jam berita rilis, nambah tiga orang yang meninggal. Lalu muncul nama coronavirus yang disebut jadi pemicunya. Saat itu Indonesia kayaknya masih santai dan woles yaaa. Nah mulailah keparnoan sejak kasus di Wuhan merebak dan Indonesia serasa santai banget dan jumawa nggak bakal kena deh Indonesia. Hmmmm well see ya sekarang ujungnya bagaimana~
Beberapa informasi ku peroleh alasan mengapa orang Indonesia secara garis besar ngeyel dan denial soal virus corona. Cek selengkapnya di Podcast Kejar Paket Pintar episode ini ya.
Setelah dua bulan dari kasus pertama diumumkan di Indonesia, udah mulai adaptasi dengan new life and activity ya~ Kalau berita-berita sekarang menyebutnya new normal life.
New normal life, welcome.
Beberapa kali baca berita soal new normal life. Isinya kurang lebih menyebutkan kalau pandemi ini mengubah seluruh lini dunia, termasuk kebiasaan kita. Yang paling kelihatan, dari manusia dengan aktivitas dan mobilisasi tinggi. Sekarang harus berdiam diri di rumah. Melakukan aktivitas sebisa mungkin di rumah.
Bagiku, rumah adalah tempat yang menyenangkan. Tapi lain halnya dengan bekerja dari rumah. Lokasi yang cukup pelosok membuat sinyal internet nggak mendukung. Selain itu, gawai pendukung bekerja juga mulai uzur. Tapi tapi aku tetap menjalani bekerja dari rumah dengan legawa.
Dari yang mulanya rindu bepergian dan macetnya jalanan, maklum dulu sebelum pandemi melaju kendaraan sekitar 21 km pulang pergi. Kebayang sekarang aktivitas itu jadi zero kilometer.
Pernah pas awal-awal kerja dari rumah, aku bercerita pada temanku.
“Kayaknya aku merasa pergi bekerja adalah hiburanku.”
Apakah aku se-workaholic itu? Tentu jawabannya tidak. Aku sedang masa adaptasi—transisi dari sibuk menjadi hanya di rumah dengan fase yang lebih slow.
Beberapa kali menangis karena keadaan dan kekhawatiran. Sampai mimpi liburan bareng partner ke Bali. Hahahaha ini gara-gara obrolan jelang tidur, besok setelah pandemi selesai mau ngapain?—sepertinya ya.
Bicara soal mimpi yang aneh-aneh selama pandemi, tenang guys! Udah ada penelitian yang meng-approve hal tersebut. Mimpi buruk ataupun merasa nggak bisa tidur selama pandemi adalah hal wajar. Itu salah satu efek dari pandemi. You can google it ya!
Apalagi ya yang berubah, yang awalnya kalau bosan pasti keluar rumah buat nonton, makan, belanja, sekarang harus putar otak. Cari kegiatan yang relaxing dan menyenangkan biar nggak stres dan bosan.
Pada akhirnya, aku tetap melakukan aktivitas biasa. Menyiram tanamanku, baca buku, nonton film dan series. Bedanya, sekarang aku punya tanaman baru. Aku impulsif tapi mikir keras buat beli bibit sayur dan media tanam (growing kit).
Selain itu, aku jadi install berbagai aplikasi virtual buat komunikasi dengan teman-teman di luar. Video call sesekali, ngobrol dan bicara ngalor-ngidul—menjadi aktivitas baru yang menyenangkan.
Ada lagi nih, ikutan langganan Netflix kembali. Karena merindukan “all around you” di bioskop. Akhirnya nonton Netflix dan langganan biar bisa download ataupun nonton kapan aja.
New normal life ini tampaknya akan berjalan cukup lama. Dengan segala prediksi kapan pandemi selesai. Aku pribadi menyakini ini bakalan lama. Dan pikiran tersebut membuatku terlihat pesimis ya—padahal aku mencoba realistis.
Logikanya gini. Virus baru, belum ada obat. Lalu peneliti cari info dan obat untuk mengobati hal tersebut. Penelitian butuh waktu lama. Belum ujicobanya, belum produksinya, belum vaksin penyebaran dan lain-lain.
Mimpi dan rencana 2020 sepertinya harus ditunda sampai waktu yang nggak diketahui.
“Aku sepertinya akan menurunkan segala ekspektasi dan rencanaku di tahun ini,” kata temanku lewat sambungan telepon.
Aku pun mengamininya.
Terima kasih pandemi corona, aku jadi belajar hal baru lagi. Walaupun sebenarnya nggak baru. Aku mencoba untuk menenangkan diri dan berusaha nggak kepikiran.
Cari kesibukan baru dan tentunya tetap bersyukur dengan keadaan baru—yang sebenarnya nggak baru-baru amat. Kenapa bisa bilang begitu? Banyak orang berpendapat—pendapat ahli di media. Kebanyakan bilang kalau ini bukan hal baru. Karena sebelumnya manusia pernah mengalaminya.
Kita udah sejauh ini berjalan, semoga kita tetap bertahan dan terus beradaptasi ya :)
Jangan lupa berterima kasih sama diri sendiri. Udah berusaha bertahan dan melewati ini semua. Kita semua lagi sama-sama fight dengan keadaan baru. Mari berusaha mengakali keadaan biar hati senang. Imun pun riang.
Ditulis pakai aplikasi di handphone. Jadi nggak bisa upload XOXO.
Hai.. hai balik lagi nulis di blog! Setelah sekian lama nggak nulis lagi. Well, sebenarnya udah beberapa kali buka dasbor blog. Namun ujungnya ditutup lagi karena terlalu banyak alasan. Mohon dimaafkan mumpung bulan puasa.
Eniwei, selamat puasa ya kalian! Semoga Ramadan kali ini penuh keberkahan meskipun di rumah aja. Beberapa waktu lalu, aku sempat menuliskan sesuatu soal kegelisahanku tentang corona yang mewabah di dunia Akan tetapi berakhir pada nggak usah diposting dah.
Oiya hari ini lebih dari sebulan, aku work from home atau WFH. Kebijakan kantor awalnya dinanti-nanti karena you know what-lah, corona bikin panik dan gelisah. Sementara aku masih ke mana-mana. Alhasil pas dapat kesempatan buat WFH sedikit kalem.
Kali ini nggak mau bahas detail WFH ya. Aku kali ini bakalan membagikan pengalaman seru di awal tahun 2020. Kalau dihitung-hitung, udah lima bulan lho~ Nggak ada kata terlambat ya!
Sebelumnya, aku pernah menuliskan perjalanan ke Solo di Instagram Story. Kamu bisa lihat di Instagramku @vindiasari. Aku udah bikin highlight soal jalan-jalan ke Solo. Cuma postingan kali ini dibuat sedikit effort biar meninggalkan jejak. Soalnya liburan terakhir udah ditulis, masak yang ini kagak.
Sekitar pertengahan bulan Januari 2020. Ada yang ngide, nanyain libur hari apa? Main yuk! Intinya begitu. Berhubung libur weekend dan katanya kalau libur weekend (tandanya diajakin ke luar kota)
Dari ngobrolin mau ke mana dan tak tahu arah. Akhirnya tercetus ke Solo. Kenapa Solo? Karena doi (yang ngajak) penasaran sama Tjolomadoe. Dia bercerita kalau kapan tahun, dia ditinggal keluarganya main-main ke Solo.
Akhirnya dia mengajak main ke Solo. Dari situ, aku jadi teringat ada museum baru di Solo. Akhirnya kepo-kepo singkat, kami pun merencanakan ke Museum Tumurun. Dua lokasi itu adalah tujuan awal. Sisanya, kami diskusi dan kalau ada waktu mampir.
Spoiler, kami ke Solo cuma sehari ya. Dari pagi sampai malam (literally-- karena kami ngikut jadwal kereta prameks). Kami memilih naik kereta karena si doi nggak mau capek karena malem sebelumnya baru sampai di Jogja. Ya aku mah mau-mau aja, dah lama nggak naik kereta. Lol
Kami berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta menuju ke Stasiun Purwosari. Selanjutnya, kami menuju ke lokasi pertama, yaitu Museum Tumurun. Sebelum ke Tumurun, kami sudah booking tiket. Nggak sembarangan pengunjung yang dateng bisa langsung masuk. Soalnya mereka punya sistem ticketing sendiri. Kamu bisa cek infonya di website resminya ya.
Nggak usah khawatir, harga tiketnya nol rupiah alias gratis. Siapa sih yang nggak suka gratis~ Kami menggunakan Gocar sebagai transportasi menuju museum. Nggak jauh dan cuma bentar langsung sampai. Kami pilih jam 10 atau 11 dan durasi keliling museum cuma dibatesin satu jam setiap sesi.
Selanjutnya, udah keliling-keliling museum. Terkagum-kagum dengan koleksinya, kami kelaparan. Pas banget jam makan siang juga. Akhirnya memutuskan untuk makan di warung sate Pak Manto. Saat itu, kami memilih menu tongseng dan sate. Lokasi warung sate dan museum cukup dekat, kami jalan kaki. Nggak sampai lima menit sampai :)
Seporsi sate atau tongseng dihargai Rp 50ribu. Lokasinya cukup ramai dan luas. Cocoklah buat makan keluarga. Soal rasa enak dan kenyang. Saat makan, kami juga lagi pesan tiket kereta pulang. Sungguh nggak prepare mau pulang jam berapa. Hahahaha.. Tapi akhirnya dapet tiket jam akhir, sekitar jam 19-an dari Stasiun Solo Balapan. Yaudahlah ya, berarti kami masih ada waktu sampai magrib buat jalan-jalan.
