foto: Unsplash |
Selamat bulan Agustus semua!
Bagi para cewek, tentunya kosmetik dan skincare jadi barang yang cukup familiar untuk dimiliki. Tapi kalau bicara dua hal tersebut, rasanya nggak cuma diperuntukkan khusus cewek ya. Nyatanya ada banyak cowok yang emang doyan menjaga diri khususnya kesehatan kulit dan tubuhnya. Well, skincare dan kosmetik adalah barang universal ya.
Ngobrolin soal skincare dan kosmetik, coba hitung-hitung ada berapa produk yang kamu gunakan? Pastinya nggak cuma satu dua barang. Lalu setelah habis digunakan, si kemasan produk skincare dan kosmetik ini dibuang ke mana?
Sejujurnya, beberapa tahun ke belakang memang banyak menjajal produk skincare dan kosmetik. Lalu yang aku lakukan setelah memakai produknya adalah menyimpan kemasannya. Kadang heran dulu kenapa suka nyimpenin kemasannya ya?
Ternyata alasan awal-awal tidak membuang asal karena kemasan yang dibuang utuh bisa disalahgunakan oleh oknum. Sekarang banyak banget skincare dan kosmetik abal-abal kan ya. Kebayang dong, kalau mereka punya bekas produk dan diisi dengan produk palsu. Siapa lagi kalau bukan konsumen atau kita-kita yang dirugikan?
Twitter Do Your Magic.
Nah berawal dari itu, akhirnya setiap kemasan yang selesai digunakan pasti akan masuk kantong sampah. Sampah-sampah skincare tersebut dikumpulkan sampai dapat tiga kardus sepatu. Kebayang kan~ betapa banyaknya~
—
waste4change (@waste4change) June
3, 2020
Sampah tersebut sebenarnya akan didonasikan pada bank sampah. Kendati demikian ada sebuah thread muncul di timeline Twitter. Isinya cukup informatif dan bikin ingin mencobanya. Selengkapnya kamu bisa cek di sini.
Persiapan sebelum setor sampah kemasan skincare.
Bermula dari Thread @waste4change, akhirnya masuk bookmark dan likes. Biasa kan ya, netizen. Likesnya banyak, actionnya kadang zero. Lol. Aku pun mengalaminya~ Tapi akhirnya tergerak setelah merombak isi kamar.
Jadi bulan Juli kemarin, sudah berkeinginan mengecat ulang kamar. Sudah browsing lewat Pinterest dan Instagram, cari inspirasi. Syukurlah, tercapai juga~ Nah bagian dari mengecat ulang ini pastinya ada proses memindahkan isi kamar dan furniturnya. Dari situ, aku menyadari bahwa barangku banyak sekali~
Beberapa barang di antaranya adalah kertas skripsi lumayan menggunung, sampah plastik kresek, bubble wrap sisa belanja online, kemasan-kemasan skincare yang teronggok begitu saja di salah satu lemari. Weeeeey, ini kamar apa gudang si? Wkwkwk
Nah bermula dari situ, aku pun ngide buat decluttering isi kamar, lemari, dan lain-lain. Makin termotivasi saat mengetahui daftar sampah yang bisa ditampung pihak Waste4Change seperti di link ini.
Cara mengirim sampah kemasan skincare.
Pihak Waste4Change meminta pengirim sampah untuk mencuci kemasan terlebih dahulu. Yaudah, ku cuci pakai sabun. Lalu jemur-jemur sampai kering, lap-lap dikit yang masih basah, dan kemas.
Setelah bersih, aku mulai membuka website Waste4Change dan mengisi nomor telepon. Ternyata caranya gampang banget!
Setelah isi nomor, isi biodata dikit, masukkan alamat, lalu pilih setor kemasan. Ikuti prosedur dan nanti kamu bakal dapat kode unik yang harus ditulis di paketmu.
Setelah sampahmu bersih dan dikemas dengan baik, kamu siap mengirimnya ke lokasi. Sejauh ini Waste4Change baru menerima alamat di Bekasi, walaupun ku dengar ada kantor di Semarang. Kamu bisa mengirim pakai jasa ojek online kalau masih satu region. Nah berhubung ku jauh dari Bekasi, akhirnya cari jasa pengiriman.
Saat akan mengirim, aku tersadar ini hari weekend alias nggak semua jasa buka. Akhirnya nyari-nyari yang bisa di-pickup dari rumah, biar nggak usah jauh-jauh dan kecele~ Jatuhlah pilihanku pada Anter Aja.
Seneng banget, pakainya gampang banget. Download aplikasi di PlayStore atau AppStore lalu login. Selanjutnya tinggal isi data lokasi tujuan dan titik pengambilan paket. Isi data hari itu, langsung hari itu juga diambil. Wow pelayanannya cepet banget!!!
Urusan harga ongkir, tenang guys! Kemarin ku nyoba cukup terjangkau dibandingkan ongkir jasa lain. Bukan cuma itu, masih ada potongan-potongan yang membuat cukup hemat! Gimana nggak seneng ya~
Sayangnya pembayaran Anter Aja ini cuma beberapa platform yang dibuka antara lain Gopay, OVO, Dana, sama apa ku lupa. Pilihan Transfer Bank atau Virtual Account belum tersedia.
Aku kirim hari Sabtu, Senin siang udah ada notif sampai lokasi. Nah loh, cepet banget kan. Nggak kayak beli paket biasa yang sampai tiga harian. Nanti pas paketmu sampai, ada notifikasi di email.
Setelah kepo-kepo website Waste4Change, ternyata ada model kumpulin poin gitu. Jadi setoranmu bakalan dihitung jadi poin yang nantinya bisa ditukar dengan pulsa, gopay, PLN, dan lain-lain.
Gimana guys, gampang kan? Selamat mencoba ya! Buat info lebih lanjut silakan cek di websitenya.
Bagi sebagian besar orang yang mulai mengenal kata investasi, pasti ujungnya bakal mendengar kata saham. Apalagi sekarang lagi gencar dikampanyekan Belajar Nabung Saham. Dalam beberapa tahun terakhir gerakan nabung saham begitu masif apalagi mulai banyak financial planner ataupun akun media sosial membahas soal saham.
Sebelum terjun ke dunia pasar modal, tentunya ada langkah-langkah yang sebaiknya diketahui orang pada umumnya. Apa aja sih?
Menurut pengalamanku, saham itu merupakan investasi jangka panjang dengan risiko tinggi. Ibarat kata nih, kamu punya uang Rp 10ribu dan kamu punya rencana besar dengan nominal tersebut di masa mendatang.
Bagi sebagian orang, uang Rp 10ribu itu akhirnya diinvestasikan untuk mendapatkan imbal hasil yang baik di masa mendatang. Nah imbal hasilnya ini nggak bisa dengan instan didapatkan~ Meskipun saham bisa dengan mudah mendapatkan cuan atau untung dalam waktu singkat lewat trading, pada akhirnya saham cocok untuk investasi jangka panjang.
High risk high profit. Semakin tinggi risiko semakin besar profit yang bisa didapatkan. Kamu bisa dapat untung dalam waktu cepat tapi kamu juga bisa rugi besar lho~
Saham itu termasuk investasi dengan risiko tinggi. Udah tahu modelan begitu, ada baiknya kamu tahu profil risikomu. Kamu tipe manusia seperti apa? Kalau kamu berpikir uang investasimu bisa rugi hingga cutloss dalam jumlah besar tapi kamu masih bisa hahahihi—itu pas banget masuk kepribadian yang cocok menginvestasikan uang ke saham.
Kendati demikian, banyak pula yang tak bisa menerima risiko besar dalam investasi. Jadi kepikiran banget sama portfolio yang minus sampai mengganggu kehidupan~ Kalau kamu merasa seperti itu, kamu cocoknya di air. Eh maksudnya nggak cocok sama saham.
Setelah mengenal profil risiko, coba cek dulu. Kamu punya uang apa nggak?😂 Kenapa ku bertanya demikian? Tentunya karena saham butuh uang dan besaran tersebut sebaiknya uang sisa atau bukan uang untuk kebutuhan.
Jadi guys, sebelum investasi. Ada baiknyaaaa kamu mempersiapkan beberapa bagian dalam cashflow antara lain biaya kebutuhan sehari-hari hingga dana darurat.
Kamu punya uang pasti digunakan yang pertama untuk kebutuhan sehari-hari. Lalu tak lupa menabung hingga menyiapkan dana darurat. Nah kalau ada sisa, baru deh investasi. Jadi prioritas pertama pemenuhan kebutuhan sehari-hari, menabung dana darurat hingga hura-hura.
Biaya sehari-hari 👌
Dana darurat👌
Sedekah atau beramal👌
Lalu investasi👌
Setelah memgetahui profil risiko dan tahapan mengelola uang, kalau masih ada sisa. Ya hayuuuuk gas~ Banyak dari mereka yang akhirnya terjebak dengan investasi saham karena ikut tren atau emang beneran penasaran. Kadang di sisi lain mikir, kalau nggak sekarang harus nunggu kapan invest?
Nggak salah pikiran ituuuu!
Aku pun memilih mulai dari nominal kecil. Nyobain saham dan ternyata pepatah sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit👌 Aku belajar sambil jalan. Nyoba nyisain sepersekian uang untuk investasi. Tentunya setelah dibagi-bagi dana darurat, keperlum pribadi, dll.
Jadi hal yang harus dilakukan sebelum investasi saham adalah riset dan siapkan uang ataupun mental😂 Cek profil risikomu dan jangan lupa terus baca-baca. Terakhir cobain dong lalu evaluasi.
First jobber, sebutan bagi orang yang mulai menggarungi dunia kerja. Tentunya, sudah nggak asing lagi di telinga dengan istilah tersebut. Ada anggapan, first jobber pasti bermasalah dengan cara mengatur keuangan. Eits, sekarang anggapan tersebut nggak related lagi berkat Jenius BTPN.
Sejak awal bekerja, aku mulai tertarik dengan pengelolaan uang. Tentu alasan tersebut dilatar belakangi oleh anggapan pekerja bakalan susah atur uang, susah nabung, dan lain-lain.
Sering mengalami uang masuk, tiba-tiba uang udah habis aja. Pernah? Kamu tidak sendirian! Nggak ingin mengalami pengalaman pahit yang sama setiap bulan, aku mulai mencoba belajar finansial.
Dari manual catat pengeluaran harian yang ternyata sering bolong dan merasa tidak efektif. Dari yang awalnya mendapat penghasilan kecil-kecilan freelance hingga mendapat pekerjaan full time. Tentu perlu siasat untuk mengatur cashflow bulanan agar nggak bocor alus mulu.
Sering mengalami uang masuk, tiba-tiba uang udah habis aja. Pernah? Kamu tidak sendirian! Nggak ingin mengalami pengalaman pahit yang sama setiap bulan, aku mulai mencoba belajar finansial.
Dari manual catat pengeluaran harian yang ternyata sering bolong dan merasa tidak efektif. Dari yang awalnya mendapat penghasilan kecil-kecilan freelance hingga mendapat pekerjaan full time. Tentu perlu siasat untuk mengatur cashflow bulanan agar nggak bocor alus mulu.
Mulai dari baca buku, follow beberapa akun media sosial yang senang berbagi informasi soal investasi dan finansial. Akhirnya aku menemukan aplikasi Jenius dari Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN).
Berkenalan dengan Jenius BTPN!
Perkenalan awal dengan Jenius BTPN dari media sosial. Paling menarik perhatianku adalah penawaran dan fitur-fitur Jenius yang pas banget dengan kebutuhan. Sebelum memutuskan untuk mendaftar, aku cari tahu informasi soal cara mendaftar dan kelebihan Jenius dari teman-teman terdekat dan website.
Mengusung konsep digital banking, Jenius ini cocok banget untuk siapapun yang nggak suka ribet alias praktis dalam bertransaksi sehari-hari. Makin penasaran dengan Jenius, apalagi beberapa teman sudah menggunakan Jenius. Setelah kepo-kepo, ternyata pengguna Jenius ada julukannya lho! Namanya Teman Jenius!
Mengusung konsep digital banking, Jenius ini cocok banget untuk siapapun yang nggak suka ribet alias praktis dalam bertransaksi sehari-hari. Makin penasaran dengan Jenius, apalagi beberapa teman sudah menggunakan Jenius. Setelah kepo-kepo, ternyata pengguna Jenius ada julukannya lho! Namanya Teman Jenius!
Setelah chattingan dengan teman, akhirnya aku daftar Jenius BTPN. Ia membagikan cashtag miliknya dan mengarahkan aku. Ternyata cara daftarnya gampang banget! Terbantu banget buat pekerja kantoran 9 to 5. Nggak perlu ke bank, cukup dengan aplikasi Jenius.
Pertama download aplikasi setelah itu isi data diri dan unggah beberapa file seperti foto, KTP, dan NPWP. Setelah itu, aku mencoba melakukan verifikasi dengan video call dengan petugas. Namun sayangnya, aku beberapa kali gagal. Akhirnya, beberapa hari setelah daftar, aku mendapat telepon dari pihak Jenius BTPN. Petugas menyarankan untuk verifikasi lewat booth di mal.
Kebetulan, mal yang ada booth Jenius dekat. Jadi sekalian jalan-jalan gitu. Nggak butuh waktu lama, verifikasi dengan petugas di booth akhirnya bisa. Akun Jenius sudah aktif! Yeay!
Petugas booth memberikan informasi yang detail soal fitur-fitur Jenius hingga cara menggunakan Aplikasi Jenius. Tak lupa tips and trick supaya nabung makin terasa menyenangkan.
Kebetulan, mal yang ada booth Jenius dekat. Jadi sekalian jalan-jalan gitu. Nggak butuh waktu lama, verifikasi dengan petugas di booth akhirnya bisa. Akun Jenius sudah aktif! Yeay!
Petugas booth memberikan informasi yang detail soal fitur-fitur Jenius hingga cara menggunakan Aplikasi Jenius. Tak lupa tips and trick supaya nabung makin terasa menyenangkan.
Sejak April-Mei, aku mencoba aktif menabung di Jenius. Saat gajian, aku langsung menyisihkan sebagian uang untuk ditabung. Berhubung gaji masuk dari bank sebelah, aku sangat-sangat terbantu dengan layanan 'Monyay'.
Jenius setiap hari Senin memberikan gratis biaya transfer antarbank untuk isi saldo. Bagi pekerja baru, uang administrasi sebesar Rp 6.500 sangat berharga. Sayangggg banget sama Jenius pas tahu biaya transfer bakalan balik ke rekening Jenius.
Nah setelah isi saldo Jenius, uang bakalan masuk ke Active Balance. Aplikasi Jenius nggak ribet, sekalinya masuk langsung muncul Total Balance yang berisi saldo kita. Kita juga bisa mengatur widget fitur-fitur Jenius sesuai kebutuhan. So simple~
Menabung dan mewujudkan mimpi begitu mudah dengan Jenius BTPN.
Bagi aku yang punya banyak keinginan, tentu ingin mewujudkan semuanya. Bantu aamiin-kan yaaaaaa! Dari Active Balance, uang tersebut akan aku masukan ke Flexi Saver atau Dream Saver. Kedua fitur tersebut begitu jadi penyelamat keuangan. Kenapa?
Flexi Saver adalah fitur penyimpanan uang yang ada di Jenius. Gunanya untuk memisahkan sekaligus menyimpan uang agar fokus. Iya, fokus! Biar nggak digunakan untuk jajan atau belanja macam-macam.
Seperti namanya, Flexi Saver dari Jenius ini benar-benar fleksibel. Kita bisa top up ataupun withdraw sesuka hati. Cocok banget buat aku yang sedang menabung untuk dana darurat. Jika ada kebutuhan mendadak, langsung deh withdraw atau cairkan dana darurat. Uang dari Flexi Saver yang dicairkan bakalan masuk ke active balance atau m-Card kita.
Bicara dikit soal m-Card, Jenius BTPN punya fitur x-Card atau sebutan untuk Kartu Debit Jenius tambahan. Kartu Debit Jenius yang utama berwarna oranye, nah x-Card ini ada 3 warna yakni biru, ungu, dan hijau. Gunanya untuk memisahkan beberapa keperluan atau pengeluaran sesuai kartu. Lengkapnya bisa cek website Jenius BTPN. Sejauh ini, aku masih bisa mengatur cashflow dengan satu kartu, tapi ke depan tidak menutup kemungkinan bakalan apply x-Card.
Balik lagi ke Flexi Saver dan Dream Saver. Nah kalau Dream Saver ini cocok untuk aku yang mirip soundtrack Doraemon.
"Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini itu, banyak sekali~~~~"
Aku punya banyak keinginan seperti membeli handphone, sepatu, hingga pergi ke Tanah Suci. Tentu semua itu tidak akan mudah didapatkan, oleh sebab itu aku memasang beberapa keinginan dalam Dream Saver. Dari sekian banyak keinginan, Alhamdulillah! Ada satu yang sudah terpenuhi, yeay! SENENG BANGET! TIDAK MENYANGKA BISA JUGA TERPENUHI NOMINAL BUAT BELI.... Sorry ngegas, saking excited!
Dream saver yang sudah terpenuhi. |
"Simpler life, happier you,” emang cocok banget untuk menggambarkan kehidupanku setelah menggunakan Jenius BTPN.
Sistem Flexi Saver dan Dream Saver ini sama-sama keren. Karena memberikan bunga hingga 5 persen. Angka yang cukup besar jika dibandingkan dengan bank lain. Menariknya lagi, nggak ada biaya administrasi!
Berkonsep digital banking, semua bisa diakses secara digital, termasuk rekening korannya. Aplikasi Jenius menyediakan e-statement yang bisa di-download setiap bulan. Kurang praktis apalagi?
Ada juga mimpiku selanjutnya yang terbantu dengan adanya Jenius, yakni pergi ke Tanah Suci. Pengen banget umrah bareng keluarga ke Tanah Suci, aku akhirnya memulai mimpiku dengan membeli mata uang asing lewat Jenius. Semoga keinginanku bisa terwujud, aamiin!
Sungguh nggak kepikiran buat beli dollar segampang pakai Jenius. Dulu pernah menukar uang dollar atau mata uang asing lain harus ke Money Changer. Sekarang, beli dollar di rumah aja bisa. Nggak perlu bayar parkir dan keluar uang bensin.
CoCreate, komunitas Jenius BTPN dengan segala ilmu dan keseruan!
Sebelumnya, aku mengikuti kelas Community Gathering bertajuk Financial Planning 101. Acara tersebut diadakan Jenius Cocreate Jogja. Dengan pembicara Mbak Achie Mahfudloh, aku menemukan pengetahuan baru soal investasi dan perencanaan keuangan.
Beruntung, aku bisa ikutan kelas Mbak Achie karena tergabung dalam CoCreate Jenius.
CoCreate adalah komunitas pengguna Jenius dari seluruh Indonesia. Pengguna Jenius punya wadah untuk berbagi informasi soal keuangan ataupun lifestyle hingga promo. Ada banyak pengguna yang rajin membagikan info seru, termasuk acara Financial Planning yang aku ikuti.
Ikut kelas yang diadakan Cocreate Jenius soal Financial Planning 101+ di Jogja. |
Dalam salah satu sesi, Mbak Achie bercerita jika dirinya memiliki keinginan untuk umrah. Dari situ, beliau memulai rencana keuangan dengan menabung dollar. Lagi-lagi, Jenius ini memudahkan rencana keuangan. Cukup dengan aplikasi Jenius, aku bisa membeli mata uang dollar dan lainnya selama Senin-Jumat. One step closer!