Udah kenyang, lanjut ke lokasi selanjutnya. Kami menuju Tjolomadoe. Lokasinya dari Tumurum lumayan jauh, kami naik Gocar lagi buat ke sana.
Kalau tiket museum gratis, tiket masuk Tjolomadoe cukup terjangkau. Hanya merogoh kocek Rp 35ribu, satu orang bisa masuk dan dapet snack dan minum. Tjolomadoe ini bekas pabrik gula, gedungnya terlihat khas gedung lama. Maaf ya fotonya nggak bisa detail karena fotonya kebanyakan di hape lama (dan nggak sempat kesimpan TT).
Kami cukup lama berkeliling di Tjolomadoe, mulai dari bagian dalam sampai ke luar gedung. Semuanya bagus buat foto-foto ataupun nambah info soal pabrik gula. Soal foto bagian luar, coba scroll ke atas ya! (apasih vin).
Lanjut nih, udah masuk waktu sore. Trus kepikiran mau ke mana lagi ya? Pulang dari Tjolomadoe akhirnya mampir ke The Heritage Palace (ini nggak ada di list karena emang nggak mau ke sana--aku sih). Tapi akhirnya malah ke sana karena nggak tahu mau ke mana~
Buat kamu yang suka selfie dan foto, sepertinya lokasi ini cocok. Buat masuk ke halaman tulisan The Heritage Palace harganya aku lupa. Nah lokasi ini dibagi ke dalam beberapa bagian, indoor dan outdoor. Kami cuma penasaran dan beli tiket outdoor doang. Buat info tiketnya, kepoin media sosialnya ya.
Hari makin sore pada akhirnya kami memutuskan ke Mie Ramen hits di Solo yang viral. Penjualnya orang Jepang asli katanya. Yaudah kami ke lokasi dan ternyata sedikit apes. Takoyakinya udah habis. Sisa ramen dan gyoza. Saran kalau mau jajan ke sana, mending pas jam buka awal-awal. Jangan sore-sore, pasti udah banyak yang habis.
Aku lupa jenis ramen apa -_- maaf ya, tapi gugling kalian pasti Soal harga affordable banget. Kalau bicara rasa, emang enak dan bikin kenyang. Sekitar jam magrib, kami balik ke stasiun. Lokasinya agak jauh di pinggiran Solo. Sementara waktu agak mepet buat menuju ke stasiun. HAHAHA AGAK PANIK TAPI CHILL.
Pada akhirnya nggak terlambat sampai stasiun dan kami berhasil sampai Jogja dengan selamat. Perjalanan pulang ditemani hujan dan ngantuk karena kelelahan sepertinya.
Terima kasih buat jalan-jalan serunya! Semoga bisa jalan-jalan lagi setelah corona ya!
See you :)
Eniwei, selamat puasa ya kalian! Semoga Ramadan kali ini penuh keberkahan meskipun di rumah aja. Beberapa waktu lalu, aku sempat menuliskan sesuatu soal kegelisahanku tentang corona yang mewabah di dunia Akan tetapi berakhir pada nggak usah diposting dah.
Oiya hari ini lebih dari sebulan, aku work from home atau WFH. Kebijakan kantor awalnya dinanti-nanti karena you know what-lah, corona bikin panik dan gelisah. Sementara aku masih ke mana-mana. Alhasil pas dapat kesempatan buat WFH sedikit kalem.
Kali ini nggak mau bahas detail WFH ya. Aku kali ini bakalan membagikan pengalaman seru di awal tahun 2020. Kalau dihitung-hitung, udah lima bulan lho~ Nggak ada kata terlambat ya!
Foto pakai Instax di Tjolomadoe. |
Sebelumnya, aku pernah menuliskan perjalanan ke Solo di Instagram Story. Kamu bisa lihat di Instagramku @vindiasari. Aku udah bikin highlight soal jalan-jalan ke Solo. Cuma postingan kali ini dibuat sedikit effort biar meninggalkan jejak. Soalnya liburan terakhir udah ditulis, masak yang ini kagak.
Sekitar pertengahan bulan Januari 2020. Ada yang ngide, nanyain libur hari apa? Main yuk! Intinya begitu. Berhubung libur weekend dan katanya kalau libur weekend (tandanya diajakin ke luar kota)
Dari ngobrolin mau ke mana dan tak tahu arah. Akhirnya tercetus ke Solo. Kenapa Solo? Karena doi (yang ngajak) penasaran sama Tjolomadoe. Dia bercerita kalau kapan tahun, dia ditinggal keluarganya main-main ke Solo.
Akhirnya dia mengajak main ke Solo. Dari situ, aku jadi teringat ada museum baru di Solo. Akhirnya kepo-kepo singkat, kami pun merencanakan ke Museum Tumurun. Dua lokasi itu adalah tujuan awal. Sisanya, kami diskusi dan kalau ada waktu mampir.
Spoiler, kami ke Solo cuma sehari ya. Dari pagi sampai malam (literally-- karena kami ngikut jadwal kereta prameks). Kami memilih naik kereta karena si doi nggak mau capek karena malem sebelumnya baru sampai di Jogja. Ya aku mah mau-mau aja, dah lama nggak naik kereta. Lol
Situasi stasiun sebelum kereta tiba. |
Kami berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta menuju ke Stasiun Purwosari. Selanjutnya, kami menuju ke lokasi pertama, yaitu Museum Tumurun. Sebelum ke Tumurun, kami sudah booking tiket. Nggak sembarangan pengunjung yang dateng bisa langsung masuk. Soalnya mereka punya sistem ticketing sendiri. Kamu bisa cek infonya di website resminya ya.
Nggak usah khawatir, harga tiketnya nol rupiah alias gratis. Siapa sih yang nggak suka gratis~ Kami menggunakan Gocar sebagai transportasi menuju museum. Nggak jauh dan cuma bentar langsung sampai. Kami pilih jam 10 atau 11 dan durasi keliling museum cuma dibatesin satu jam setiap sesi.
Penampakan dalam Museum Tumurun. |
Selanjutnya, udah keliling-keliling museum. Terkagum-kagum dengan koleksinya, kami kelaparan. Pas banget jam makan siang juga. Akhirnya memutuskan untuk makan di warung sate Pak Manto. Saat itu, kami memilih menu tongseng dan sate. Lokasi warung sate dan museum cukup dekat, kami jalan kaki. Nggak sampai lima menit sampai :)
Dua makanan menggoda lidah~ |
Seporsi sate atau tongseng dihargai Rp 50ribu. Lokasinya cukup ramai dan luas. Cocoklah buat makan keluarga. Soal rasa enak dan kenyang. Saat makan, kami juga lagi pesan tiket kereta pulang. Sungguh nggak prepare mau pulang jam berapa. Hahahaha.. Tapi akhirnya dapet tiket jam akhir, sekitar jam 19-an dari Stasiun Solo Balapan. Yaudahlah ya, berarti kami masih ada waktu sampai magrib buat jalan-jalan.
Udah kenyang, lanjut ke lokasi selanjutnya. Kami menuju Tjolomadoe. Lokasinya dari Tumurum lumayan jauh, kami naik Gocar lagi buat ke sana.
Penampakan tiket. |
Kalau tiket museum gratis, tiket masuk Tjolomadoe cukup terjangkau. Hanya merogoh kocek Rp 35ribu, satu orang bisa masuk dan dapet snack dan minum. Tjolomadoe ini bekas pabrik gula, gedungnya terlihat khas gedung lama. Maaf ya fotonya nggak bisa detail karena fotonya kebanyakan di hape lama (dan nggak sempat kesimpan TT).
Penampakan bagian dalam museum. |
Kami cukup lama berkeliling di Tjolomadoe, mulai dari bagian dalam sampai ke luar gedung. Semuanya bagus buat foto-foto ataupun nambah info soal pabrik gula. Soal foto bagian luar, coba scroll ke atas ya! (apasih vin).
Tampak dalam yang dihargai tiket masuk.. |
Lanjut nih, udah masuk waktu sore. Trus kepikiran mau ke mana lagi ya? Pulang dari Tjolomadoe akhirnya mampir ke The Heritage Palace (ini nggak ada di list karena emang nggak mau ke sana--aku sih). Tapi akhirnya malah ke sana karena nggak tahu mau ke mana~
Buat kamu yang suka selfie dan foto, sepertinya lokasi ini cocok. Buat masuk ke halaman tulisan The Heritage Palace harganya aku lupa. Nah lokasi ini dibagi ke dalam beberapa bagian, indoor dan outdoor. Kami cuma penasaran dan beli tiket outdoor doang. Buat info tiketnya, kepoin media sosialnya ya.
Hari makin sore pada akhirnya kami memutuskan ke Mie Ramen hits di Solo yang viral. Penjualnya orang Jepang asli katanya. Yaudah kami ke lokasi dan ternyata sedikit apes. Takoyakinya udah habis. Sisa ramen dan gyoza. Saran kalau mau jajan ke sana, mending pas jam buka awal-awal. Jangan sore-sore, pasti udah banyak yang habis.
Nggak punya foto proper pas makan ramen. Cuma ini doang yang ada di galeriku. |
Aku lupa jenis ramen apa -_- maaf ya, tapi gugling kalian pasti Soal harga affordable banget. Kalau bicara rasa, emang enak dan bikin kenyang. Sekitar jam magrib, kami balik ke stasiun. Lokasinya agak jauh di pinggiran Solo. Sementara waktu agak mepet buat menuju ke stasiun. HAHAHA AGAK PANIK TAPI CHILL.
Lempuyangan pas di ruang tunggu. |
Pada akhirnya nggak terlambat sampai stasiun dan kami berhasil sampai Jogja dengan selamat. Perjalanan pulang ditemani hujan dan ngantuk karena kelelahan sepertinya.
Terima kasih buat jalan-jalan serunya! Semoga bisa jalan-jalan lagi setelah corona ya!
See you :)
Kalau kalian penasaran dengan Rumah Atsiri, langsung aja ke bagian 'Dimulailah perjalanan menuju Tawangmangu'. Namun jika kamu pengen tahu soal latar belakang kenapa kita ke Rumah Atsiri, baca dari awal. (Nggak penting sih, cuma pengen cerita aja~) Biasa anaknya suka curhaaaaaaat.
foto: Mengakhiri keliling Rumah Atsiri di Green house/ kamera delapan kilogram Inur. |
Suatu pagi, temanku menyapa lewat imessages. Ia mengirimkan beberapa link Instagram berisi spot museum, yaitu Rumah Atsiri.
"Pernah liputan di sini?" tanyanya.
Tanpa membuka link, aku tahu lokasi museum yang dimaksud.
"Kamu nggak inget apa, kita pernah bahas Rumah Atsiri?"
Jadi ceritanya, bulan Januari lalu, kami jalan-jalan ke Solo. Dalam sebuah perjalanan tersebut, kami pernah membahas lokasi-lokasi wisata lain yang menarik. Salah satunya, Rumah Atsiri. Sayangnya, si anak nggak ngeh alias lupa kalau pernah bahas itu.
Singkat cerita temanku mendapat link tersebut dari temannya. Mereka berencana untuk liburan ke Tawangmangu, salah satu destinasi tujuannya adalah Rumah Atsiri. Berhubung emang udah kepikiran dan pengen ke sana dari tahun 2018, langsung aja bilang.
"Kalau mau ke sana, hayukk kita ajak temanku juga."
Berhubung, cuma ngikut. Jadinya ya nunggu konfirmasi sama tanggal aja kan. Lagian jadwal kerja juga nggak tahu cocok apa nggak. Tiba-tiba jelang akhir Februari, temanku mengirimkan pesan dan menginformasikan tanggal 7 atau 8 yuk ke Tawangmangu.
Kemudian tiba-tiba, jelang dua hari menuju hari H. Temanku mengabarkan, "Vin kemungkinan kayaknya aku nggak pulang 75 persen."
Pas denger langsung mikir, oh yaudah. Ya mau gimana lagi? Kan itu kejadian di luar kendali kita. Udah stoic belum?
Langsung ngabarin temen lain kalau kemungkinan besar nggak jadi. Yaudah, mari kita menyusun agenda weekend di Jogja saja.
Nggak tahunya, dikabarin lagi jelang sehari.
"Aku jadi pulang ya tapi belum beli tiket."
Lalu jam demi jam berlalu, jam dinding menunjukkan pukul 22.00 WIB. Temanku baru memulai perjalanan ke Jogja~ Buseeeet malam sekali -_- Dipikir-pikir, pasti capek, ngantuk, kenapa si maksain? Heran?
Mari kepo-kepo dikit lewat Instagram Stories! Pemanasan dulu ya!
Screenshot Instagram Stories @vindiasari. |
Akhir Desember 2019 lalu, aku mendapat kesempatan main-main sebentar ke Magelang. Tentunya ada yang ngajakin ya, nggak mungkin ngide sendiri ke Magelang wkwkw
Singkat cerita, aku dan teman-teman ada agenda menghadiri pernikahan Ayu Widyaningrum atau biasa kami sapa Ayuwe atau Yuwe. Lokasi pernikahan di Yogyakarta, tapi kok ujungnya bisa ke Magelang? Adalah ajakan teman yang ingin menyantap mangut di Muntilan, lalu mengajak kami-kami yang berminat ikut. Apalagi, teman kami ada yang akan pulang ke Magelang. Jadinya sekalian angkut gitu~ Diajakin main ya ayo aja! Haus liburan, maaf.
Ceritanya hampir nggak jadi ikut karena hujan tapi akhirnya teman-temanku berbaik hati menjemput di rumah. Akhirnya aku ikuuuut ke Magelang. Rencana ke sana ngapain aja? Nggak tahu, ngikut aja aku mah.
Destinasi pertama adalah menyicipi warung makan Mangut Lele Purnama. Atas rekomendasi Inur, kami mencicipi mangut lele. Lokasinya agak masuk dari Jalan Magelang tapi cukup ramai pengunjung. Eh ternyata tempat makan ini sering dikunjungi mamaku saat muda. Lol!
Makanan cukup enak, harga seporsi Rp 25ribu (mangut lele dan nasi), tanpa nasi sekitar Rp 20ribu. Minuman ada bermacam-macam bisa milih~ Lanjut nih setelah kenyang makan, kami menuju ke Borobudur (lewat doang) karena kami menuju ke Balkondes~
Balkondes adalah semacam balai desa yang bentuknya taman joglo (cmiiw). Ya kalian bisa googling aja ya. Oiya, Kami di sini berangkat berlima, ada aku, Mbak Desinta dan kekasihnya, Hasa yang juga nyetirin kami. Ratih yang habis kondangan trus mau balik. Lalu Inur yang ngide ke Magelang.
Kami berlima menikmati perjalanan singkat ke Balkondes, ada banyak lokasi. Namun Balkondes yang kami pilih adalah Balkondes Ngadirejo. Cuaca cukup mendukung, sejuk, asri, menyegarkan. Escape bangetlah jalan-jalan ke sini.
Sayangnya, bangunan utama Balkondes Ngadirejo ditutup karena ambruk kena hujan angin. Akhirnya kami cuma foto-foto, keliling, dan jalan-jalan. Beberapa foto bisa disaksikan di Twitter Mbak Des. Mereka sempat menjalani sesi pemotretan ala-ala prewedding, mari kita doakan semoga mereka menemukan kebahagiaan bersama. Aamiiiiiin.
Terlalu insecure untuk posting di ig dan terlalu manis untuk disimpen sendirian. Bukan prewed, iseng aja kemarin pas main sama temen-temen ke balkondes magelang, terus bagus, terus ada kameranya vindi, terus ada fotografer aka si inur, terus ada ratih yg ngetawain kami terus wkwk pic.twitter.com/EMCM7QMMFL
— Desinta Wahyu (@desintawk) January 1, 2020
Terima kasih santai sore dan jalan-jalan yang menyenangkan meskipun sebentaaaaaaar.
Akhir tahun 2019 jadi terasa penuh kejutan. Entah mengapa Tuhan memberikan sebagian jawaban dari usaha dan doa di akhir tahun. Padahal kalau dipikir-pikir, jauh sebelum tutup tahun, kerjaannya galau, nangis, kepikiran, overthinking, dan segala pikiran negatif muncul. Rasanya seperti tertampar oleh Tuhan.
Tahun 2019, perjalanan cukup penuh lika-liku. Namun demikian, setelah membaca ulang perjalanan nggak jelek-jelek amat. Mari berbicara soal pencapaian sederhana yang ternyata bisa diraih di tahun 2019. Nggak akan aku sebutkan satu per satu karena pencapaian ini sifatnya pribadi.
Tahun ini banyak rencana yang sudah tercentang. Sisanya masih masuk antrian buat diwujudkan tahun depan. Gara-gara Tuhan memberikan kejutan akhir tahun, rasanya ada semangat dan optimisme dalam menyambut 2020. Makasih ya, Tuhan!
Beberapa hal yang aku pelajari di tahun 2020.
Dalam sebuah percakapan di grup, aku dan teman-teman merefleksikan perjalanan 2019.
Nimbrunglah aku membalas, "sama banget😠aku sebelumnya clueless dan tidak semangat 2020. Tapi kemarin baca2 jurnal harian rasanya nyesss.. ada semangat."
Lalu Bella memberikan kalimat ajaib yang udah seharusnya kami percaya.
2019 jadi tahun baru bagi mereka, aku tahu betul strugglingnya mereka untuk sampai di posisi sekarang. Mereka emang nggak selalu ada, tapi selalu ngasih hal terbaik saat bersama. Terima kasih Bebebku semua. Luv!
Hal-hal yang patut disyukuri selanjutnya adalah aku dikelilingi oleh banyak orang baik dan supportif. Seenggaknya kalau aku lagi down, mereka ada buat mengingatkan.
Bisa jalan-jalan ke beberapa kota dan negara sepanjang 2019 jadi bonus ya. Setelah dipikir-pikir lumayan ya, dari jelajah dua negara hingga menyusuri kota-kota yang belum ku kunjungi sebelumnya. Well, banyak juga momen pertama di 2019. Pertama kali melawan rasa takut ke dokter. Melakukan hal-hal medis sendiri untuk pertama kali dalam hidup.
Januari 2019 ke Januari 2020, perjalanan yang sudah kutulis di journal book sebagai pengingat! Terima kasih untuk semua orang yang bersinggungan denganku. Aku sayang kalian!
Semoga tahun 2020 dipenuhi dengan kejutan baru yang membahagiakan ya! Aamiin!