Mbak Achie memaparkan materi.. |
Dari pertemuan yang difasilitasi CoCreate Jenius BTPN, aku mendapat pengetahuan baru soal cara mengatur keuangan sekarang dan masa depan. Apalagi hidup di Kota Jogja yang tentunya tantangannya bakalan beda dengan hidup di kota lain. Mulai dikenalkan dengan bagaimana merencanakan keuangan, investasi, mengatur cashflow, dan tentunya mindset!
Kalau tadi soal investasi dan mewujudkan mimpi. Jenius juga nggak lupa untuk bersenang-senang! Jenius punya banyak penawaran menggiurkan untuk bersenang-senang! Salah satunya, adanya reward berupa kuota gratis transfer yang disesuaikan dengan level pengguna. Level sendiri disesuaikan dengan jumlah saldo. Makin banyak nabung, makin banyak gratisannya lho!
Dalam keseharian, kuota gratis ini berguna banget. Apalagi kalau pengen transfer untuk patungan nikahan teman (nyumbang), bayar utang ke rekening teman beda bank, dan lain-lain. Makin-makin jatuh cinta sama Jenius. Luv! Aku nggak perlu mikir panjang, kalau teman menyodorkan nomor rekening beda bank. Pakai Jenius GRATIS!
Nah, kalau punya teman sesama #temanjenius, udah pasti nggak perlu minta nomor rekening. Cukup kasih cashtag ($) lalu transfer. Semudah itu, guys!
Satu lagi, aku ingin berterima kasih kepada Jenius! Sebagai sobat nonton hemat, aku menyambut dengan tangan terbuka promo nonton buy one get one! Aku udah nyoba beberapa kali dan selalu berhasil! Sering-sering ya bagi-bagi promo nonton gratis! Apalagi fitur kartu Debit Jenius yang udah contactless. Sangat memudahkan dan menyenangkan!
Mencoba promo nonton! Luv banget nih Contactless Jenius. |
Terbilang baru menggunakan Jenius BTPN, aku sangat terbantu dengan Jenius. Cukup dengan satu aplikasi, aku sudah bisa mengatur keuanganku. Mulai dari dana darurat, investasi, mewujudkan mimpi-mimpi, hingga bersenang-senang.
Menarik banget, kan? Tunggu apalagi! Daftar Jenius gih! Aku sendiri udah berhasil mengajak beberapa temanku dan 'meracuni' mereka untuk rajin menabung dan berinvestasi! Yuk, segera daftar Jenius untuk memudahkan perencanaan keuanganmu!
Kalau aku bisa, kamu pasti punya peluang yang sama.
Terima kasih, Jenius BTPN!
Aku masih menunggu inovasi-inovasi baru darimu soal keuangan!
Kalau aku bisa, kamu pasti punya peluang yang sama.
Terima kasih, Jenius BTPN!
Aku masih menunggu inovasi-inovasi baru darimu soal keuangan!
Masih nggak menyangka bisa menghabiskan waktu cuti buat liburan di tempat yang nggak terpikirkan sebelumnya... Siap-siap, aku bakalan cerita panjang soal pengalaman liburanku di Surabaya dan Madura!
INI AKAN JADI TULISAN SUPER PANJANG KARENA NGEDRAFTNYA AJA BERMINGGU-MINGGU. :")))))
Seminggu sebelum berangkat ke Surabaya, tepatnya hari Sabtu siang. Dalam sebuah WhatsApp grup, temanku bernama Erma mengajak makan siang. Ajakan tersebut memulai percakapan panjang. Dari ajakan makan siang yang akhirnya malah malam mingguan ini cerita bermula.
Sabtu, aku masih bekerja shift. Otomatis, ajakan makan siang Erma nggak bisa dipenuhi. Sementara si Bella--teman kami dalam satu grup juga nggak bisa memenuhi karena berada di rumah. Alhasil, kami malah saling curhat kalau hari ini malam minggu. Dari sambatan biasa, aku melontarkan ajakan buat bertemu sepulang kerja atau sore harinya.
Kami akhirnya bertemu di sebuah pusat perbelanjaan lalu makan bareng di sebuah warung. Pertemuan yang lebih banyak sharing ini bermuara pada rencana Erma kondangan ke Surabaya. Ternyata nggak cuma kondangan, Erma punya rencana lain untuk liburan ke Madura. Ia pun mengajak kami untuk ikut.
Sebagai anak yang sedang bosan dengan rutinitas, ajakan liburan sangat menggiurkan. Terlebih, aku memang sudah punya rencana cuti. Yeay, mestakung gitu deh! Rencana sedikit terhambat melihat jadwal shift yang sedikit bentrok. Namun akhirnya teratasi dengan tukar jadwal, Thanks Mbak Tin!
Senin, 4 November 2019.
Aku dan temanku, Bella merencanakan untuk beli tiket kereta dari Yogyakarta ke Surabaya. Namun sayang ketidakpastian mulai muncul, soal agenda weekend di kantor Bella. Akhirnya, kami memutuskan untuk menunda pembelian tiket kereta.
Beberapa hari berselang, aku memutuskan untuk beli tiket sendiri karena takut kehabisan. Mengingat saat terakhir buka tiket, cuma tinggal hitungan jari. Hmm.. Akhirnya memberanikan diri beli tiket berangkat. Lalu perjalanan ke timur ini menjadi pengalaman naik kereta Yogyakarta-Surabaya sendirian. Sebelumnya pasti ramean~ Beda kalau ke barat, udah sering sendirian ;")
Jumat, 8 November 2019.
Akhirnya pas hari H keberangkatan, aku berangkat seorang diri. Sementara Erma dan temannya Wulan sudah berada di Surabaya. Bella apa kabar? Dia baru ngabarin siang jelang sore, pas jam pulang kantor. Seneng banget pas tahu, kalau dia jadi ikutan trip ke Madura~ Horeeeeeeee! Seneng banget, akhirnya~ Doa-doa yang kami panjatkan diaminkan semesta~
Perjalanan kereta ditempuh sekitar 5-6 jam menggunakan kereta ekonomi Sri Tanjung. Berhubung seorang diri, aku menghabiskan 1,5 perjalanan di restorasi untuk makan. Kereta tiba pukul setengah 3 sore. Setiba di Stasiun Gubeng, langsung mampir ke masjid dekat stasiun. Udah kayak warlok gitu, nggak bingung (bangga).
Mampir salat sebentar dan leyeh-leyeh karena Surabaya panas banget. Lebih tepatnya gerah gitu, sementara di masjid sangat adem. Sembari leyeh-leyeh, aku coba pesan ojek online menuju penginapan Erma dan Wulan. Asli ya, susah banget dapat sopir yang mau. Setelah order berulang tanpa ada yang mau angkut, akhirnya ada sopir yang mengangkut. Beliau kirim pesan, "Mbak saya masih di Menur. Mau nungguin nggak?"
Berhubung saya nggak tahu lokasi Menur di mana dan malas order dengan ketidakpastian, akhirnya aku jawab.
"Iya, Pak. Nggak apa-apa. Saya tunggu."
Yeay, akhirnya setelah menunggu beberapa saat. Sopir tiba juga di masjid dan mengantarku ke lokasi. Selama perjalanan ke penginapan, memoriku soal Surabaya kembali muncul. Udah beberapa emang ke Surabaya dan selalu menyenangkan, walaupun sekarang makin panas. Hahaha...
Sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya tiba di penginapan kawasan Siwalankerto. Berhubung hari Jumat (long weekend), Jalanan di SBY macet-macet sedap. Ternyata, kemacetan semakin menjadi saat malam hari. Erma dan Wulan akan kondangan, lalu aku awalnya akan kondangan juga (jadi penyusup). Namun akhirnya, macet dan sopir ojek online semakin menolak orderan kami. Akhirnya aku dan Wulan cuma nongkrong di bawah penginapan. Penginapan mirip apartemen, lantai bawah ada warung-warung makan gitu.
Rencana kondangan sempat teralihkan dengan ajakan eksplore Kota Surabaya oleh temanku. Berhubung nggak ada rencana apa-apa, aku coba bertanya pada 'warga lokal' lewat temanku Inur. Ternyata, dia sudah jam pulang kerja dan tak memiliki agenda. Lalu kami berencana ke daerah kota, kami saling share tempat wisata malam di Surabaya. Udah tuh, banyak pilihan dan bingung harus ke mana. Akhirnya ngide ke Taman BMX, yaudah sepakat kita akan bertemu di sana.
Lokasinya cukup di tengah kota, aku ke daerah utara. Kantor Inur katanya dekat situ. Namun sayang, keinginan main skateboard dan BMX (padahal cuma lihat) nihil~ Karena macet parah dan nggak ada ojek online yang angkut ke kota. Padahal si Inur udah nungguin dari jam berapa. Maaf yaaaaaaaaa....
Dengan perasaan tidak enak karena udah ditungguin tapi malah gagal. Aku menyarankan Inur ke penginapan yang ternyata searah jalan pulang.
"Udah ke sini aja ya. Ada Starbuck di sini."
Makasi, Inur! Maaf ya ganggu jam pulang kantor.
INI AKAN JADI TULISAN SUPER PANJANG KARENA NGEDRAFTNYA AJA BERMINGGU-MINGGU. :")))))
Seminggu sebelum berangkat ke Surabaya, tepatnya hari Sabtu siang. Dalam sebuah WhatsApp grup, temanku bernama Erma mengajak makan siang. Ajakan tersebut memulai percakapan panjang. Dari ajakan makan siang yang akhirnya malah malam mingguan ini cerita bermula.