Photo by Brooke Lark on Unsplash
|
Tahun ini banyak rencana yang sudah tercentang. Sisanya masih masuk antrian buat diwujudkan tahun depan. Gara-gara Tuhan memberikan kejutan akhir tahun, rasanya ada semangat dan optimisme dalam menyambut 2020. Makasih ya, Tuhan!
Beberapa hal yang aku pelajari di tahun 2020.
"Fokus sama diri sendiri adalah kunci. Nggak boleh terlalu bandingin hidup sendiri sama orang lain."
Dalam sebuah percakapan di grup, aku dan teman-teman merefleksikan perjalanan 2019.
"Iyaaa beb.... ga tau kenapa aku kok seneng bangt ya rasanya. Denger pencapaian temenku. Kemrn temen s2 sekarang kamu. Really rasanya jadi semangat aja buat ngejalanin hidup," kata temanku Erma.
Nimbrunglah aku membalas, "sama banget😠aku sebelumnya clueless dan tidak semangat 2020. Tapi kemarin baca2 jurnal harian rasanya nyesss.. ada semangat."
Lalu Bella memberikan kalimat ajaib yang udah seharusnya kami percaya.
"Tetep semangat ya bebeb semua. Emang paling bener fokus sama diri sendiri, jangan bandingin diri sama orang lain. You all did a good job, we did a good job. Jgn lupa apresiasi diri sendiri. Makasih udah jadi supporting system yg baik💙💙💙," kata Bella.
2019 jadi tahun baru bagi mereka, aku tahu betul strugglingnya mereka untuk sampai di posisi sekarang. Mereka emang nggak selalu ada, tapi selalu ngasih hal terbaik saat bersama. Terima kasih Bebebku semua. Luv!
Hal-hal yang patut disyukuri selanjutnya adalah aku dikelilingi oleh banyak orang baik dan supportif. Seenggaknya kalau aku lagi down, mereka ada buat mengingatkan.
foto: mirroring with vindiasari |
foto: mirrroring dari kamera hapeku |
Januari 2019 ke Januari 2020, perjalanan yang sudah kutulis di journal book sebagai pengingat! Terima kasih untuk semua orang yang bersinggungan denganku. Aku sayang kalian!
Semoga tahun 2020 dipenuhi dengan kejutan baru yang membahagiakan ya! Aamiin!
First jobber, sebutan bagi orang yang mulai menggarungi dunia kerja. Tentunya, sudah nggak asing lagi di telinga dengan istilah tersebut. Ada anggapan, first jobber pasti bermasalah dengan cara mengatur keuangan. Eits, sekarang anggapan tersebut nggak related lagi berkat Jenius BTPN.
Sejak awal bekerja, aku mulai tertarik dengan pengelolaan uang. Tentu alasan tersebut dilatar belakangi oleh anggapan pekerja bakalan susah atur uang, susah nabung, dan lain-lain.
Sering mengalami uang masuk, tiba-tiba uang udah habis aja. Pernah? Kamu tidak sendirian! Nggak ingin mengalami pengalaman pahit yang sama setiap bulan, aku mulai mencoba belajar finansial.
Dari manual catat pengeluaran harian yang ternyata sering bolong dan merasa tidak efektif. Dari yang awalnya mendapat penghasilan kecil-kecilan freelance hingga mendapat pekerjaan full time. Tentu perlu siasat untuk mengatur cashflow bulanan agar nggak bocor alus mulu.
Sering mengalami uang masuk, tiba-tiba uang udah habis aja. Pernah? Kamu tidak sendirian! Nggak ingin mengalami pengalaman pahit yang sama setiap bulan, aku mulai mencoba belajar finansial.
Dari manual catat pengeluaran harian yang ternyata sering bolong dan merasa tidak efektif. Dari yang awalnya mendapat penghasilan kecil-kecilan freelance hingga mendapat pekerjaan full time. Tentu perlu siasat untuk mengatur cashflow bulanan agar nggak bocor alus mulu.
Mulai dari baca buku, follow beberapa akun media sosial yang senang berbagi informasi soal investasi dan finansial. Akhirnya aku menemukan aplikasi Jenius dari Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN).
Berkenalan dengan Jenius BTPN!
Perkenalan awal dengan Jenius BTPN dari media sosial. Paling menarik perhatianku adalah penawaran dan fitur-fitur Jenius yang pas banget dengan kebutuhan. Sebelum memutuskan untuk mendaftar, aku cari tahu informasi soal cara mendaftar dan kelebihan Jenius dari teman-teman terdekat dan website.
Mengusung konsep digital banking, Jenius ini cocok banget untuk siapapun yang nggak suka ribet alias praktis dalam bertransaksi sehari-hari. Makin penasaran dengan Jenius, apalagi beberapa teman sudah menggunakan Jenius. Setelah kepo-kepo, ternyata pengguna Jenius ada julukannya lho! Namanya Teman Jenius!
Mengusung konsep digital banking, Jenius ini cocok banget untuk siapapun yang nggak suka ribet alias praktis dalam bertransaksi sehari-hari. Makin penasaran dengan Jenius, apalagi beberapa teman sudah menggunakan Jenius. Setelah kepo-kepo, ternyata pengguna Jenius ada julukannya lho! Namanya Teman Jenius!
Setelah chattingan dengan teman, akhirnya aku daftar Jenius BTPN. Ia membagikan cashtag miliknya dan mengarahkan aku. Ternyata cara daftarnya gampang banget! Terbantu banget buat pekerja kantoran 9 to 5. Nggak perlu ke bank, cukup dengan aplikasi Jenius.
Pertama download aplikasi setelah itu isi data diri dan unggah beberapa file seperti foto, KTP, dan NPWP. Setelah itu, aku mencoba melakukan verifikasi dengan video call dengan petugas. Namun sayangnya, aku beberapa kali gagal. Akhirnya, beberapa hari setelah daftar, aku mendapat telepon dari pihak Jenius BTPN. Petugas menyarankan untuk verifikasi lewat booth di mal.
Kebetulan, mal yang ada booth Jenius dekat. Jadi sekalian jalan-jalan gitu. Nggak butuh waktu lama, verifikasi dengan petugas di booth akhirnya bisa. Akun Jenius sudah aktif! Yeay!
Petugas booth memberikan informasi yang detail soal fitur-fitur Jenius hingga cara menggunakan Aplikasi Jenius. Tak lupa tips and trick supaya nabung makin terasa menyenangkan.
Kebetulan, mal yang ada booth Jenius dekat. Jadi sekalian jalan-jalan gitu. Nggak butuh waktu lama, verifikasi dengan petugas di booth akhirnya bisa. Akun Jenius sudah aktif! Yeay!
Petugas booth memberikan informasi yang detail soal fitur-fitur Jenius hingga cara menggunakan Aplikasi Jenius. Tak lupa tips and trick supaya nabung makin terasa menyenangkan.
Sejak April-Mei, aku mencoba aktif menabung di Jenius. Saat gajian, aku langsung menyisihkan sebagian uang untuk ditabung. Berhubung gaji masuk dari bank sebelah, aku sangat-sangat terbantu dengan layanan 'Monyay'.
Jenius setiap hari Senin memberikan gratis biaya transfer antarbank untuk isi saldo. Bagi pekerja baru, uang administrasi sebesar Rp 6.500 sangat berharga. Sayangggg banget sama Jenius pas tahu biaya transfer bakalan balik ke rekening Jenius.
Nah setelah isi saldo Jenius, uang bakalan masuk ke Active Balance. Aplikasi Jenius nggak ribet, sekalinya masuk langsung muncul Total Balance yang berisi saldo kita. Kita juga bisa mengatur widget fitur-fitur Jenius sesuai kebutuhan. So simple~
Menabung dan mewujudkan mimpi begitu mudah dengan Jenius BTPN.
Bagi aku yang punya banyak keinginan, tentu ingin mewujudkan semuanya. Bantu aamiin-kan yaaaaaa! Dari Active Balance, uang tersebut akan aku masukan ke Flexi Saver atau Dream Saver. Kedua fitur tersebut begitu jadi penyelamat keuangan. Kenapa?
Flexi Saver adalah fitur penyimpanan uang yang ada di Jenius. Gunanya untuk memisahkan sekaligus menyimpan uang agar fokus. Iya, fokus! Biar nggak digunakan untuk jajan atau belanja macam-macam.
Seperti namanya, Flexi Saver dari Jenius ini benar-benar fleksibel. Kita bisa top up ataupun withdraw sesuka hati. Cocok banget buat aku yang sedang menabung untuk dana darurat. Jika ada kebutuhan mendadak, langsung deh withdraw atau cairkan dana darurat. Uang dari Flexi Saver yang dicairkan bakalan masuk ke active balance atau m-Card kita.
Bicara dikit soal m-Card, Jenius BTPN punya fitur x-Card atau sebutan untuk Kartu Debit Jenius tambahan. Kartu Debit Jenius yang utama berwarna oranye, nah x-Card ini ada 3 warna yakni biru, ungu, dan hijau. Gunanya untuk memisahkan beberapa keperluan atau pengeluaran sesuai kartu. Lengkapnya bisa cek website Jenius BTPN. Sejauh ini, aku masih bisa mengatur cashflow dengan satu kartu, tapi ke depan tidak menutup kemungkinan bakalan apply x-Card.
Balik lagi ke Flexi Saver dan Dream Saver. Nah kalau Dream Saver ini cocok untuk aku yang mirip soundtrack Doraemon.
"Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini itu, banyak sekali~~~~"
Aku punya banyak keinginan seperti membeli handphone, sepatu, hingga pergi ke Tanah Suci. Tentu semua itu tidak akan mudah didapatkan, oleh sebab itu aku memasang beberapa keinginan dalam Dream Saver. Dari sekian banyak keinginan, Alhamdulillah! Ada satu yang sudah terpenuhi, yeay! SENENG BANGET! TIDAK MENYANGKA BISA JUGA TERPENUHI NOMINAL BUAT BELI.... Sorry ngegas, saking excited!
Dream saver yang sudah terpenuhi. |
"Simpler life, happier you,” emang cocok banget untuk menggambarkan kehidupanku setelah menggunakan Jenius BTPN.
Sistem Flexi Saver dan Dream Saver ini sama-sama keren. Karena memberikan bunga hingga 5 persen. Angka yang cukup besar jika dibandingkan dengan bank lain. Menariknya lagi, nggak ada biaya administrasi!
Berkonsep digital banking, semua bisa diakses secara digital, termasuk rekening korannya. Aplikasi Jenius menyediakan e-statement yang bisa di-download setiap bulan. Kurang praktis apalagi?
Ada juga mimpiku selanjutnya yang terbantu dengan adanya Jenius, yakni pergi ke Tanah Suci. Pengen banget umrah bareng keluarga ke Tanah Suci, aku akhirnya memulai mimpiku dengan membeli mata uang asing lewat Jenius. Semoga keinginanku bisa terwujud, aamiin!
Sungguh nggak kepikiran buat beli dollar segampang pakai Jenius. Dulu pernah menukar uang dollar atau mata uang asing lain harus ke Money Changer. Sekarang, beli dollar di rumah aja bisa. Nggak perlu bayar parkir dan keluar uang bensin.
CoCreate, komunitas Jenius BTPN dengan segala ilmu dan keseruan!
Sebelumnya, aku mengikuti kelas Community Gathering bertajuk Financial Planning 101. Acara tersebut diadakan Jenius Cocreate Jogja. Dengan pembicara Mbak Achie Mahfudloh, aku menemukan pengetahuan baru soal investasi dan perencanaan keuangan.
Beruntung, aku bisa ikutan kelas Mbak Achie karena tergabung dalam CoCreate Jenius.
CoCreate adalah komunitas pengguna Jenius dari seluruh Indonesia. Pengguna Jenius punya wadah untuk berbagi informasi soal keuangan ataupun lifestyle hingga promo. Ada banyak pengguna yang rajin membagikan info seru, termasuk acara Financial Planning yang aku ikuti.
Ikut kelas yang diadakan Cocreate Jenius soal Financial Planning 101+ di Jogja. |
Dalam salah satu sesi, Mbak Achie bercerita jika dirinya memiliki keinginan untuk umrah. Dari situ, beliau memulai rencana keuangan dengan menabung dollar. Lagi-lagi, Jenius ini memudahkan rencana keuangan. Cukup dengan aplikasi Jenius, aku bisa membeli mata uang dollar dan lainnya selama Senin-Jumat. One step closer!
Mbak Achie memaparkan materi.. |
Dari pertemuan yang difasilitasi CoCreate Jenius BTPN, aku mendapat pengetahuan baru soal cara mengatur keuangan sekarang dan masa depan. Apalagi hidup di Kota Jogja yang tentunya tantangannya bakalan beda dengan hidup di kota lain. Mulai dikenalkan dengan bagaimana merencanakan keuangan, investasi, mengatur cashflow, dan tentunya mindset!
Kalau tadi soal investasi dan mewujudkan mimpi. Jenius juga nggak lupa untuk bersenang-senang! Jenius punya banyak penawaran menggiurkan untuk bersenang-senang! Salah satunya, adanya reward berupa kuota gratis transfer yang disesuaikan dengan level pengguna. Level sendiri disesuaikan dengan jumlah saldo. Makin banyak nabung, makin banyak gratisannya lho!
Dalam keseharian, kuota gratis ini berguna banget. Apalagi kalau pengen transfer untuk patungan nikahan teman (nyumbang), bayar utang ke rekening teman beda bank, dan lain-lain. Makin-makin jatuh cinta sama Jenius. Luv! Aku nggak perlu mikir panjang, kalau teman menyodorkan nomor rekening beda bank. Pakai Jenius GRATIS!
Nah, kalau punya teman sesama #temanjenius, udah pasti nggak perlu minta nomor rekening. Cukup kasih cashtag ($) lalu transfer. Semudah itu, guys!
Satu lagi, aku ingin berterima kasih kepada Jenius! Sebagai sobat nonton hemat, aku menyambut dengan tangan terbuka promo nonton buy one get one! Aku udah nyoba beberapa kali dan selalu berhasil! Sering-sering ya bagi-bagi promo nonton gratis! Apalagi fitur kartu Debit Jenius yang udah contactless. Sangat memudahkan dan menyenangkan!
Mencoba promo nonton! Luv banget nih Contactless Jenius. |
Terbilang baru menggunakan Jenius BTPN, aku sangat terbantu dengan Jenius. Cukup dengan satu aplikasi, aku sudah bisa mengatur keuanganku. Mulai dari dana darurat, investasi, mewujudkan mimpi-mimpi, hingga bersenang-senang.
Menarik banget, kan? Tunggu apalagi! Daftar Jenius gih! Aku sendiri udah berhasil mengajak beberapa temanku dan 'meracuni' mereka untuk rajin menabung dan berinvestasi! Yuk, segera daftar Jenius untuk memudahkan perencanaan keuanganmu!
Kalau aku bisa, kamu pasti punya peluang yang sama.
Terima kasih, Jenius BTPN!
Aku masih menunggu inovasi-inovasi baru darimu soal keuangan!
Kalau aku bisa, kamu pasti punya peluang yang sama.
Terima kasih, Jenius BTPN!
Aku masih menunggu inovasi-inovasi baru darimu soal keuangan!
Masih nggak menyangka bisa menghabiskan waktu cuti buat liburan di tempat yang nggak terpikirkan sebelumnya... Siap-siap, aku bakalan cerita panjang soal pengalaman liburanku di Surabaya dan Madura!
INI AKAN JADI TULISAN SUPER PANJANG KARENA NGEDRAFTNYA AJA BERMINGGU-MINGGU. :")))))
Seminggu sebelum berangkat ke Surabaya, tepatnya hari Sabtu siang. Dalam sebuah WhatsApp grup, temanku bernama Erma mengajak makan siang. Ajakan tersebut memulai percakapan panjang. Dari ajakan makan siang yang akhirnya malah malam mingguan ini cerita bermula.
Sabtu, aku masih bekerja shift. Otomatis, ajakan makan siang Erma nggak bisa dipenuhi. Sementara si Bella--teman kami dalam satu grup juga nggak bisa memenuhi karena berada di rumah. Alhasil, kami malah saling curhat kalau hari ini malam minggu. Dari sambatan biasa, aku melontarkan ajakan buat bertemu sepulang kerja atau sore harinya.
Kami akhirnya bertemu di sebuah pusat perbelanjaan lalu makan bareng di sebuah warung. Pertemuan yang lebih banyak sharing ini bermuara pada rencana Erma kondangan ke Surabaya. Ternyata nggak cuma kondangan, Erma punya rencana lain untuk liburan ke Madura. Ia pun mengajak kami untuk ikut.
Sebagai anak yang sedang bosan dengan rutinitas, ajakan liburan sangat menggiurkan. Terlebih, aku memang sudah punya rencana cuti. Yeay, mestakung gitu deh! Rencana sedikit terhambat melihat jadwal shift yang sedikit bentrok. Namun akhirnya teratasi dengan tukar jadwal, Thanks Mbak Tin!
Senin, 4 November 2019.
Aku dan temanku, Bella merencanakan untuk beli tiket kereta dari Yogyakarta ke Surabaya. Namun sayang ketidakpastian mulai muncul, soal agenda weekend di kantor Bella. Akhirnya, kami memutuskan untuk menunda pembelian tiket kereta.
Beberapa hari berselang, aku memutuskan untuk beli tiket sendiri karena takut kehabisan. Mengingat saat terakhir buka tiket, cuma tinggal hitungan jari. Hmm.. Akhirnya memberanikan diri beli tiket berangkat. Lalu perjalanan ke timur ini menjadi pengalaman naik kereta Yogyakarta-Surabaya sendirian. Sebelumnya pasti ramean~ Beda kalau ke barat, udah sering sendirian ;")
Jumat, 8 November 2019.
Akhirnya pas hari H keberangkatan, aku berangkat seorang diri. Sementara Erma dan temannya Wulan sudah berada di Surabaya. Bella apa kabar? Dia baru ngabarin siang jelang sore, pas jam pulang kantor. Seneng banget pas tahu, kalau dia jadi ikutan trip ke Madura~ Horeeeeeeee! Seneng banget, akhirnya~ Doa-doa yang kami panjatkan diaminkan semesta~
Perjalanan kereta ditempuh sekitar 5-6 jam menggunakan kereta ekonomi Sri Tanjung. Berhubung seorang diri, aku menghabiskan 1,5 perjalanan di restorasi untuk makan. Kereta tiba pukul setengah 3 sore. Setiba di Stasiun Gubeng, langsung mampir ke masjid dekat stasiun. Udah kayak warlok gitu, nggak bingung (bangga).