Sabtu, aku masih bekerja shift. Otomatis, ajakan makan siang Erma nggak bisa dipenuhi. Sementara si Bella--teman kami dalam satu grup juga nggak bisa memenuhi karena berada di rumah. Alhasil, kami malah saling curhat kalau hari ini malam minggu. Dari sambatan biasa, aku melontarkan ajakan buat bertemu sepulang kerja atau sore harinya.
Kami akhirnya bertemu di sebuah pusat perbelanjaan lalu makan bareng di sebuah warung. Pertemuan yang lebih banyak sharing ini bermuara pada rencana Erma kondangan ke Surabaya. Ternyata nggak cuma kondangan, Erma punya rencana lain untuk liburan ke Madura. Ia pun mengajak kami untuk ikut.
Sebagai anak yang sedang bosan dengan rutinitas, ajakan liburan sangat menggiurkan. Terlebih, aku memang sudah punya rencana cuti. Yeay, mestakung gitu deh! Rencana sedikit terhambat melihat jadwal shift yang sedikit bentrok. Namun akhirnya teratasi dengan tukar jadwal, Thanks Mbak Tin!
Senin, 4 November 2019.
Aku dan temanku, Bella merencanakan untuk beli tiket kereta dari Yogyakarta ke Surabaya. Namun sayang ketidakpastian mulai muncul, soal agenda weekend di kantor Bella. Akhirnya, kami memutuskan untuk menunda pembelian tiket kereta.
Beberapa hari berselang, aku memutuskan untuk beli tiket sendiri karena takut kehabisan. Mengingat saat terakhir buka tiket, cuma tinggal hitungan jari. Hmm.. Akhirnya memberanikan diri beli tiket berangkat. Lalu perjalanan ke timur ini menjadi pengalaman naik kereta Yogyakarta-Surabaya sendirian. Sebelumnya pasti ramean~ Beda kalau ke barat, udah sering sendirian ;")
Jumat, 8 November 2019.
Akhirnya pas hari H keberangkatan, aku berangkat seorang diri. Sementara Erma dan temannya Wulan sudah berada di Surabaya. Bella apa kabar? Dia baru ngabarin siang jelang sore, pas jam pulang kantor. Seneng banget pas tahu, kalau dia jadi ikutan trip ke Madura~ Horeeeeeeee! Seneng banget, akhirnya~ Doa-doa yang kami panjatkan diaminkan semesta~
Perjalanan kereta ditempuh sekitar 5-6 jam menggunakan kereta ekonomi Sri Tanjung. Berhubung seorang diri, aku menghabiskan 1,5 perjalanan di restorasi untuk makan. Kereta tiba pukul setengah 3 sore. Setiba di Stasiun Gubeng, langsung mampir ke masjid dekat stasiun. Udah kayak warlok gitu, nggak bingung (bangga).
Mampir salat sebentar dan leyeh-leyeh karena Surabaya panas banget. Lebih tepatnya gerah gitu, sementara di masjid sangat adem. Sembari leyeh-leyeh, aku coba pesan ojek online menuju penginapan Erma dan Wulan. Asli ya, susah banget dapat sopir yang mau. Setelah order berulang tanpa ada yang mau angkut, akhirnya ada sopir yang mengangkut. Beliau kirim pesan, "Mbak saya masih di Menur. Mau nungguin nggak?"
Berhubung saya nggak tahu lokasi Menur di mana dan malas order dengan ketidakpastian, akhirnya aku jawab.
"Iya, Pak. Nggak apa-apa. Saya tunggu."
Yeay, akhirnya setelah menunggu beberapa saat. Sopir tiba juga di masjid dan mengantarku ke lokasi. Selama perjalanan ke penginapan, memoriku soal Surabaya kembali muncul. Udah beberapa emang ke Surabaya dan selalu menyenangkan, walaupun sekarang makin panas. Hahaha...
Sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya tiba di penginapan kawasan Siwalankerto. Berhubung hari Jumat (long weekend), Jalanan di SBY macet-macet sedap. Ternyata, kemacetan semakin menjadi saat malam hari. Erma dan Wulan akan kondangan, lalu aku awalnya akan kondangan juga (jadi penyusup). Namun akhirnya, macet dan sopir ojek online semakin menolak orderan kami. Akhirnya aku dan Wulan cuma nongkrong di bawah penginapan. Penginapan mirip apartemen, lantai bawah ada warung-warung makan gitu.
Rencana kondangan sempat teralihkan dengan ajakan eksplore Kota Surabaya oleh temanku. Berhubung nggak ada rencana apa-apa, aku coba bertanya pada 'warga lokal' lewat temanku Inur. Ternyata, dia sudah jam pulang kerja dan tak memiliki agenda. Lalu kami berencana ke daerah kota, kami saling share tempat wisata malam di Surabaya. Udah tuh, banyak pilihan dan bingung harus ke mana. Akhirnya ngide ke Taman BMX, yaudah sepakat kita akan bertemu di sana.
Lokasinya cukup di tengah kota, aku ke daerah utara. Kantor Inur katanya dekat situ. Namun sayang, keinginan main skateboard dan BMX (padahal cuma lihat) nihil~ Karena macet parah dan nggak ada ojek online yang angkut ke kota. Padahal si Inur udah nungguin dari jam berapa. Maaf yaaaaaaaaa....
Dengan perasaan tidak enak karena udah ditungguin tapi malah gagal. Aku menyarankan Inur ke penginapan yang ternyata searah jalan pulang.
"Udah ke sini aja ya. Ada Starbuck di sini."
Makasi, Inur! Maaf ya ganggu jam pulang kantor.
foto: unsplash |
Kenal saham pertama kali dari teman kuliah. Ada beberapa teman ngobrol asyik soal saham. Mereka bercerita soal grup di Line yang isinya seputar saham dan bitcoin. Penasaran jadi modal awal buat gabung ke grup. Minta tolong teman untuk masukin ke grup. Masih jadi silent reader karena beneran nggak paham banget sama istilah-istilahnya.
Lebih jauh, sebagai first jobber, aku punya banyak keinginan namun modal yang terbatas. Apalagi income yang nggak besar, aku harus pintar mengolahnya. Dari beli buku soal manajemen finansial sampai praktek langsung, diriku haus akan informasi. Makin tertarik dengan informasi dan manajemen keuangan, lalu jiwa mudaku tersulut. *Teringat cita-cita dulu ingin masuk jurusan ekonomi/manajemen karena ingin mengatur uang*
Berhubung teks yang ada di buku kurang berkaitan dengan realita kehidupan, akhirnya mulai cari info-info di media sosial. Dari situ kenal, Jouska yang kasus viral di media sosial soal gaji habis buat kopi. Pasti kalian udah baca atau sekadar mendengar, kan?
Berasal dari Jouska, aku mulai ikut workshop soal finansial dan investasi. Dulu Jouska pernah mengadakan workshop ke kota-kota tertentu, salah satunya Jogja. Yeay! Nggak pikir panjang, langsung daftar. Dengan harga Rp 250.000, aku dapat pengetahuan banyak soal investasi, manajemen keuangan, produk investasi, hingga ekonomi makro. Pusing sih, tapi seneng!
Baca juga:13 Pelajaran hidup yang diperoleh di tahun 2018.
Pada workshop tersebut, peserta diberi kesempatan untuk mendaftarkan akun sekuritas untuk buka akun untuk jual beli saham. Nggak ingin menyiakan kesempatan, aku ikut daftar. Prosesnya agak lama, karena nggak ke sekuritas langsung. Setelah itu, muncul email soal pendaftaran akun sekuritas dan rekening dana nasabah (RDN) yang digunakan untuk rekening transaksi saham.
Beberapa hari selanjutnya-setelah aktif, aku dapat paket dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Mereka mengirimkan kartu tanda investor. ........................... (lupa namanya apa, tapi warnanya merah). Wew, baru ngeh ternyata ada kartunya ya..
Lanjut dari situ, aku masih nggak ngerti cara beli dan jual saham. Sekadar punya aja dan nggak tahu cara makainya. Lol! Lalu pernah ngobrol dengan temanku, ia bercerita ikut kelas Yuk Nabung Saham yang diadakan oleh TICMI di Jakarta. Sejak saat itu, aku cari tahu apa itu TICMI dan adakah kelas serupa di Yogyakarta?
TICMI itu semacam lembaga atau sekolah pasar modal untuk pelatihan dan sertifikasi. Buat pemula, ada banget kelasnya. Nggak cuma TICMI, lembaga seperti IDX juga rutin mengadakan kelas pengenalan saham setiap bulan. Aku mengikuti kelas yang diadakah oleh IDX Jogja bernama Sekolah Pasar Modal.Tahu itupun dari temanku bernama Inur.
Ikut Sekolah Pasar Modal
Ternyata, harga dan kelas pengenalan saham cukup terjangkau. Cuma dengan uang Rp 100.000, aku sudah bisa ikut kelas Sekolah Pasar Modal. Buat info lengkapnya bisa cek di linknya langsung ya. Uang Rp 100.000 yang dibayarkan, nantinya akan jadi uang di rekening dana nasabah kita. Dah nggak rugi, deh!Buat persyaratan buka rekening, coba cek langsung di web ya! Seingetku, beberapa berkas yang disiapkan adalah fotokopi buku tabungan bagian depan yang ada nama dan nomor rekening, foto kopi KTP, foto kopi NPWP (jika punya), dan materai.
Belajar Analisis Teknikal dan Fundamental
Salah satu materi yang ada di Sekolah Pasar Modal adalah analisis Teknikal dan Fundamental. Jujur, nggak ngerti sama grafik, chart, dan kode-kode dari pergerakan saham. Lagi-lagi, aku penasaran dan nggak mau merasa bego karena nggak paham. Akhirnya, setelah kelas, iseng buka aplikasi sekuritas, buka chart, cari tahu soal inisial-inisial seperti EPS, DER, ROE, yang sampai sekarang masih kebolak-balik.