Mampir salat sebentar dan leyeh-leyeh karena Surabaya panas banget. Lebih tepatnya gerah gitu, sementara di masjid sangat adem. Sembari leyeh-leyeh, aku coba pesan ojek online menuju penginapan Erma dan Wulan. Asli ya, susah banget dapat sopir yang mau. Setelah order berulang tanpa ada yang mau angkut, akhirnya ada sopir yang mengangkut. Beliau kirim pesan, "Mbak saya masih di Menur. Mau nungguin nggak?"
Berhubung saya nggak tahu lokasi Menur di mana dan malas order dengan ketidakpastian, akhirnya aku jawab.
"Iya, Pak. Nggak apa-apa. Saya tunggu."
Yeay, akhirnya setelah menunggu beberapa saat. Sopir tiba juga di masjid dan mengantarku ke lokasi. Selama perjalanan ke penginapan, memoriku soal Surabaya kembali muncul. Udah beberapa emang ke Surabaya dan selalu menyenangkan, walaupun sekarang makin panas. Hahaha...
Sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya tiba di penginapan kawasan Siwalankerto. Berhubung hari Jumat (long weekend), Jalanan di SBY macet-macet sedap. Ternyata, kemacetan semakin menjadi saat malam hari. Erma dan Wulan akan kondangan, lalu aku awalnya akan kondangan juga (jadi penyusup). Namun akhirnya, macet dan sopir ojek online semakin menolak orderan kami. Akhirnya aku dan Wulan cuma nongkrong di bawah penginapan. Penginapan mirip apartemen, lantai bawah ada warung-warung makan gitu.
Rencana kondangan sempat teralihkan dengan ajakan eksplore Kota Surabaya oleh temanku. Berhubung nggak ada rencana apa-apa, aku coba bertanya pada 'warga lokal' lewat temanku Inur. Ternyata, dia sudah jam pulang kerja dan tak memiliki agenda. Lalu kami berencana ke daerah kota, kami saling share tempat wisata malam di Surabaya. Udah tuh, banyak pilihan dan bingung harus ke mana. Akhirnya ngide ke Taman BMX, yaudah sepakat kita akan bertemu di sana.
Lokasinya cukup di tengah kota, aku ke daerah utara. Kantor Inur katanya dekat situ. Namun sayang, keinginan main skateboard dan BMX (padahal cuma lihat) nihil~ Karena macet parah dan nggak ada ojek online yang angkut ke kota. Padahal si Inur udah nungguin dari jam berapa. Maaf yaaaaaaaaa....
Dengan perasaan tidak enak karena udah ditungguin tapi malah gagal. Aku menyarankan Inur ke penginapan yang ternyata searah jalan pulang.
"Udah ke sini aja ya. Ada Starbuck di sini."
Makasi, Inur! Maaf ya ganggu jam pulang kantor.
INI AKAN JADI TULISAN SUPER PANJANG KARENA NGEDRAFTNYA AJA BERMINGGU-MINGGU. :")))))
Seminggu sebelum berangkat ke Surabaya, tepatnya hari Sabtu siang. Dalam sebuah WhatsApp grup, temanku bernama Erma mengajak makan siang. Ajakan tersebut memulai percakapan panjang. Dari ajakan makan siang yang akhirnya malah malam mingguan ini cerita bermula.
Sabtu, aku masih bekerja shift. Otomatis, ajakan makan siang Erma nggak bisa dipenuhi. Sementara si Bella--teman kami dalam satu grup juga nggak bisa memenuhi karena berada di rumah. Alhasil, kami malah saling curhat kalau hari ini malam minggu. Dari sambatan biasa, aku melontarkan ajakan buat bertemu sepulang kerja atau sore harinya.
Kami akhirnya bertemu di sebuah pusat perbelanjaan lalu makan bareng di sebuah warung. Pertemuan yang lebih banyak sharing ini bermuara pada rencana Erma kondangan ke Surabaya. Ternyata nggak cuma kondangan, Erma punya rencana lain untuk liburan ke Madura. Ia pun mengajak kami untuk ikut.
Sebagai anak yang sedang bosan dengan rutinitas, ajakan liburan sangat menggiurkan. Terlebih, aku memang sudah punya rencana cuti. Yeay, mestakung gitu deh! Rencana sedikit terhambat melihat jadwal shift yang sedikit bentrok. Namun akhirnya teratasi dengan tukar jadwal, Thanks Mbak Tin!
Senin, 4 November 2019.
Aku dan temanku, Bella merencanakan untuk beli tiket kereta dari Yogyakarta ke Surabaya. Namun sayang ketidakpastian mulai muncul, soal agenda weekend di kantor Bella. Akhirnya, kami memutuskan untuk menunda pembelian tiket kereta.
Beberapa hari berselang, aku memutuskan untuk beli tiket sendiri karena takut kehabisan. Mengingat saat terakhir buka tiket, cuma tinggal hitungan jari. Hmm.. Akhirnya memberanikan diri beli tiket berangkat. Lalu perjalanan ke timur ini menjadi pengalaman naik kereta Yogyakarta-Surabaya sendirian. Sebelumnya pasti ramean~ Beda kalau ke barat, udah sering sendirian ;")
Jumat, 8 November 2019.
Akhirnya pas hari H keberangkatan, aku berangkat seorang diri. Sementara Erma dan temannya Wulan sudah berada di Surabaya. Bella apa kabar? Dia baru ngabarin siang jelang sore, pas jam pulang kantor. Seneng banget pas tahu, kalau dia jadi ikutan trip ke Madura~ Horeeeeeeee! Seneng banget, akhirnya~ Doa-doa yang kami panjatkan diaminkan semesta~
Perjalanan kereta ditempuh sekitar 5-6 jam menggunakan kereta ekonomi Sri Tanjung. Berhubung seorang diri, aku menghabiskan 1,5 perjalanan di restorasi untuk makan. Kereta tiba pukul setengah 3 sore. Setiba di Stasiun Gubeng, langsung mampir ke masjid dekat stasiun. Udah kayak warlok gitu, nggak bingung (bangga).
Mampir salat sebentar dan leyeh-leyeh karena Surabaya panas banget. Lebih tepatnya gerah gitu, sementara di masjid sangat adem. Sembari leyeh-leyeh, aku coba pesan ojek online menuju penginapan Erma dan Wulan. Asli ya, susah banget dapat sopir yang mau. Setelah order berulang tanpa ada yang mau angkut, akhirnya ada sopir yang mengangkut. Beliau kirim pesan, "Mbak saya masih di Menur. Mau nungguin nggak?"
Berhubung saya nggak tahu lokasi Menur di mana dan malas order dengan ketidakpastian, akhirnya aku jawab.
"Iya, Pak. Nggak apa-apa. Saya tunggu."
Yeay, akhirnya setelah menunggu beberapa saat. Sopir tiba juga di masjid dan mengantarku ke lokasi. Selama perjalanan ke penginapan, memoriku soal Surabaya kembali muncul. Udah beberapa emang ke Surabaya dan selalu menyenangkan, walaupun sekarang makin panas. Hahaha...
Sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya tiba di penginapan kawasan Siwalankerto. Berhubung hari Jumat (long weekend), Jalanan di SBY macet-macet sedap. Ternyata, kemacetan semakin menjadi saat malam hari. Erma dan Wulan akan kondangan, lalu aku awalnya akan kondangan juga (jadi penyusup). Namun akhirnya, macet dan sopir ojek online semakin menolak orderan kami. Akhirnya aku dan Wulan cuma nongkrong di bawah penginapan. Penginapan mirip apartemen, lantai bawah ada warung-warung makan gitu.
Rencana kondangan sempat teralihkan dengan ajakan eksplore Kota Surabaya oleh temanku. Berhubung nggak ada rencana apa-apa, aku coba bertanya pada 'warga lokal' lewat temanku Inur. Ternyata, dia sudah jam pulang kerja dan tak memiliki agenda. Lalu kami berencana ke daerah kota, kami saling share tempat wisata malam di Surabaya. Udah tuh, banyak pilihan dan bingung harus ke mana. Akhirnya ngide ke Taman BMX, yaudah sepakat kita akan bertemu di sana.
Lokasinya cukup di tengah kota, aku ke daerah utara. Kantor Inur katanya dekat situ. Namun sayang, keinginan main skateboard dan BMX (padahal cuma lihat) nihil~ Karena macet parah dan nggak ada ojek online yang angkut ke kota. Padahal si Inur udah nungguin dari jam berapa. Maaf yaaaaaaaaa....
Dengan perasaan tidak enak karena udah ditungguin tapi malah gagal. Aku menyarankan Inur ke penginapan yang ternyata searah jalan pulang.
"Udah ke sini aja ya. Ada Starbuck di sini."
Makasi, Inur! Maaf ya ganggu jam pulang kantor.
foto: unsplash |
Kenal saham pertama kali dari teman kuliah. Ada beberapa teman ngobrol asyik soal saham. Mereka bercerita soal grup di Line yang isinya seputar saham dan bitcoin. Penasaran jadi modal awal buat gabung ke grup. Minta tolong teman untuk masukin ke grup. Masih jadi silent reader karena beneran nggak paham banget sama istilah-istilahnya.