Lama-lama jadi tahu dan paham. Secara garis besar, analisis teknikal itu melihat pergerakan harga saham dengan beragam alat. Analisis ini digunakan oleh para trader yang setiap hari menjual dan membeli saham. Beda dengan investor, mereka lebih suka menggunakan analisis fundamental. Nah analisis fundamental ini menggunakan beberapa indikator yang aku sebutkan sebelumnya, seperti EPS, DER, ROE, dan lain-lain.
Berhubung aku anak bawang, aku juga membekali informasi lewat grup-grup WhatsApp, Telegram, beli buku, dan diskusi bareng teman yang udah lebih dulu terjun di saham. Temanku dengan sabar mengajari, alat apa yang digunakan untuk analisis teknikal. Istilah-istilah asing, cara beli dan jual saham, dan lain-lain. Thanks to Janu!
Praktik Langsung
Tentu sebagai anak bawang, nggak bisa dilepas sendiri. Kebanyakan tanya sama teman sampai lihat tutorial di YouTube. Pokoknya, jangan malu bertanya ya!
Setelah mulai tahu siklus dan cara kerja saham, senang sekali melihat portfolio (saham yang kita miliki) berwarna hijau. Dari situ, jadi kegirangan buat beli lagi, lagi, dan lagi. Kecanduan~
Cuma, sebagai seorang investor pemula. Kita juga nggak boleh lupa soal risiko. Saham dikenal sebagai investasi jangka panjang yang punya risiko besar dibanding jenis investasi lain. Oleh sebab itu, jangan sedih kalau sahammu sedang merah alias cut loss. Paling buruk, pengalamanku setahunan belajar adalah cut loss di atas 29 persen. Itu pun saham gorengan yang ku beli dengan jumlah lot sedikit. Jadi ku santayyy aja, nggak sedih-sedih amat.
Belajar Saham Membuka Cakrawala
Sejujurnya, saham itu nggak cuma belajar saham doang. Kamu bakal belajar manajemen keuangan, ekonomi makro, kebijakan negara, hubungan internasional antarnegara, dan mantengin berita.
Baca juga: Ngobrolin gaji, nabung, dan kebiasaan sebulan versi cewek dan cowok
Seru dan menyenangkan. Apalagi sekarang, terbuka luas buat cari tahu soal cara berinvestasi saham. Setiap daerah ada komunitasnya yang bisa diikuti. Kalau nggak sempet atau nggak punya waktu, bisa dengerin podcast, buka YouTube, dan lain-lain.
Stigma Saham
Aku juga ingin berbagi cerita soal pengalamanku berinvestasi saham. Jujur, nggak selalu manis seperti kampanye dan kisah sukses yang ada di buku-buku. Selain pernah cut loss gede, aku pernah mendapat stereotip bahwa saham itu riba. Saham itu ketinggian buat cewek. Cewek itu harusnya, nggak belajar saham. :"))))))))) Oh dear, sedih dengarnya. Pengen adu argumen tapi bodo amat deh. Dari awal kita emang beda!
Padahal dalam benak, waktu awal-awal belajar saham. YA ALLAH, KENAPA W BARU BELAJAR SEKARANG YA! TELAT HUHUHU. COBA DARI DULU!
Setelah ngegas sedih, lalu menenangkan dengan kata-kata.
"NGGAK ADA KATA TERLAMBAT BUAT BELAJAR!!!!!!!!!!!!!!11!!"
Jangan takut sama saham, saham itu bisa dipelajari. Ada ilmunya, kalau takut itu riba, monggo baca-baca lagi dan yakinkan dirimu. Ada banyak saham yang masuk kategori Syariah kok! So why did you worry?
Kalau mau belajar, diskusi, atau sharing. Aku membuka kesempatan dengan luas!
Beberapa bulan lalu, berkesempatan ke luar negeri bareng teman. Soal rencana dan persiapan, semua ada di postingan ini.Nah kali ini, aku mencoba melanjutkan cerita.
DAY 1!
Hari pertama tiba di Singapura, tepatnya tanggal 7 Maret 2019. Akhirnya tiba juga di negara berlambang singa. Dari yang awalnya cuma nulis konten sponsored tentang Singapura, sekarang bisa sampai.
Tentu lokasi pertama menapakan kaki di Singapura adalah Bandara Changi. Kami turun di Terminal 4 Changi--yang isinya nggak ada apa-apa menurut kita. Setibanya di Changi, kami bergegas ke imigrasi. Banyak traveler bercerita tentang nasib apes soal imigrasi di Singapura, sempat deg-degan tapi all is well. Lancaaar banget. Ditanyain dari Jogja mau liburan ya? Menginap di mana? Lalu cap stempel, selamat liburan~
Selanjutnya, kami menuju ke Terminal 2 di Changi. Berencana mau makan siang atau istirahat sebentar karena jam check in baru bisa pukul 14.00 waktu Singapura. Kenapa kami ke Terminal 2? Karena di sana ada monorail atau MRT yang bisa mengantar ke penginapan. Akses dari Terminal 4 ke Terminal 2 dengan shuttle bus yang disediakan oleh Changi.
Tiba di Changi Terminal 2, jangan lupa buat beli kartu akses monorail, bus, dan LRT dengan Singapore Tourist Pass (STP). Kartu tersebut dijual sebelum pintu masuk stasiun MRT. Satu hari seharga 10 SGD, buat tiga hari ada diskon 10 SGD dengan mengembalikan kartu di akhir perjalanan. Oiya, jangan lupa ambil peta wisata yang tersedia di Changi. Itu sangat membantu banget buat tahu lokasi dan stasiun terdekat.
Setelah mengantongi STP, kami menuju penginapan di kawasan Little India. Kami turun di Fareer Park Hospital dengan MRT. Lewat jalur ungu MRT tapi sebelumnya, kami sempat menggunakan LRT. Kita tahu karena ambil peta, jadi jangan lupa yaa.. Hahahaha Ini pertama kalinya naik LRT dan MRT, maklum di Indonesia pada bulan Maret belum jadi.
First impression naik, rapi dan bersih banget. Nyaman jadinya~ Fyi, jalan-jalan kali ini niatnya ingin jalan-jalan. Nggak ada upload-upload atau tag-tag. Inginnya jalan-jalan, menikmati liburan. Jadi sampai tiba di penginapan, kami nggak ada beli kartu simcard lokal. Nggak pakai paket internet dari Indonesia. Kami cuma modal wifi bandara dan stasiun. Sisanya bertanya dan bertanya terus.
Akhirnya, tiba juga di kawasan Little India. Saat itu terlihat sepi, jalanan juga nggak ramai seperti kota-kota besar di Indonesia. Lagi-lagi, bersih. Orang menyebrang juga di zebracross, mengikuti aturan, sampai memprioritaskan pejalan kaki.
Nggak jauh dari exit station Fareer Park, kami menuju hostel bernama ABC Premium Hostel. Kami memilih hostel tersebut karena fasilitas, harga, dan lokasi yang terjangkau. Kamu bisa kepo-kepo di Google atau aplikasi pesan online.
Setelah check in, kami menuju kamar. Istirahat sebentar lalu menuju destinasi pertama, yaitu Haji Lane. Berhubung nggak ada wifi dan kuota inet, kamu bermodal tanya-tanya orang. Sempet kesasar dikit tapi akhirnya ketemu. Di sana ada Kampong Glam dan masjid ikonik yang bikin betah, Masjid Sultan. Seriusan kami dari Magrib sampai Isya ada kali di sana. Tak lupa jajan cantik teh tarik dan makanan nasi lemak di kawasan Haji Lane.
Jangan lupa beli kartu simcard lokal untuk memudahkan perjalananmu. Kami mampir ke Sevel beli sim lokal seharga 15 SGD dengan merek Singtel. Kuotanya tumpah-tumpah, pakai satu kartu buat berdua.
Singapura malam hari mulai memancarkan lampu dari gedung pencakar langit. Kami memilih untuk ke Bugis Street di antara orang-orang pulang kerja dengan dasi dan kemejanya. Tak lupa banyak orang olahraga lari. Kami keliling Singapura naik bus malam hari. Syahdu juga.
Mampir ke Bugis Street, kami nggak beli banyak oleh-oleh. Karena niatnya jalan-jalan~ Kalau kalian ingin belanja oleh-oleh murah, mampir ke toko ABC di Bugis. Dijamin kalap~ Oiya, kami juga sempet mampir ke Clarke Quay. Cantik di malam hari dengan gemerlap lampu dan sungai bersih. Di sini tempat orang-orang kantoran buat lepas penat, ada banyak warung yang bisa dijajal sambil mabu-mabuan.
Mengingat kaki mulai gempor dan semakin malam. Kami memutuskan pulang ke hostel. Bersih diri dan tidooor.
DAY 1!
Hari pertama tiba di Singapura, tepatnya tanggal 7 Maret 2019. Akhirnya tiba juga di negara berlambang singa. Dari yang awalnya cuma nulis konten sponsored tentang Singapura, sekarang bisa sampai.
Tentu lokasi pertama menapakan kaki di Singapura adalah Bandara Changi. Kami turun di Terminal 4 Changi--yang isinya nggak ada apa-apa menurut kita. Setibanya di Changi, kami bergegas ke imigrasi. Banyak traveler bercerita tentang nasib apes soal imigrasi di Singapura, sempat deg-degan tapi all is well. Lancaaar banget. Ditanyain dari Jogja mau liburan ya? Menginap di mana? Lalu cap stempel, selamat liburan~
Selanjutnya, kami menuju ke Terminal 2 di Changi. Berencana mau makan siang atau istirahat sebentar karena jam check in baru bisa pukul 14.00 waktu Singapura. Kenapa kami ke Terminal 2? Karena di sana ada monorail atau MRT yang bisa mengantar ke penginapan. Akses dari Terminal 4 ke Terminal 2 dengan shuttle bus yang disediakan oleh Changi.
Tiba di Changi Terminal 2, jangan lupa buat beli kartu akses monorail, bus, dan LRT dengan Singapore Tourist Pass (STP). Kartu tersebut dijual sebelum pintu masuk stasiun MRT. Satu hari seharga 10 SGD, buat tiga hari ada diskon 10 SGD dengan mengembalikan kartu di akhir perjalanan. Oiya, jangan lupa ambil peta wisata yang tersedia di Changi. Itu sangat membantu banget buat tahu lokasi dan stasiun terdekat.
Setelah mengantongi STP, kami menuju penginapan di kawasan Little India. Kami turun di Fareer Park Hospital dengan MRT. Lewat jalur ungu MRT tapi sebelumnya, kami sempat menggunakan LRT. Kita tahu karena ambil peta, jadi jangan lupa yaa.. Hahahaha Ini pertama kalinya naik LRT dan MRT, maklum di Indonesia pada bulan Maret belum jadi.
First impression naik, rapi dan bersih banget. Nyaman jadinya~ Fyi, jalan-jalan kali ini niatnya ingin jalan-jalan. Nggak ada upload-upload atau tag-tag. Inginnya jalan-jalan, menikmati liburan. Jadi sampai tiba di penginapan, kami nggak ada beli kartu simcard lokal. Nggak pakai paket internet dari Indonesia. Kami cuma modal wifi bandara dan stasiun. Sisanya bertanya dan bertanya terus.
Akhirnya, tiba juga di kawasan Little India. Saat itu terlihat sepi, jalanan juga nggak ramai seperti kota-kota besar di Indonesia. Lagi-lagi, bersih. Orang menyebrang juga di zebracross, mengikuti aturan, sampai memprioritaskan pejalan kaki.
Nggak jauh dari exit station Fareer Park, kami menuju hostel bernama ABC Premium Hostel. Kami memilih hostel tersebut karena fasilitas, harga, dan lokasi yang terjangkau. Kamu bisa kepo-kepo di Google atau aplikasi pesan online.
Setelah check in, kami menuju kamar. Istirahat sebentar lalu menuju destinasi pertama, yaitu Haji Lane. Berhubung nggak ada wifi dan kuota inet, kamu bermodal tanya-tanya orang. Sempet kesasar dikit tapi akhirnya ketemu. Di sana ada Kampong Glam dan masjid ikonik yang bikin betah, Masjid Sultan. Seriusan kami dari Magrib sampai Isya ada kali di sana. Tak lupa jajan cantik teh tarik dan makanan nasi lemak di kawasan Haji Lane.
Jangan lupa beli kartu simcard lokal untuk memudahkan perjalananmu. Kami mampir ke Sevel beli sim lokal seharga 15 SGD dengan merek Singtel. Kuotanya tumpah-tumpah, pakai satu kartu buat berdua.
Singapura malam hari mulai memancarkan lampu dari gedung pencakar langit. Kami memilih untuk ke Bugis Street di antara orang-orang pulang kerja dengan dasi dan kemejanya. Tak lupa banyak orang olahraga lari. Kami keliling Singapura naik bus malam hari. Syahdu juga.
Mampir ke Bugis Street, kami nggak beli banyak oleh-oleh. Karena niatnya jalan-jalan~ Kalau kalian ingin belanja oleh-oleh murah, mampir ke toko ABC di Bugis. Dijamin kalap~ Oiya, kami juga sempet mampir ke Clarke Quay. Cantik di malam hari dengan gemerlap lampu dan sungai bersih. Di sini tempat orang-orang kantoran buat lepas penat, ada banyak warung yang bisa dijajal sambil mabu-mabuan.
Mengingat kaki mulai gempor dan semakin malam. Kami memutuskan pulang ke hostel. Bersih diri dan tidooor.
Awal bulan Maret, aku berkesempatan untuk liburan singkat yang biasa disebut staycation. Kata tersebut merupakan gabungan kata dari bahasa Inggris antara 'stay' dan 'vacation'. Kecenderungan orang menganggap liburan membutuhkan waktu lama dan pergi ke luar kota. Kalau dihitung-hitung bakalan merogoh kocek dalam.
Nah, staycation ini jadi alternatif liburan. Kamu yang pengen rehat sejenak dari rutinitas, bisa banget menerapkan liburan ala staycation. Nggak punya waktu libur panjang atau cuti, manfaatin aja waktu akhir pekan atau weekend untuk staycation.
Staycation sendiri biasanya dimanfaatkan oleh orang-orang yang nggak punya waktu banyak untuk liburan. Sementara mereka ingin mengatasi kejenuhan kerja atau rutinitas. Keluar sejenak dari rutinitas dengan staycation jadi pilihan pas. Staycation biasanya memanfaatkan waktu singkat untuk menginap di hotel atau hostel ataupun guest house. Dalam waktu singkat, mereka ingin merasakan suasana berbeda.
Menginap di hostel, penginapan, guest house, ataupun hotel bisa banget memanjakan. Nggak perlu jauh-jauh ke luar kota, kamu bisa memilih lokasi dalam kota.Seperti yang aku lakukan pada awal Maret 2019, aku memilih staycation di sekitaran Kota Jogja.
Sebenarnya agak impulsif. Tergiur oleh rekan kantor yang membagikan informasi kalau ada voucher menginap gratis di hotel/ hostel/ ataupun guest house. Nggak mau menolak rezeki gratisan, akhirnya mencoba cara untuk mendapatkan menginap gratis.
Temanku yang biasa ku panggil Mas Gufron, membagikan cara menginap gratis. Pertama, aku harus mengunduh aplikasi penyedia penginapan bernama OYO. Aplikasi asal India ini emang nggak asing lagi bagiku. Tahun lalu, aku pernah menginap di OYO saat berada di Jakarta. Tapi bedanya, aku memesan kamar lewat aplikasi Tiketcom. Kali ini, aku diarahkan untuk mengunduh aplikasinya sendiri.
Buka Apple Store, ketik OYO. Udah langsung muncul logo aplikasi berwarna merah. Setelah mengunduh, isi data registrasi dan jika berhasil bakalan masuk ke tampilan utama. Tanpa perlu mendaftar, orang bakalan bisa langsung masuk ke tampilan utama. Tapi buat kamu yang pengen dapet gratisan, wajib banget daftar akun.
Setelah mendaftar akun, akupun menuliskan kata Yogyakarta pada kolom pencarian. Mencoba mencari penginapan kece yang pas dengan tanggal staycation. Cari-cari akhirnya dapet guest house dengan harga nol rupiah. Nggak butuh waktu lama langsung booking!
Jadi promo kamar nol rupiah ini diperuntukkan bagi pengguna baru. Berhubung OYO lagi gencar promosi, akhirnya promo menginap gratis muncul untuk menggaet orang. Aku dapat kesempatan menginap gratis di OYO 261 atau Sasono Putro Guest House. Lokasinya berada di Jalan Pandean Sari Blok 1, Candok, Condongcatur. Buat wisatawan dari luar kota, lokasi guest house cukup strategis. Dekat dengan terminal Condongcatur, deket Indomaret, dan lain-lain.
Karena impulsif dan dadakan, aku mengajak teman untuk menginap. Gayung bersambut, temanku mau diajak menginap. Pertama kali tiba, kesan pertama adalah mudah diakses. Mencari lokasinya nggak sulit, dari pinggir jalan sudah ada papan nama gede. Masuk ke lokasi, suasana asri dan etnik mulai terasa.
Sasono Putro Guest House ini berdekatan dengan sungai (nggak tahu namanya). Pas lagi dateng, hujan emang lagi turun. Alhasil suara arus deras dari sungai kentara. Dalam hati berkata, lokasinya nggak jauh dari kota tapi kerasa seperti di pedesaan yang asri. Bener-bener nggak kelihatan kalau ini di daerah perkotaan padat kos-kosan atau rumah.
Check in sekitar pukul 14.00 WIB, berhubung masih ngantor. Temanku akhirnya check in duluan. Bangunan ada dua lantai, pada lantai pertama disediakan parkir mobil atau motor. Cocoklah buat kalian yang mungkin membawa kendaraan sendiri. Tiap kamar di bagian depan ada kursi duduk untuk menikmati pemandangan atau leyeh-leyeh. Homyyy banget suasananya.
Aku mendapatkan kamar di lantai bawah dengan twin bed. Dalam kamar, aku mendapat fasilitas AC, kamar mandi, televisi dan tayangan TV kabel, pemanas air (heater), shower air panas dan dingin, handuk, air putih, lemari, dan kaca. Hanya saja, selang air buat di closet rusak. Udah lapor petugas, bilangnya baru bisa diperbaiki besok. Ya kan besok udah check out~ Selebihnya oke dan rekomen buat nginep di guest house ini.
Sembari menginap di tengah kota, aku dan temanku memutuskan untuk jalan-jalan malam. Kami menuju beberapa lokasi, mulai dari beli makan malam sampai jajan. Hahaha perut kami bisa gitu makan plus jajan malam. Karena hujan dan akhir pekan, alhasil kawasan terminal Condongcatur (concat) macet parah. Kami hujan-hujanan sembari mencari jajanan.
Sekitar pukul 21.00 WIB, kami memutuskan balik ke guest house untuk menyantap jajanan sembari ngobrol santai di kamar. Nggak kerasa, setelah salat Isya akhirnya kami tertidur dengan TV menyala. Kebiasaan kalau nginep di tempat baru, TV harus nyala (jangan dicontoh yaaa).
Tidur dengan nyenyak dan bangun dengan malas-malasan adalah aku. Setelah mengumpulkan niat bangun, tibalah waktu untuk sarapan. Selain menginap gratis, kami mendapat sarapan gratis. Kami menuju lokasi sarapan yang ada di bagian utara (aku lupa namanya apa). Bangunan ini ala-ala joglo yang khas dengan bangunan Jawa. Sudah ada mas-mas sarapan di sana, kami disambut dengan lantunan musik mirip di pesta nikahan. Alunan gamelan mengiringi sarapan kami.