Lebih jauh, sebagai first jobber, aku punya banyak keinginan namun modal yang terbatas. Apalagi income yang nggak besar, aku harus pintar mengolahnya. Dari beli buku soal manajemen finansial sampai praktek langsung, diriku haus akan informasi. Makin tertarik dengan informasi dan manajemen keuangan, lalu jiwa mudaku tersulut. *Teringat cita-cita dulu ingin masuk jurusan ekonomi/manajemen karena ingin mengatur uang*
Berhubung teks yang ada di buku kurang berkaitan dengan realita kehidupan, akhirnya mulai cari info-info di media sosial. Dari situ kenal, Jouska yang kasus viral di media sosial soal gaji habis buat kopi. Pasti kalian udah baca atau sekadar mendengar, kan?
Berasal dari Jouska, aku mulai ikut workshop soal finansial dan investasi. Dulu Jouska pernah mengadakan workshop ke kota-kota tertentu, salah satunya Jogja. Yeay! Nggak pikir panjang, langsung daftar. Dengan harga Rp 250.000, aku dapat pengetahuan banyak soal investasi, manajemen keuangan, produk investasi, hingga ekonomi makro. Pusing sih, tapi seneng!
Baca juga:13 Pelajaran hidup yang diperoleh di tahun 2018.
Pada workshop tersebut, peserta diberi kesempatan untuk mendaftarkan akun sekuritas untuk buka akun untuk jual beli saham. Nggak ingin menyiakan kesempatan, aku ikut daftar. Prosesnya agak lama, karena nggak ke sekuritas langsung. Setelah itu, muncul email soal pendaftaran akun sekuritas dan rekening dana nasabah (RDN) yang digunakan untuk rekening transaksi saham.
Beberapa hari selanjutnya-setelah aktif, aku dapat paket dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Mereka mengirimkan kartu tanda investor. ........................... (lupa namanya apa, tapi warnanya merah). Wew, baru ngeh ternyata ada kartunya ya..
Lanjut dari situ, aku masih nggak ngerti cara beli dan jual saham. Sekadar punya aja dan nggak tahu cara makainya. Lol! Lalu pernah ngobrol dengan temanku, ia bercerita ikut kelas Yuk Nabung Saham yang diadakan oleh TICMI di Jakarta. Sejak saat itu, aku cari tahu apa itu TICMI dan adakah kelas serupa di Yogyakarta?
TICMI itu semacam lembaga atau sekolah pasar modal untuk pelatihan dan sertifikasi. Buat pemula, ada banget kelasnya. Nggak cuma TICMI, lembaga seperti IDX juga rutin mengadakan kelas pengenalan saham setiap bulan. Aku mengikuti kelas yang diadakah oleh IDX Jogja bernama Sekolah Pasar Modal.Tahu itupun dari temanku bernama Inur.
Ikut Sekolah Pasar Modal
Ternyata, harga dan kelas pengenalan saham cukup terjangkau. Cuma dengan uang Rp 100.000, aku sudah bisa ikut kelas Sekolah Pasar Modal. Buat info lengkapnya bisa cek di linknya langsung ya. Uang Rp 100.000 yang dibayarkan, nantinya akan jadi uang di rekening dana nasabah kita. Dah nggak rugi, deh!Buat persyaratan buka rekening, coba cek langsung di web ya! Seingetku, beberapa berkas yang disiapkan adalah fotokopi buku tabungan bagian depan yang ada nama dan nomor rekening, foto kopi KTP, foto kopi NPWP (jika punya), dan materai.
Belajar Analisis Teknikal dan Fundamental
Salah satu materi yang ada di Sekolah Pasar Modal adalah analisis Teknikal dan Fundamental. Jujur, nggak ngerti sama grafik, chart, dan kode-kode dari pergerakan saham. Lagi-lagi, aku penasaran dan nggak mau merasa bego karena nggak paham. Akhirnya, setelah kelas, iseng buka aplikasi sekuritas, buka chart, cari tahu soal inisial-inisial seperti EPS, DER, ROE, yang sampai sekarang masih kebolak-balik.
Lama-lama jadi tahu dan paham. Secara garis besar, analisis teknikal itu melihat pergerakan harga saham dengan beragam alat. Analisis ini digunakan oleh para trader yang setiap hari menjual dan membeli saham. Beda dengan investor, mereka lebih suka menggunakan analisis fundamental. Nah analisis fundamental ini menggunakan beberapa indikator yang aku sebutkan sebelumnya, seperti EPS, DER, ROE, dan lain-lain.
Berhubung aku anak bawang, aku juga membekali informasi lewat grup-grup WhatsApp, Telegram, beli buku, dan diskusi bareng teman yang udah lebih dulu terjun di saham. Temanku dengan sabar mengajari, alat apa yang digunakan untuk analisis teknikal. Istilah-istilah asing, cara beli dan jual saham, dan lain-lain. Thanks to Janu!
Praktik Langsung
Tentu sebagai anak bawang, nggak bisa dilepas sendiri. Kebanyakan tanya sama teman sampai lihat tutorial di YouTube. Pokoknya, jangan malu bertanya ya!
Setelah mulai tahu siklus dan cara kerja saham, senang sekali melihat portfolio (saham yang kita miliki) berwarna hijau. Dari situ, jadi kegirangan buat beli lagi, lagi, dan lagi. Kecanduan~
Cuma, sebagai seorang investor pemula. Kita juga nggak boleh lupa soal risiko. Saham dikenal sebagai investasi jangka panjang yang punya risiko besar dibanding jenis investasi lain. Oleh sebab itu, jangan sedih kalau sahammu sedang merah alias cut loss. Paling buruk, pengalamanku setahunan belajar adalah cut loss di atas 29 persen. Itu pun saham gorengan yang ku beli dengan jumlah lot sedikit. Jadi ku santayyy aja, nggak sedih-sedih amat.
Belajar Saham Membuka Cakrawala
Sejujurnya, saham itu nggak cuma belajar saham doang. Kamu bakal belajar manajemen keuangan, ekonomi makro, kebijakan negara, hubungan internasional antarnegara, dan mantengin berita.
Baca juga: Ngobrolin gaji, nabung, dan kebiasaan sebulan versi cewek dan cowok
Seru dan menyenangkan. Apalagi sekarang, terbuka luas buat cari tahu soal cara berinvestasi saham. Setiap daerah ada komunitasnya yang bisa diikuti. Kalau nggak sempet atau nggak punya waktu, bisa dengerin podcast, buka YouTube, dan lain-lain.
Stigma Saham
Aku juga ingin berbagi cerita soal pengalamanku berinvestasi saham. Jujur, nggak selalu manis seperti kampanye dan kisah sukses yang ada di buku-buku. Selain pernah cut loss gede, aku pernah mendapat stereotip bahwa saham itu riba. Saham itu ketinggian buat cewek. Cewek itu harusnya, nggak belajar saham. :"))))))))) Oh dear, sedih dengarnya. Pengen adu argumen tapi bodo amat deh. Dari awal kita emang beda!
Padahal dalam benak, waktu awal-awal belajar saham. YA ALLAH, KENAPA W BARU BELAJAR SEKARANG YA! TELAT HUHUHU. COBA DARI DULU!
Setelah ngegas sedih, lalu menenangkan dengan kata-kata.
"NGGAK ADA KATA TERLAMBAT BUAT BELAJAR!!!!!!!!!!!!!!11!!"
Jangan takut sama saham, saham itu bisa dipelajari. Ada ilmunya, kalau takut itu riba, monggo baca-baca lagi dan yakinkan dirimu. Ada banyak saham yang masuk kategori Syariah kok! So why did you worry?
Kalau mau belajar, diskusi, atau sharing. Aku membuka kesempatan dengan luas!
Beberapa bulan lalu, berkesempatan ke luar negeri bareng teman. Soal rencana dan persiapan, semua ada di postingan ini.Nah kali ini, aku mencoba melanjutkan cerita.
DAY 1!
Hari pertama tiba di Singapura, tepatnya tanggal 7 Maret 2019. Akhirnya tiba juga di negara berlambang singa. Dari yang awalnya cuma nulis konten sponsored tentang Singapura, sekarang bisa sampai.
Tentu lokasi pertama menapakan kaki di Singapura adalah Bandara Changi. Kami turun di Terminal 4 Changi--yang isinya nggak ada apa-apa menurut kita. Setibanya di Changi, kami bergegas ke imigrasi. Banyak traveler bercerita tentang nasib apes soal imigrasi di Singapura, sempat deg-degan tapi all is well. Lancaaar banget. Ditanyain dari Jogja mau liburan ya? Menginap di mana? Lalu cap stempel, selamat liburan~
Selanjutnya, kami menuju ke Terminal 2 di Changi. Berencana mau makan siang atau istirahat sebentar karena jam check in baru bisa pukul 14.00 waktu Singapura. Kenapa kami ke Terminal 2? Karena di sana ada monorail atau MRT yang bisa mengantar ke penginapan. Akses dari Terminal 4 ke Terminal 2 dengan shuttle bus yang disediakan oleh Changi.
Tiba di Changi Terminal 2, jangan lupa buat beli kartu akses monorail, bus, dan LRT dengan Singapore Tourist Pass (STP). Kartu tersebut dijual sebelum pintu masuk stasiun MRT. Satu hari seharga 10 SGD, buat tiga hari ada diskon 10 SGD dengan mengembalikan kartu di akhir perjalanan. Oiya, jangan lupa ambil peta wisata yang tersedia di Changi. Itu sangat membantu banget buat tahu lokasi dan stasiun terdekat.
Setelah mengantongi STP, kami menuju penginapan di kawasan Little India. Kami turun di Fareer Park Hospital dengan MRT. Lewat jalur ungu MRT tapi sebelumnya, kami sempat menggunakan LRT. Kita tahu karena ambil peta, jadi jangan lupa yaa.. Hahahaha Ini pertama kalinya naik LRT dan MRT, maklum di Indonesia pada bulan Maret belum jadi.