Kami bisa memilih mau sarapan roti atau nasi. Minuman juga beragam mulai dari air mineral, kopi, hingga teh. Nggak ketinggalan, buah-buahan sebagai penutup makanan. Nggak ada pelayan jadi
self service gitu. Pilih sendiri, ambil sendiri.
Selesai sarapan, kami kembali ke kamar buat bersih diri alias mandi. Kami harus melanjutkan agenda staycation, yaitu ke toko buku dan bioskop. Tiba waktu check out sekitar jam 12.00 WIB, kami pun berkemas.
Pengalaman menginap di Sasono Putro Guest House ini cukup menyenangkan meskipun minus kamar mandi yang selangnya rusak. Semoga aja segera diperbaiki dan cuma kebetulan pas kami nginep rusak. Kebersihan oke, makanan nggak buruk, lokasi strategis. Yay or nay, aku jawab yay.
Kamu bisa memesan atau booking Sasono Putro Guest House di aplikasi pemesanan tiket. Berhubung aku pakai OYO, kamu bisa mengikuti pengalamanku dengan downloa aplikasi OYO di handphone. Jangan lupa pakai kode dariku buat mendapat penawaran menarik ya.VINDXBBJK6
Oiya, ini tulisan bener-bener atas pengalamanku. Bukan endorse atau promosi berbayar ya. Sharing is caring, right! Selamat mencoba dan nikmati staycation di Yogyakarta.
XOXO
Nah, staycation ini jadi alternatif liburan. Kamu yang pengen rehat sejenak dari rutinitas, bisa banget menerapkan liburan ala staycation. Nggak punya waktu libur panjang atau cuti, manfaatin aja waktu akhir pekan atau weekend untuk staycation.
Staycation sendiri biasanya dimanfaatkan oleh orang-orang yang nggak punya waktu banyak untuk liburan. Sementara mereka ingin mengatasi kejenuhan kerja atau rutinitas. Keluar sejenak dari rutinitas dengan staycation jadi pilihan pas. Staycation biasanya memanfaatkan waktu singkat untuk menginap di hotel atau hostel ataupun guest house. Dalam waktu singkat, mereka ingin merasakan suasana berbeda.
Menginap di hostel, penginapan, guest house, ataupun hotel bisa banget memanjakan. Nggak perlu jauh-jauh ke luar kota, kamu bisa memilih lokasi dalam kota.Seperti yang aku lakukan pada awal Maret 2019, aku memilih staycation di sekitaran Kota Jogja.
Sebenarnya agak impulsif. Tergiur oleh rekan kantor yang membagikan informasi kalau ada voucher menginap gratis di hotel/ hostel/ ataupun guest house. Nggak mau menolak rezeki gratisan, akhirnya mencoba cara untuk mendapatkan menginap gratis.
Temanku yang biasa ku panggil Mas Gufron, membagikan cara menginap gratis. Pertama, aku harus mengunduh aplikasi penyedia penginapan bernama OYO. Aplikasi asal India ini emang nggak asing lagi bagiku. Tahun lalu, aku pernah menginap di OYO saat berada di Jakarta. Tapi bedanya, aku memesan kamar lewat aplikasi Tiketcom. Kali ini, aku diarahkan untuk mengunduh aplikasinya sendiri.
Buka Apple Store, ketik OYO. Udah langsung muncul logo aplikasi berwarna merah. Setelah mengunduh, isi data registrasi dan jika berhasil bakalan masuk ke tampilan utama. Tanpa perlu mendaftar, orang bakalan bisa langsung masuk ke tampilan utama. Tapi buat kamu yang pengen dapet gratisan, wajib banget daftar akun.
Setelah mendaftar akun, akupun menuliskan kata Yogyakarta pada kolom pencarian. Mencoba mencari penginapan kece yang pas dengan tanggal staycation. Cari-cari akhirnya dapet guest house dengan harga nol rupiah. Nggak butuh waktu lama langsung booking!
Jadi promo kamar nol rupiah ini diperuntukkan bagi pengguna baru. Berhubung OYO lagi gencar promosi, akhirnya promo menginap gratis muncul untuk menggaet orang. Aku dapat kesempatan menginap gratis di OYO 261 atau Sasono Putro Guest House. Lokasinya berada di Jalan Pandean Sari Blok 1, Candok, Condongcatur. Buat wisatawan dari luar kota, lokasi guest house cukup strategis. Dekat dengan terminal Condongcatur, deket Indomaret, dan lain-lain.
Karena impulsif dan dadakan, aku mengajak teman untuk menginap. Gayung bersambut, temanku mau diajak menginap. Pertama kali tiba, kesan pertama adalah mudah diakses. Mencari lokasinya nggak sulit, dari pinggir jalan sudah ada papan nama gede. Masuk ke lokasi, suasana asri dan etnik mulai terasa.
Check in sekitar pukul 14.00 WIB, berhubung masih ngantor. Temanku akhirnya check in duluan. Bangunan ada dua lantai, pada lantai pertama disediakan parkir mobil atau motor. Cocoklah buat kalian yang mungkin membawa kendaraan sendiri. Tiap kamar di bagian depan ada kursi duduk untuk menikmati pemandangan atau leyeh-leyeh. Homyyy banget suasananya.
Aku mendapatkan kamar di lantai bawah dengan twin bed. Dalam kamar, aku mendapat fasilitas AC, kamar mandi, televisi dan tayangan TV kabel, pemanas air (heater), shower air panas dan dingin, handuk, air putih, lemari, dan kaca. Hanya saja, selang air buat di closet rusak. Udah lapor petugas, bilangnya baru bisa diperbaiki besok. Ya kan besok udah check out~ Selebihnya oke dan rekomen buat nginep di guest house ini.
Sembari menginap di tengah kota, aku dan temanku memutuskan untuk jalan-jalan malam. Kami menuju beberapa lokasi, mulai dari beli makan malam sampai jajan. Hahaha perut kami bisa gitu makan plus jajan malam. Karena hujan dan akhir pekan, alhasil kawasan terminal Condongcatur (concat) macet parah. Kami hujan-hujanan sembari mencari jajanan.
Sekitar pukul 21.00 WIB, kami memutuskan balik ke guest house untuk menyantap jajanan sembari ngobrol santai di kamar. Nggak kerasa, setelah salat Isya akhirnya kami tertidur dengan TV menyala. Kebiasaan kalau nginep di tempat baru, TV harus nyala (jangan dicontoh yaaa).
Tidur dengan nyenyak dan bangun dengan malas-malasan adalah aku. Setelah mengumpulkan niat bangun, tibalah waktu untuk sarapan. Selain menginap gratis, kami mendapat sarapan gratis. Kami menuju lokasi sarapan yang ada di bagian utara (aku lupa namanya apa). Bangunan ini ala-ala joglo yang khas dengan bangunan Jawa. Sudah ada mas-mas sarapan di sana, kami disambut dengan lantunan musik mirip di pesta nikahan. Alunan gamelan mengiringi sarapan kami.
Kami bisa memilih mau sarapan roti atau nasi. Minuman juga beragam mulai dari air mineral, kopi, hingga teh. Nggak ketinggalan, buah-buahan sebagai penutup makanan. Nggak ada pelayan jadi
self service gitu. Pilih sendiri, ambil sendiri.
Pengalaman menginap di Sasono Putro Guest House ini cukup menyenangkan meskipun minus kamar mandi yang selangnya rusak. Semoga aja segera diperbaiki dan cuma kebetulan pas kami nginep rusak. Kebersihan oke, makanan nggak buruk, lokasi strategis. Yay or nay, aku jawab yay.
Kamu bisa memesan atau booking Sasono Putro Guest House di aplikasi pemesanan tiket. Berhubung aku pakai OYO, kamu bisa mengikuti pengalamanku dengan downloa aplikasi OYO di handphone. Jangan lupa pakai kode dariku buat mendapat penawaran menarik ya.VINDXBBJK6
Oiya, ini tulisan bener-bener atas pengalamanku. Bukan endorse atau promosi berbayar ya. Sharing is caring, right! Selamat mencoba dan nikmati staycation di Yogyakarta.
XOXO
Ini adalah tulisan ke-12 dari rangkaian cerita Vindia. Tulisan sebelumnya bisa kamu baca di sini.
12 Januari 2019.
Jarum jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Mataku masih enggan untuk terpejam. Dalam hati berkata, mengapa di akhir pekan harus insomnia? Aku butuh tidur wkwk
Akhirnya waktu dini hari, ku habiskan untuk nonton drama di Netflix. Alhamdulillah ya bisa jajal premium.
Pagi harinya, seperti jadwal mingguan. Aku berkegiatan semestinya hari liburku. Akhir pekan kali ini begitu dinanti lantaran seminggu kemarin merasa telah bekerja keras. Sampai-sampai partner weekend dan pagi hari punya perasaan yang sama.
I proud to my self. Because of stay healthy. However the rain comes over and over. The wind blows up. Hahaha
Berbeda dari akhir pekan sebelumnya, aku sengaja meluangkan waktu untuk keluar. Rencana pertama adalah nonton. Film yang dipilih adalah Keluarga Cemara.
Sayangnya, sebelum nonton film. Aku sudah kena spoiler dari artikel yang ku edit di kantor. Tapi tapi nggak mengurangi rasa hangat di film.
Nggak ingat betul jalan cerita serial TV Keluarga Cemara. Aku kayaknya dulu jarang nonton TV. Dalam ingatanku cuma rumah yang ada empangnya dan dua saudara yang jualan opak. Selebihnya nggak inget hehe
Film dibuka dengan adegan lomba dance si sulung bernama Euis (Zara JKT48) dan diikuti dengan konflik-konflik yang dialami keluarganya. Film karya Yandy Laurens (kalau nggak salah sebut) ini begitu menyentuh. Beberapa kali dibuat ‘mbrambangi’ oleh adegan dan situasi yang terjadi dalam film.
Beberapa adegan sangat mengena karena aku sendiri pun mengalaminya. Pengalaman Euis di film berasa aku banget meskipun nggak 100 persen. Masa remaja yang penuh gejolak benar-benar pernah dialami remaja lainnya di luar sana.
Contohnya: mengalami masa haid pertama dengan kondisi tembus. Kayaknya sering banget dialami anak SMP-SMA tiap generasi. Apalagi kalau udah hari Senin dengan seragam serba putih.
Kedua, pernah merasa marah dengan orangtua karena keinginan kita nggak dipenuhi. Remaja-remaja sering punya keinginan tapi sering mendapat larangan. Suka kesel sendiri. Padahal besok kalau udah nambah umur baru tahu maksud orangtua itu baik.
Ketiga, mengalami perubahan lingkungan sekolah. Euis yang semula sekolah di Jakarta dengan fasilitas oke, harus melanjutkan sekolahnya di Bogor dengan akses seadanya. Aku juga mengalaminya meskipun berbeda kasus.
Saat SMP, aku bersekolah di sekolah swasta. Dengan fasilitas dan kegiatan yang beragam. Semua akses rasanya mudah untuk dilakukan. Kemudian SMA masuk di sekolah negeri pinggiran. Meski pinggiran, prestasi dan akreditasi sekolah cukup oke. Cuma dari segi fasilitas ya standar sekolah biasa. Beda dengan fasilitas di swasta.
Dari dulu selalu menekankan, “sekolah di mana aja itu sama aja. Yang penting itu orangnya.”
Keempat, persahabatan.
Berbeda dengan Euis, aku menemukan teman-teman yang super baik di SMP maupun SMA. Teman dari sekolahku sampai sekarang masih keep in touch. Walaupun jarang ketemu, kita tetap bisa ngobrol panjang lebar sekalinya bertemu.
Kelima, masalah keluarga.
Tidak dinafikan bahwa setiap keluarga memiliki masalah. Ada beberapa orangtua yang memilih menyimpan rapat masalah demi kebahagiaan anaknya. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi pendidikan anak-anaknya.
Teringat pesan mama beberapa hari lalu. Aku mengucapkan terima kasih karena telah berjuang memenuhi kebutuhan anaknya hingga bangku kuliah. Teringat perjuangan beliau yang super duper kuat.
“Sama2 nok. itu udh tugas mama. sayang mama kpd anak2e tu 100% n tdk ada batase koq nok,” pesan mama.
Ambil contoh si Emak yang berusaha bantu ekonomi keluarga lewat jualan opak. Sesusah apapun masalah keluarga, orangtua selalu menaruh prioritas utama pada anak-anaknya. Mereka sampai lupa tentang diri mereka sendiri. Huhuhu aku jadi sedih sendiri.
“Kalian semua itu tanggung jawab abah,” kata Abah.
Paling ngena adalah percakapan yang keluar dari Euis.
Abah, kamu nggak sendirian kok. Jangan merasa semua beban abah yang tanggung. Keluarga itu terdiri lebih dari satu orang.
Keenam, ulang tahun nggak berkesan jika hanya seremonial. Makna ulang tahun bukan lagi pertambahan angka. Tetapi lebih kepada rasa syukur karena masih dikelilingi orang tersayang. Kebersamaan jadi barang langka ketika sudah dewasa.
Terakhir, kita adalah Ara.
Di akhir film benar-benar menyentuh sanubari. Kita adalah Ara~
Sering kali dianggap tak berguna dan kerap diabaikan keberadaannya. Sampai-sampai tangis dan rasa sedih nggak bisa lagi ditutupi. Rasa terasing untuk sementara jadi teman. Sediiiiiih aku nontonnya huhuhuhu..
Semakin canggih teknologi berdampak pula pada kehidupan manusia, termasuk di dunia perbankan. Beragam instansi perbankan mulai menerapkan digitalisasi keuangan. Pastinya kalian menjadi pengguna yang ikut merasakan kemudahan digitalisasi keuangan. Paling mudah, transfer uang ke rekening melalui mesin ATM, setor tunai lewat mesin tanpa ke teller, hingga internet banking ataupun mobile banking.
Setelah mendapat kartu, aku masih mendapat kesulitan lagi. Aku belum sempat untuk mengaktifkan kartu tersebut lantaran nggak tahu ATM mana aja yang bisa digunakan. Pihak Digibank mengklaim bisa digunakan di mesin ATM yang mencakup VISA. Pertama kali, aku coba setor lewat ATM Mandiri. Ternyata ditolak~ Posisinya sih mau setor uang sekalian mengaktifkan. Ternyata belum bisa.
Kantor cabang di Yogyakarta ada di kawasan Terban. Sejujurnya, saya belum ke sana karena merasa. Daftar aja nggak usah ke kantor cabang, kenapa setor tunai harus ke kantor ya..... Padahal produk dan keuntungan punya digibank ini oke banget. Bunga yang ditawarkan lebih besar, aplikasinya kekinian, dijamin oleh LPS, dan yang paling menarik adalah promonya. Tapi jangan lupa juga biaya dan limit yang ditawarkan digibank.
Sejauh ini masih punya Digibank baik di aplikasi hape ataupun ATM. Karena masih berpikiran akan digunakan saat liburan ke Singapura. Masih berpikiran, besok kalau memang kepepet butuh. Mungkin aku akan ke kantor cabangnya.
Adakah di antara kalian pengguna digibank di Yogyakarta....... Bisa kita berbagi cerita tentang Digibank~
Kemudahan dimulai dari pembukaan rekening. Kita bisa membuka rekening tabungan tanpa perlu ke bank. Cukup dengan smartphone dan kuota internet serta siapkan kartu identitas, semua bisa mendaftar atau membuka rekening tabungan. Salah satu perbankan yang menerapkan hal tersebut adalah Digibank by DBS.
Mungkin kalian sudah nggak asing lagi dengan digibank. Nama tersebut sering digaungkan para nasabah milenial karena praktis dan kekinian. Pasalnya, cara membuka rekeningnya nggak ribet, hemat waktu, dan tentunya mudah untuk dilakukan. Digibank sendiri adalah produk keuangan dari bank DBS yang pusatnya di Singapura.
Awal mengenal Digibank dimulai dari menghadiri acara seputar bisnis online. Acara yang digelar di sebuah kafe di Yogyakarta ini bekerja sama dengan bank asal Singapura. Pada kesempatan yang sama, ada kesempatan para peserta untuk menjadi nasabah digibank. Menurut pengalaman, cara mendaftarnya mudah. Cukup dengan KTP atau kartu identitas lain, kuota internet, dan smartphone. Prosesnya cepat untuk pendaftaran. Jangan lupa untuk unduh aplikasinya (digibank) terlebih dahulu sebelum mendaftar.
Setelah terdaftar, nasabah harus menunggu pengiriman kartu ATM. Aku sedikit kecewa dengan proses pengiriman yang lama. Aku harus menunggu sekitar sebulan ada tanpa kejelasan. Padahal, kartu temanku sudah datang dalam hitungan hari. Akhirnya, aku komplain lewat akun Twitter bank bersangkutan dan diarahkan untuk mengisi form. Nggak berselang lama, aku mendapat telepon konfirmasi untuk membatalkan pengajuan kartu ATM. Setelah mengikuti prosedur yang dijelaskan petugas. Aku kembali menunggu yang akhirnya kesel sendiri karena nggak datang juga.
Suatu ketika, aku mampir ke mal di Yogyakarta yang ada di Ambarukmo Plaza. Ternyata di mal tersebut, ada stand Digibank. Aku pun mencoba menanyakan kendala yang terjadi padaku. Pihak petugas mengklaim alamat yang tercantum tidak lengkap. Padahal ya, aku sering belanja online dikirim ke alamat yang sama. Nggak ada masalah, lho~
Petugas menyebut alamat harus lengkap mencakup alamat rumah, RT/RW, nama jalan, sampai nomor rumah. Akhirnya coba ganti alamat. Aku lupa harus nunggu berapa lama tapi intinya masih nunggu. Akhirnya dong dateng juga amplop isi kartu~
Digibank sendiri terbilang paperless alias nggak ada buku tabungan. Semua transaksi terekam dan terekap di aplikasi Digibank di hape. Mirip mobile banking yang memudahkan semua orang untuk bertransaksi. Cocok banget buat anak nggak mau ribet~
Setelah mendapat kartu, aku masih mendapat kesulitan lagi. Aku belum sempat untuk mengaktifkan kartu tersebut lantaran nggak tahu ATM mana aja yang bisa digunakan. Pihak Digibank mengklaim bisa digunakan di mesin ATM yang mencakup VISA. Pertama kali, aku coba setor lewat ATM Mandiri. Ternyata ditolak~ Posisinya sih mau setor uang sekalian mengaktifkan. Ternyata belum bisa.
Kantor cabang di Yogyakarta ada di kawasan Terban. Sejujurnya, saya belum ke sana karena merasa. Daftar aja nggak usah ke kantor cabang, kenapa setor tunai harus ke kantor ya..... Padahal produk dan keuntungan punya digibank ini oke banget. Bunga yang ditawarkan lebih besar, aplikasinya kekinian, dijamin oleh LPS, dan yang paling menarik adalah promonya. Tapi jangan lupa juga biaya dan limit yang ditawarkan digibank.
Sejauh ini masih punya Digibank baik di aplikasi hape ataupun ATM. Karena masih berpikiran akan digunakan saat liburan ke Singapura. Masih berpikiran, besok kalau memang kepepet butuh. Mungkin aku akan ke kantor cabangnya.
Adakah di antara kalian pengguna digibank di Yogyakarta....... Bisa kita berbagi cerita tentang Digibank~