First impression naik, rapi dan bersih banget. Nyaman jadinya~ Fyi, jalan-jalan kali ini niatnya ingin jalan-jalan. Nggak ada upload-upload atau tag-tag. Inginnya jalan-jalan, menikmati liburan. Jadi sampai tiba di penginapan, kami nggak ada beli kartu simcard lokal. Nggak pakai paket internet dari Indonesia. Kami cuma modal wifi bandara dan stasiun. Sisanya bertanya dan bertanya terus.
Akhirnya, tiba juga di kawasan Little India. Saat itu terlihat sepi, jalanan juga nggak ramai seperti kota-kota besar di Indonesia. Lagi-lagi, bersih. Orang menyebrang juga di zebracross, mengikuti aturan, sampai memprioritaskan pejalan kaki.
Nggak jauh dari exit station Fareer Park, kami menuju hostel bernama ABC Premium Hostel. Kami memilih hostel tersebut karena fasilitas, harga, dan lokasi yang terjangkau. Kamu bisa kepo-kepo di Google atau aplikasi pesan online.
Setelah check in, kami menuju kamar. Istirahat sebentar lalu menuju destinasi pertama, yaitu Haji Lane. Berhubung nggak ada wifi dan kuota inet, kamu bermodal tanya-tanya orang. Sempet kesasar dikit tapi akhirnya ketemu. Di sana ada Kampong Glam dan masjid ikonik yang bikin betah, Masjid Sultan. Seriusan kami dari Magrib sampai Isya ada kali di sana. Tak lupa jajan cantik teh tarik dan makanan nasi lemak di kawasan Haji Lane.
Jangan lupa beli kartu simcard lokal untuk memudahkan perjalananmu. Kami mampir ke Sevel beli sim lokal seharga 15 SGD dengan merek Singtel. Kuotanya tumpah-tumpah, pakai satu kartu buat berdua.
Singapura malam hari mulai memancarkan lampu dari gedung pencakar langit. Kami memilih untuk ke Bugis Street di antara orang-orang pulang kerja dengan dasi dan kemejanya. Tak lupa banyak orang olahraga lari. Kami keliling Singapura naik bus malam hari. Syahdu juga.
Mampir ke Bugis Street, kami nggak beli banyak oleh-oleh. Karena niatnya jalan-jalan~ Kalau kalian ingin belanja oleh-oleh murah, mampir ke toko ABC di Bugis. Dijamin kalap~ Oiya, kami juga sempet mampir ke Clarke Quay. Cantik di malam hari dengan gemerlap lampu dan sungai bersih. Di sini tempat orang-orang kantoran buat lepas penat, ada banyak warung yang bisa dijajal sambil mabu-mabuan.
Mengingat kaki mulai gempor dan semakin malam. Kami memutuskan pulang ke hostel. Bersih diri dan tidooor.
DAY 1!
Hari pertama tiba di Singapura, tepatnya tanggal 7 Maret 2019. Akhirnya tiba juga di negara berlambang singa. Dari yang awalnya cuma nulis konten sponsored tentang Singapura, sekarang bisa sampai.
Tentu lokasi pertama menapakan kaki di Singapura adalah Bandara Changi. Kami turun di Terminal 4 Changi--yang isinya nggak ada apa-apa menurut kita. Setibanya di Changi, kami bergegas ke imigrasi. Banyak traveler bercerita tentang nasib apes soal imigrasi di Singapura, sempat deg-degan tapi all is well. Lancaaar banget. Ditanyain dari Jogja mau liburan ya? Menginap di mana? Lalu cap stempel, selamat liburan~
Selanjutnya, kami menuju ke Terminal 2 di Changi. Berencana mau makan siang atau istirahat sebentar karena jam check in baru bisa pukul 14.00 waktu Singapura. Kenapa kami ke Terminal 2? Karena di sana ada monorail atau MRT yang bisa mengantar ke penginapan. Akses dari Terminal 4 ke Terminal 2 dengan shuttle bus yang disediakan oleh Changi.
Tiba di Changi Terminal 2, jangan lupa buat beli kartu akses monorail, bus, dan LRT dengan Singapore Tourist Pass (STP). Kartu tersebut dijual sebelum pintu masuk stasiun MRT. Satu hari seharga 10 SGD, buat tiga hari ada diskon 10 SGD dengan mengembalikan kartu di akhir perjalanan. Oiya, jangan lupa ambil peta wisata yang tersedia di Changi. Itu sangat membantu banget buat tahu lokasi dan stasiun terdekat.
Setelah mengantongi STP, kami menuju penginapan di kawasan Little India. Kami turun di Fareer Park Hospital dengan MRT. Lewat jalur ungu MRT tapi sebelumnya, kami sempat menggunakan LRT. Kita tahu karena ambil peta, jadi jangan lupa yaa.. Hahahaha Ini pertama kalinya naik LRT dan MRT, maklum di Indonesia pada bulan Maret belum jadi.
First impression naik, rapi dan bersih banget. Nyaman jadinya~ Fyi, jalan-jalan kali ini niatnya ingin jalan-jalan. Nggak ada upload-upload atau tag-tag. Inginnya jalan-jalan, menikmati liburan. Jadi sampai tiba di penginapan, kami nggak ada beli kartu simcard lokal. Nggak pakai paket internet dari Indonesia. Kami cuma modal wifi bandara dan stasiun. Sisanya bertanya dan bertanya terus.
Akhirnya, tiba juga di kawasan Little India. Saat itu terlihat sepi, jalanan juga nggak ramai seperti kota-kota besar di Indonesia. Lagi-lagi, bersih. Orang menyebrang juga di zebracross, mengikuti aturan, sampai memprioritaskan pejalan kaki.
Nggak jauh dari exit station Fareer Park, kami menuju hostel bernama ABC Premium Hostel. Kami memilih hostel tersebut karena fasilitas, harga, dan lokasi yang terjangkau. Kamu bisa kepo-kepo di Google atau aplikasi pesan online.
Setelah check in, kami menuju kamar. Istirahat sebentar lalu menuju destinasi pertama, yaitu Haji Lane. Berhubung nggak ada wifi dan kuota inet, kamu bermodal tanya-tanya orang. Sempet kesasar dikit tapi akhirnya ketemu. Di sana ada Kampong Glam dan masjid ikonik yang bikin betah, Masjid Sultan. Seriusan kami dari Magrib sampai Isya ada kali di sana. Tak lupa jajan cantik teh tarik dan makanan nasi lemak di kawasan Haji Lane.
Jangan lupa beli kartu simcard lokal untuk memudahkan perjalananmu. Kami mampir ke Sevel beli sim lokal seharga 15 SGD dengan merek Singtel. Kuotanya tumpah-tumpah, pakai satu kartu buat berdua.
Singapura malam hari mulai memancarkan lampu dari gedung pencakar langit. Kami memilih untuk ke Bugis Street di antara orang-orang pulang kerja dengan dasi dan kemejanya. Tak lupa banyak orang olahraga lari. Kami keliling Singapura naik bus malam hari. Syahdu juga.
Mampir ke Bugis Street, kami nggak beli banyak oleh-oleh. Karena niatnya jalan-jalan~ Kalau kalian ingin belanja oleh-oleh murah, mampir ke toko ABC di Bugis. Dijamin kalap~ Oiya, kami juga sempet mampir ke Clarke Quay. Cantik di malam hari dengan gemerlap lampu dan sungai bersih. Di sini tempat orang-orang kantoran buat lepas penat, ada banyak warung yang bisa dijajal sambil mabu-mabuan.
Mengingat kaki mulai gempor dan semakin malam. Kami memutuskan pulang ke hostel. Bersih diri dan tidooor.
Beberapa waktu lalu, tepatnya akhir Juni dan awal Juli, aku mendapat kesempatan naik kereta lagi. Dalam rangka berkunjung ke rumah teman atas inisiasi teman, rencana sudah disusun pada bulan Ramadan. Jadi kira-kira estimasinya bulan Juli dan ditetapkan pada akhir Juni dan awal Juli.
Kata pertama yang terlintas dari Jombang adalah Rian Jombang. Sosok fenomenal yang kira-kira tahun 2000-an jadi sorotan media di Indonesia. Hmmm, maafkan aku yang kurang informasi. Padahal Jombang memiliki sosok ikonik yang sepertinya orang-orang pasti menyebut sosoknya saat mendengar kata Jombang.
Merencanakan berempat untuk bisa berkunjung bersama-sama, namun akhirnya yang berangkat cuma berdua. Well, tetap bersemangat kok karena kita sama-sama belum pernah ke Jombang. First timer banget lah.
Dari Yogyakarta menuju Jombang menggunakan kereta api (lupa namanya) karena semua tiket dipesankan. Semua pengalaman selama di Jombang telah aku bagikan dalam thread.
Kemarin dapat kesempatan berkunjung ke Kota Santri alias Jombang. Nggak pernah kebayang bakalan mampir ke Jombang di tahun ini. Aku menemukan cerita dan pengalaman baru dari sisi unik Kota Jombang.— vindiasari (@vindiasari) July 1, 2019
Ada banyak pengalaman baru dan kisah menarik yang membuka mataku, termasuk mengenal sedikit tentang pondok pesantren.
Terima kasih untuk jalan-jalan kilat yang menyenangkan.